Tenggelam Saat Berenang, Tiga Wisatawan Meninggal dan Satu Hilang di Lombok
Tiga wisatawan meninggal dan satu lainnya masih hilang karena tenggelam di Pantai Tanjung Menangis, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Peristiwa ini menambah panjang daftar kecelakaan laut di NTB.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Tiga wisatawan tewas tenggelam di Pantai Tanjung Menangis, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, sebuah kapal nelayan terbalik di Gili Banta, Bima.
Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi dalam keterangan resminya, Senin (5/6/2023), mengatakan, wisatawan tenggelam pada Jumat (2/6/2023) sore di Pantai Tanjung Menangis. Letaknya di Desa Pringgabaya, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.
Wahyu menjelaskan, kejadian bermula saat Arya (7) terseret ombak ketika sedang berenang. Hal itu membuat empat wisatawan lain, Abib Kholik (13), Ziat (13), Gian Heri Apriandi (18), dan Abdul Hakim (25), berusaha menolong.
Akan tetapi, mereka gagal menyelamatkan Arya. Semuanya justru hanyut dan tenggelam, sementara Arya berhasil dievakuasi tim penyelamat.
Pencarian korban hilang lalu dilakukan. Tim berhasil menemukan Abib Kholik beberapa jam kemudian dalam kondisi meninggal.
Pada hari berikutnya, Sabtu (3/6), operasi SAR yang melibatkan berbagai unsur, seperti Pos SAR Kayangan, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB, Unit SAR Lombok Timur, nelayan, dan warga, berhasil menemukan Gian Heri Apriandi.
Sama seperti Abib Kholik, tim gabungan menemukan Gian dalam kondisi meninggal. ”Jenazah Gian ditemukan Sabtu siang, sekitar 500 meter dari lokasi kejadian,” kata Wahyu.
Memasuki hari ketiga operasi SAR, tim gabungan berhasil menemukan korban ketiga, yakni Ziat. Jenazah Ziat ditemukan di Perairan Maluk, Sumbawa Barat, sekitar 22,35 mil laut arah Selatan lokasi kejadian.
”Saat ini, tersisa satu korban yang masih dalam pencarian tim SAR,” kata Wahyu.
Menurut Wahyu, hingga Senin siang, pencarian terhadap korban terakhir, yakni Abdul Hakim, masih belum membuahkan hasil. Pencarian dilakukan di permukaan laut, penyisiran pantai, dan penyelamatan. Sejauh ini, tidak ada kendala pencarian. Cuaca juga dilaporkan cerah.
Perahu terbalik
Selain wisatawan tenggelam, pada Minggu (4/6), kapal yang membawa sembilan pemancing terbalik di perairan Gili Banta, Bima. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Seluruh nelayan selamat dan berhasil dievakuasi.
Menurut Wahyu, sembilan pemancing, yakni Dedi, Idham, Atok, Muhammad, Budi, Syarif, Kifli, Sahbudin, dan Abdul Hafid, tersebut awalnya hendak pulang menuju pelabuhan Sape, Bima. Mereka memancing sejak Sabtu.
Namun, dalam perjalanan, kapal mereka dihantam ombak di kawasan perairan Gili Banta. Pascakejadian, empat orang diselamatkan KMP Cikalang dan dibawa menuju dermaga feri di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Sementara sisanya menyelamatkan diri ke Gili Banta. Tim SAR kemudian dikerahkan untuk mengevakuasi para nelayan. Setelah dievakuasi, para nelayan tersebut kemudian diserahkan ke keluarga masing-masing.
Berdasarkan catatan Kompas, peristiwa di Lombok Timur dan Bima menambah panjang daftar kejadian di perairan laut NTB selama 2023.
Pada Kamis (23/2), perahu nelayan rusak di perairan Sangeang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Beruntung, tujuh nelayan berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
Sementara pada Minggu (19/2), wisatawan asal Amerika Serikat bernama Tysen R Cluff tewas saat menyelam pada kedalaman 21 meter di kawasan perairan Gili, Lombok Utara.
Lalu pada Minggu (5/3), Aminunsyah (18) asal Desa Parado Wane, Kabupaten Bima, hilang setelah terseret ombak di pantai Desa Lere. Tiga hari kemudian, Aminunsyah ditemukan tewas.
Sehari sebelumnya, Sabtu (4/3), kapal pengangkut semen dan sembako Baruna Jaya juga dilaporkan tenggelam di perairan Lombok. Nakhoda dan enam anak buah kapal selamat dan berhasil dievakuasi ke Labuan Dadap, Lombok Timur.
Lalu, pada Minggu (12/3), Nurmala Putri (8) tenggelam saat berenang di Pantai Ketapang, Lombok Timur. Pelajar SD tersebut ditemukan meninggal beberapa hari kemudian.
NTB sendiri telah mulai memasuki musim kemarau. Meski demikian, masyarakat tetap diimbau waspada, termasuk saat beraktivitas di wilayah pesisir atau perairan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Ari Wibianto menyebutkan, masyarakat diimbau mewaspadai potensi gelombang tinggi yang mencapai dua meter atau lebih.
Potensinya ada di Selat Lombok (selat antara Lombok dan Bali) bagian utara dan selatan, Selat Alas (selat antara Lombok dan Sumbawa) bagian selatan, Selat Sape (Selat antara Bima dan Labuan Bajo) bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan NTB.