Kekeringan Melanda, Ribuan Warga di Mojokerto Alami Krisis Air
Kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah Jawa Timur. Ribuan warga di tiga desa di Mojokerto mengalami krisis air bersih karena bencana kekeringan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
MOJOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 7.587 warga di tiga desa di kaki Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih akibat bencana kekeringan. Upaya pembuatan sumur dalam di wilayah itu gagal dilakukan karena kondisi tanah yang mengandung banyak bebatuan. Warga pun bergantung pada bantuan air bersih yang didistribusikan pemerintah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, bencana kekeringan mulai melanda kawasan Gunung Penanggungan seiring datangnya musim kemarau tahun ini.
Akibatnya, ada tiga desa yang mengalami krisis air bersih, yakni Desa Kunjorowesi dan Desa Manduro Manggung Gajah di Kecamatan Ngoro serta Desa Duyung di Kecamatan Trawas. Total penduduk yang terdampak krisis air bersih 7.589 jiwa atau 2.409 keluarga.
Jumlah warga terdampak krisis air bersih di Desa Kunjorowesi sebanyak 4.937 jiwa atau 1.556 keluarga, sedangkan di Desa Manduro Manggung Gajah sebanyak 1.861 jiwa atau 597 keluarga. Sementara itu, di Desa Duyung terdapat 791 jiwa atau 256 keluarga yang terdampak krisis air bersih.
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengatakan, untuk menangani bencana di wilayahnya, telah ditetapkan status tanggap darurat kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Status itu ditetapkan melalui Keputusan Bupati Mojokerto Nomor 188.45/176/HK/416-012/2023 dan berlaku pada 1 Juni-31 Oktober 2023.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 199.350.000 untuk pengadaan air bersih sebanyak 443 tangki. Air bersih tersebut akan dibagikan di Desa Kunjorowesi sebanyak 179 tangki serta Desa Manduro Manggung Gajah dan Duyung masing-masing 132 tangki.
”Pemda terus berupaya mencari solusi mengatasi kekeringan yang berdampak pada krisis air bersih di tiga desa ini,” ujar Ikhfina, Senin (19/6/2023).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Pemerintah Provinsi Jatim berupaya membantu mengatasi masalah kekeringan di Mojokerto. Bahkan, di Desa Kunjorowesi, sudah dilakukan uji coba pembuatan sumur artesis. Namun, pembuatan sumur itu gagal karena adanya bebatuan pada kedalaman 40 meter.
Selain di Mojokerto, Pemprov Jatim juga telah melakukan uji coba pembuatan sumur artesis di beberapa lokasi yang memiliki potensi kekeringan saat musim kemarau. Namun, tidak semua uji coba itu berjalan lancar karena kondisi tanah yang dipenuhi bebatuan.
”Atau pada kedalaman tertentu muncul sumber air, tapi kandungan garamnya tinggi sehingga tidak bisa diteruskan. Ada juga di daerah tertentu muncul sumber air, tapi kandungan minyaknya tinggi. Jadi, biasanya memang ada proses yang harus dilanjutkan ke laboratorium selama kurang lebih tujuh hari setelah ditemukan sumber air,” kata Khofifah saat berkunjung di Desa Kunjorowesi.
Oleh karena itu, dia menyebut, upaya pencarian sumber air bersih akan terus dilakukan agar bisa memberikan substitusi sumber air ketika terjadi musim kemarau. Musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung mulai Mei sampai September 2023 dengan puncak pada akhir Juli sampai Agustus.
”Maka, kita harus secara kontinu menyuplai air bersih hingga air bersih masyarakat bisa kita penuhi,” tutur mantan Menteri Sosial tersebut.
Dalam kunjungan ke Desa Kunjorowesi, Khofifah menyerahkan bantuan berupa tandon ukuran 1.200 liter sebanyak 4 unit, terpal sebanyak 30 lembar, 100 paket sembako, 2 unit tandon lipat, dan 300 jeriken dari BPBD Jatim.
Selain itu, BPBD Provinsi Jatim terus mendistribusikan air bersih ke sejumlah wilayah yang dilanda kekeringan. Di Kecamatan Ngoro, Mojokerto, misalnya, pendistribusian air bersih dijadwalkan berlangsung selama 45 hari, yakni pada 12 Juni-26 Juli 2023.
Distribusi air bersih ke Desa Kunjorowesi dialokasikan sebanyak 4 tangki, sedangkan Desa Manduro Manggung Gajah dan Duyung masing-masing 3 tangki. Adapun kapasitas tangki dalam sekali pengiriman mencapai 4.000 liter air.
Pendistribusian itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang sehari-hari rata-rata mencapai 10 tangki kapasitas 4.000 liter. Untuk memperlancar distribusi air bersih, juga sudah dibangun banyak tandon dari BPBD di sejumlah lokasi. Hal itu sekaligus mendekatkan akses air bersih kepada masyarakat.
Kita harus secara kontinu menyuplai air bersih hingga air bersih masyarakat bisa kita penuhi.
Sebelumnya, Khofifah juga telah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang status siaga darurat kekeringan dan karhutla. Status itu berlaku pada 17 Mei-17 November 2023. Berdasarkan data BPBD Jatim, potensi kekeringan tahun ini diperkirakan terjadi di 27 kabupaten/kota dari total 38 daerah di Jatim.
Ancaman bencana kekeringan itu tersebar di 221 kecamatan, 844 desa dan kelurahan, serta 1.617 dusun. Dari jumlah tersebut, 500 desa mengalami kering kritis, 253 masuk kategori kering langka, dan 91 desa lainnya mengalami kering langka terbatas.
”Petanya sudah sangat detail. Untuk itu, intervensi penanganan kekeringan ini butuh gotong royong dan kebersamaan berbagai pihak sampai para sukarelawan. Saya mohon jaga kekompakan dan guyub rukun untuk memberikan layanan bagi seluruh masyarakat,” ucap Khofifah.