Erupsi, Gunung Anak Krakatau Semburkan Abu Vulkanik 1.500 Meter
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengalami erupsi pada Senin (19/6/2023). Gunung api itu menyemburkan abu vulkanis hingga 1.500 meter dari atas puncak.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengalami erupsi pada Senin (19/6/2023). Gunung api itu menyemburkan abu vulkanis hingga 1.500 meter dari atas puncak.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, pada Senin Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pukul 08.22. Tinggi kolom abu teramati mencapai 1.500 meter di atas puncak.
Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara. Erupsi ini terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 70 milimeter dan durasi 3 menit 2 detik.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Andi Suardi membenarkan hal itu saat dikonfirmasi dari Bandar Lampung.
Menurut dia, aktivitas vulkanik GAK masih fluktuatif. Meski terus bergejolak, belum ada peningkatan status GAK karena erupsi. Saat ini, petugas terus memantau kondisi gunung api itu.
”Status Gunung Anak Krakatau masih Level III (Siaga). Masyarakat tidak boleh mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah,” kata Andi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (19/6/2023) siang.
Sebelumnya, aktivitas Anak Krakatau bergejolak pada 6-11 Juni 2023. Selama enam hari itu, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami sembilan kali erupsi. Bahkan, semburan kolom abu vulkanik erupsi semakin tinggi hingga 3,5 kilometer.
Rahmatullah (45), warga Pulau Sebesi, menuturkan, masyarakat Pulau Sebesi tidak terdampak semburan abu vulkanik. Masyarakat yang bermukim di pulau yang berjarak 16,5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau juga tidak mendengar suara dentuman atau merasakan gempa saat gunung api itu erupsi. Masyarakat masih beraktivitas seperti biasa meskipun Anak Krakatau sering erupsi.
Pascatsunami Selat Sunda pada Desember 2018, saat ini masyarakat di Pulau Sebesi tidak begitu khawatir. Pasalnya, saat ini ketinggian Gunung Anak Krakatau sudah lebih pendek dibandingkan dengan sebelum erupsi pada 2018.
Saat ini, tinggi Gunung Anak Krakatau 157 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan catatan Kompas, pada Oktober 2018 tinggi Gunung Anak Krakatau tercatat 338 meter di atas permukaan laut. Tinggi gunung api itu meningkat 33 meter dibandingkan pengukuran tahun 2007 dengan ketinggian Gunung Anak Krakatau 305 meter dari permukaan laut.