Pragmatisme Partai Politik dari Wacana Pencalonan Kaesang
Kaesang Pangarep dilirik sejumlah partai politik untuk diusung sebagai calon wali kota Depok. Hasrat partai politik menyiratkan sikap pragmatisme para elite. Penentuan kandidat seolah hanya berdasar pada popularitas.
Isu pencalonan Kaesang Pangarep menjadi wali kota di beberapa daerah semakin santer diperbincangkan belakangan ini. Sejumlah partai politik memandang putra bungsu Presiden Joko Widodo itu sebagai sosok anak muda yang potensial dalam kancah perpolitikan. Keinginan mereka menggandeng Kaesang menyiratkan pragmatisme partai politik untuk memenangi kontestasi nanti.
Akhir pekan lalu, Kaesang membikin gempar setelah mengunggah video berjudul ”Klarifikasi. Saya Buka Suara” pada akun Youtube-nya, yaitu Kaesang Pangarep by GK Hebat. Adegan video diawali seorang staf yang bertanya kepada Kaesang mengenai calon bintang tamu yang akan diundang ke acara podcast miliknya, yang bertajuk ”Podkaesang Depan Pintu”. Namun, ia tak menjawab karena sedang fokus memandang layar komputer.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Lantas, Kaesang menunjukkan sejumlah kanal berita yang sedang dibacanya kepada staf tersebut. Berita-berita yang disajikan ialah soal minat beberapa partai politik untuk mengusungnya sebagai calon wali kota Depok. Ditampilkan pula testimoni warga yang menghendakinya memimpin Kota Depok di periode selanjutnya.
Baca juga: DPC PDI-Perjuangan Kota Surakarta Terbuka untuk Kaesang Pangarep
Sejurus kemudian, Kaesang muncul dengan peci hitam dan kemeja putihnya. Bendera Merah Putih menjadi latar belakang. Lalu, ia menyebut sudah mendapat restu dari keluarganya untuk hadir menjadi ”Depok Pertama”. Video diakhiri dengan animasi jarum yang mencoblos foto sosok tersebut seperti dalam pemilihan umum (pemilu).
”Saya, Kaesang Pangarep, sudah mendapatkan izin dan restu dari keluarga saya. Insya Allah, dengan ini, saya siap untuk hadir menjadi Depok Pertama. Mohon dukungannya, merdeka!” kata Kaesang dalam rekaman video tersebut.
Ungkapan itu memantik diskusi di ruang publik. Memang, istilah ”Depok Pertama” belum tentu merujuk soal kontestasi kepala daerah. Namun, kemunculan video itu yang membuat publik menghubung-hubungkannya soal ketertarikan Kaesang untuk terjun ke dunia politik. Apalagi, belakangan beredar pula baliho yang menampilkan foto Kaesang dan bertuliskan ”PSI Menang, Wali Kota Kaesang” di Kota Depok, Jawa Barat.
Kaesang pun mengundang Ketua Umum PSI Giring Ganesha untuk datang ke acara podcast-nya. Dalam kesempatan itu, Kaesang diberi kaus hitam dengan tulisan ”PSI Partainya Orang Biasa-biasa dan Bukan Siapa-siapa”. Mereka juga berfoto bersama dengan kaus tersebut.
Gimmick mengenakan kaus berunsur politik sejatinya bukan sekali itu ditampilkan Kaesang. Suami Erina Gudono itu juga pernah mengenakan kaus bergambar Puan Maharani hingga Prabowo Subianto.
Kedua momen itu terjadi dalam Podkaesang Depan Pintu. Guyonan yang menyerempet dengan tema-tema politik sering terjadi dalam acara tersebut. Itu seakan menjadi penanda ketertarikannya pada dunia yang sudah lebih dulu digeluti kakak dan ayahnya, yaitu Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dan Presiden Joko Widodo.
Di sela-sela libur panjang akhir pekan, Minggu (4/6/2023) lalu, bocoran soal rencana karier politik Kaesang mulai mengemuka. Itu disampaikannya ketika berkunjung dengan keluarganya ke Solo Paragon Mall. Sang istri, Erina Gudono, ikut mendampinginya. Dengan nada bercanda, Kaesang menyatakan kedatangannya ke mal itu untuk berkampanye.
”Pasti dong (gencar kampanye). Saya kalau melakukan sesuatu itu all out,” jawabnya.
Saat ditanyai soal isu pencalonannya di Depok, Kaesang malah menyebutkan dua kota lain, yakni Kota Surakarta di Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia juga berseloroh mengenai larangan Gibran kepadanya untuk mencalonkan diri sebagai wali kota Surakarta. Ia menyebut Gibran takut tersaingi olehnya.
Meski demikian, perihal upaya partai politik yang mendekatinya, Kaesang belum menjawabnya secara gamblang. Ia mengaku tengah menunggu mana saja partai politik yang mau meminangnya. Ia juga belum tahu apakah akan bergabung ke PDI-P seperti kakak dan ayahnya atau tidak.
”Belum tahu. Tergantung mana yang mau sama saya saja. Semuanya (sepertinya) enggak mau. Enggak ada yang mau,” kata Kaesang berseloroh.
Ditemui terpisah, Gibran mengaku belum tahu soal video Kaesang yang tengah marak diperdebatkan. Ia meminta semua pihak untuk menanyakan wacana pencalonan itu langsung kepada adiknya. Disinggung soal restu, ia menyebut, seharusnya bukan dia yang memberikannya.
”Idealnya yang merestui (pencalonan kepala daerah) itu bukan saya. Tetapi, justru warga atau masyarakat setempat. Terserah Kaesang saja (jika ingin mencalonkan sebagai kepala daerah). Monggo,” kata Gibran.
Sebenarnya, keinginan Kaesang terjun ke dalam dunia politik pertama kali dilontarkan sang kakak, Gibran, pada Januari lalu. Kaesang mengungkapkan minatnya ketika berlibur dengan keluarganya, di Kota Surakarta. Adanya pernyataan itu direspons PDI-P yang membuka diri bagi sosok pemuda potensial bagi dirinya.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Hasto Kristiyanto, terdapat ketentuan di partainya yang mengharuskan beberapa orang dari satu keluarga untuk bergabung ke partai yang sama. Adapun anggota keluarga Kaesang yang telah bergabung dengan partai tersebut adalah ayahnya, Presiden Joko Widodo; kakaknya, Gibran Rakabuming Raka; dan kakak iparnya yang merupakan Wali Kota Medan Muhammad Bobby Nasution. (Kompas, 30/1/2023)
Seiring kencangnya kabar Kaesang yang bakal turut serta pada pilkada, di Depok, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani turut berkomentar. Terlebih lagi setelah bertebaran spanduk PSI yang seolah hendak meminang Kaesang untuk melaju di Kota Depok, Jawa Barat. Pihaknya ingin melihat keseriusan putra bungsu Presiden Jokowi tersebut dengan menemui secara langsung.
”Ada mekanismenya. Saya sampaikan ke Mas Kaesang. Ayo ketemu Mbak Puan. Ayo masuk ke PDI-Perjuangan. Ini belum sempat ketemu dan ngobrol,” kata Puan di sela-sela kunjungan kerjanya ke Surakarta, Sabtu (11/6/2023).
Ketua DPC Gerindra Kota Surakarta Ardianto Kuswinarno berencana untuk mendorong Kaesang agar memilih Kota Surakarta menjadi tujuan karier politik pertamanya ketimbang Kota Depok. Ia tengah berusaha untuk merayu sosok tersebut. Salah satunya dengan menargetkan capaian 10 kursi bagi partainya di tingkat DPRD Kota Surakarta pada Pemilu 2024.
Meski belum pernah berkiprah dalam ranah politik, Ardianto menganggap Kaesang sebagai kandidat potensial. Itu dinilainya dari rekam jejak Jokowi dan Gibran, selaku keluarga inti Kaesang, yang berhasil membuat Kota Surakarta semakin berkembang. Ia meyakini, kesuksesan yang sama bisa diraih Kaesang jika kelak menjadi wali kota Surakarta.
”Keinginan saya sebetulnya cukup sederhana. Ingin supaya dia melanjutkan pembangunan yang dijalankan kakaknya (Gibran),” kata Ardianto.
Ardianto menyampaikan terus berupaya melobi untuk bisa mendapatkan hati Kaesang. Namun, ia baru bisa berbincang dengan perwakilan Kaesang. Ia memahami betapa padat jadwal pengusaha muda tersebut. Lebih-lebih, ada rencana mencalonkan diri sebagai wali kota Depok. Tentunya, kata dia, Kaesang juga sedang mempelajari wilayah tersebut.
Partai politik juga seharusnya melihat semua kontestasi ini dalam konteks yang tidak terlalu pragmatis. Banyak tokoh yang mungkin bisa diangkat. Jangan semua (yang populer) itu diiyakan.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Wawan Mas’udi menyatakan, aspirasi politik Kaesang tecermin dalam video yang diunggahnya. Sebab, pencalonan kepala daerah juga mesti melihat momentum. Ini berkenaan dengan masa jabatan sang ayah, Presiden Jokowi, yang hampir selesai. Posisi Jokowi diduga bakal menentukan proses pencalonan Kaesang guna membangun jejaring maupun dukungan partai politik.
Di sisi lain, lanjut Wawan, video tersebut juga bisa dijadikan Kaesang sebagai sarana ”cek ombak”. Tujuannya demi melihat dukungan dari kalangan akar rumput apabila nanti ia benar-benar turut serta dalam pencalonan. Dukungan akar rumput sama pentingnya dengan dukungan elite politik pada masa pemilihan kelak.
”Proses membangun jejaring di level komunitas atau akar rumput harus dimulai dari sekarang. Sebab, bagi figur yang belum pernah masuk ke politik, lalu dia memasuki daerah yang sama sekali baru, waktu sekitar 1,5 tahun atau 2 tahun itu sangat pendek,” kata Wawan.
Wawan menyatakan, pencalonan diri sebagai kepala daerah memang hak bagi setiap warga negara. Tak terkecuali Kaesang. Namun, ia menyoroti perihal konteks pemilihan kepala daerah yang levelnya cukup lokal. Pemilihan kandidat semestinya memperhatikan aspek lokalitas dari seorang kandidat. Itu bertujuan untuk melihat kembali pemahaman seorang kandidat atas persoalan yang dihadapi daerahnya.
Dalam konteks tersebut, kata Wawan, tidak ada keterikatan tertentu antara Kaesang dan Depok. Lantas, pencalonannya terkesan sekadar bertumpu pada popularitas media sosial dan relasi politik keluarganya. Keinginan untuk mencalonkan diri juga seperti memanfaatkan momentum sebelum keluarganya terlepas dari lingkaran kekuasaan. Dengan demikian, opini publik ihwal dinasti politik kian kentara mengingat kandidasi dilakukan tanpa rekam jejak yang jelas.
Lihat juga: Baliho Kaesang Wali Kota Muncul di Depok, PKS Sebut Lebih Baik Kaesang Maju di Surakarta
”Bagi saya, penting untuk politisi muda memulai dari bawah. Jangan hanya mengandalkan popularitas di media sosial. Kemudian, semata-mata menggunakan sandaran ke keluarga atau orangtua. Itu menurut pendapat saya tidak sehat bagi perpolitikan kita,” kata Wawan.
Wawan turut mengkritisi peran partai politik selaku pihak yang mampu mengusung kandidat. Ketertarikan mereka pada Kaesang menunjukkan orientasi penentuan calon sekadar untuk memenangkan perolehan suara. Upaya pencarian kandidat-kandidat lain yang benar-benar berangkat dari tingkatan akar rumput seperti tak coba dilakukan.
”Partai politik juga seharusnya melihat semua kontestasi ini dalam konteks yang tidak terlalu pragmatis. Banyak tokoh yang mungkin bisa diangkat. Jangan semua (yang populer) itu diiyakan,” kata Wawan.