Untuk pertama kali, Pemerintah Kota Blitar memberikan anugerah RT Keren Awards 2022 kepada RT, RW, kelompok masyarakat, dan pendamping masyarakat. RT Keren itu tak lain Rukun Tetangga Keberagaman Religius Nasionalis.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·5 menit baca
Ratusan ketua RT, RW, kelompok masyarakat, lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan, dan tenaga pendamping memenuhi Gedung Graha Patria di Kota Blitar, Jawa Timur, Jumat (9/12/2022) malam. Tepuk tangan membahana kala panitia mengumumkan nama-nama mereka yang menjadi pemenang RT Keren Awards 2022.
Dihadiri forum komunikasi pimpinan daerah dan sejumlah undangan, apa yang terjadi kala itu seolah menjadi ”pesta” bagi perangkat RT dan RW setempat. Sejak siang, pengunjung telah disuguhi pertunjukan musik. Mereka juga bisa menyaksikan gerai yang memamerkan hasil karya warga sejak sehari sebelumnya.
Sebelum puncak anugerah RT Keren Awards 2022 dimulai pukul 20.00, Wali Kota Blitar Santoso lebih dulu meluncurkan ekspor unggulan Kota Blitar. Ada tiga produk yang dikirim ke tiga negara berbeda, yakni kendang djimbe yang diekspor ke Jerman, batik mawar putih ke Filipina, dan kopi tubruk ala Bung Karno ke Taiwan.
RT Keren Awards 2022 merupakan puncak acara dari program RT Keren yang dilaksanakan setahun terakhir di kota berpenduduk sekitar 149.000 jiwa itu. Ada lima kategori penghargaan yang diberikan saat itu, yakni RT Terkeren, RW Terkeren, Kelompok Masyarakat (Pokmas) Terkeren, dan Pendamping Kerkeren, serta Grand Awards Pelaksana Terbaik Program RT Keren.
Rukun Tetangga Keberagaman Religius Nasionalis (RT Keren) merupakan program Pemerintah Kota Blitar untuk mempercepat proses pembangunan yang melibatkan masyarakat dengan obyek pembangunan wilayah RT.
Setiap RT mendapatkan kucuran dana dari APBD senilai Rp 50 juta per tahun. Dengan dana itu, RT bisa membangun wilayah dan menggali potensi yang ada. Jenis pembangunan yang mereka kembangkan berupa fisik (70 persen) dan pemberdayaan (30 persen).
”Kami memanfaatkan program ini untuk pavingisasi. Sebelumnya jalan di lingkungan sudah di-paving, namun rusak. Setelah itu kami bongkar dengan kerja bakti,” ujar Kusnadi (62), Ketua RT 002 RW 009 Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul.
Selain untuk pembangunan fisik, dana yang dikucurkan juga dimanfaatkan untuk pelatihan oleh warga. Mereka berlatih membuat tikar dari kayu. Hasilnya sudah dijual meski pangsa pasarnya masih terbatas di sekitar lingkungan setempat.
M Suhandoko (58), Ketua RW 008 Kelurahan Bendo, mengatakan, banyak hal yang bisa dikembangkan dengan dana dari program RT Keren. Bentuknya tidak hanya pembangunan fisik dan pemberdayaan tetapi juga mitigasi bencana. Beragam kegiatan itu muncul dari inisiatif warga.
”Di tempat kami ada pelatihan bencana mengantisipasi gempa. Bisa, ini termasuk program yang nonfisik,” ucap Suhandoko yang membawahkan tiga RT di lingkungan setempat. Menurut dia, program ini merata tiap RT dan bisa dimanfaatkan untuk membangun lingkungan setempat.
Lain cerita dengan Kelurahan Bendo, warga di RT 002 RW 008 Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, memanfaatkan dana tersebut untuk perbaikan drainase. Drainase yang sebelumnya kecil diperlebar untuk mengantisipasi banjir.
Sementara sisanya untuk pelatihan budidaya ikan lele dalam ember. Saat ini ada sekitar 12 orang yang mengembangkan. Awalnya, hasil budidaya untuk konsumsi sendiri. Kini, budidaya lele berkembang dan hasilnya juga dijual. Ke depan, warga pun berencana mengembangkan produk olahan lele.
”Setelah ada pelatihan dari dinas perikanan, kami langsung membentuk kelompok untuk budidaya lele ini. Kalau ditanya apakah dana itu cukup, bagi kami, untuk fisik dan nonfisik Rp 50 juta cukup,” kata Irfan Miftahul Ulum (42), Ketua RT 002 RW 008 Kelurahan Sukorejo.
Ony Angga (32), anggota kelompok masyarakat dari Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, menuturkan, dana RT Keren turun di setiap kelurahan. Oleh kelurahan, dana lalu diserahkan ke RW untuk selanjutnya dibentuk pokmas yang membawahkan beberapa RT. Di Plosokerep terdapat 21 RT dan 8 RW.
”Kegiatan di pokmas murni yang sudah masuk di DPA (dokumen pelaksanaan anggaran). Ada pelatihan dan kegiatan fisik. Jenisnya beda-beda, sesuai musyawarah RW. Jadi, murni aspirasi warga. Warga butuhnya apa, itu yang ditangani,” katanya.
Untuk fisik, kebanyakan kegiatan meliputi pavingisasi, pembenahan saluran air, hingga pembangunan instalasi penanganan limbah, sumur resapan, dan pembangunan gapura. Sementara untuk nonfisik ada pelatihan membuat kue kering, minuman atau jamu instan, sablon, batik, hingga mengelas besi.
Janji kampanye
Program RT Keren tak lepas dari janji kampanye Santoso saat berkampanye lalu. Salah satu programnya adalah memberikan dana bagi setiap RT guna pembangunan sarana-prasarana, baik itu dalam wujud fisik maupun nonfisik, yang menjadi kebutuhan setiap RT.
Realisasi program ini sampai akhir November sudah mencapai 98 persen. Masih belum tuntas karena beberapa hal, di antaranya sasaran telah menjadi lokasi pembangunan dan tuntutan perubahan mendesak oleh masyarakat.
Untuk tahun pertama ini, program menyasar 631 RT. Sebagai pilot project ada 21 RT di setiap kelurahan dengan anggaran total Rp 31,5 miliar (2022). Program ini dikerjakan secara swakelola oleh masyarakat yang tersebar di 188 pokmas di setiap RW.
Kepala Bagian Pemerintahan Kota Blitar Parminto mengatakan, untuk membantu pokmas, termasuk administrasi pelaporan dan pertanggungjawaban, disediakan tenaga pendamping sebanyak 39 orang.
Realisasi program ini sampai akhir November sudah mencapai 98 persen. Masih belum tuntas karena beberapa hal, di antaranya sasaran telah menjadi lokasi pembangunan dan tuntutan perubahan mendesak oleh masyarakat.
”Saat ini sedang dilakukan evaluasi program secara menyeluruh oleh tim independen untuk mengawal dan memastikan program sesuai tujuan awal, yakni meningkatkan peran serta, swadaya, gotong royong, serta potensi masyarakat di tingkat RT dalam menyukseskan pembangunan,” katanya.
Menurut Santoso, masyarakat mengapresiasi program ini. Itu bisa dilihat dari gotong royong yang mereka lakukan, kebersamaan, dan inisiatif yang muncul dari bawah. Dirinya melihat pembangunan fisik dan nonfisik di tingkat RT pun menggembirakan.
”Niat kita dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat pascapandemi bisa luar biasa,” ujarnya.
Santoso berharap program ini bisa terus berjalan, lebih baik, dan berkesinambungan mengingkat semua perangkat RT, RW, dan LPMK di Kota Blitar baru saja diserahterimakan ke pengurus yang baru.
Soal penghargaan yang diberikan pada RT Keren Awards 2022, Santoso mengingatkan bahwa dana itu bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk memerluas jangkauan program di wilayah bersangkutan. Sebaliknya, RT yang belum mendapat penghargaan bisa terdorong untuk lebih giat lagi menggali potensi yang ada sehingga ke depan mereka bisa mendapatkan hal yang sama.
Pemenang Grand RT Awards mendapatkan dana Rp 50 juta untuk pemenan I, Rp 35 juta untuk pemenang II, dan Rp 15 juta untuk pemenang III. Dana itu akan ditambah dengan Rp 50 juta yang didapatkan oleh setiap RT.