Gelombang Tinggi di Perairan Barat Lampung, Seorang Nelayan Hilang
Kondisi gelombang bisa lebih tinggi saat peralihan musim seperti sekarang ini. Karena itu, masyarakat di wilayah perairan yang terdampak cuaca ekstrem perlu waspada.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Seorang nelayan yang dilaporkan hilang setelah perahunya dihantam ombak saat melaut di sekitar Pantai Biha, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, pada Minggu (4/6/2023) hingga kini belum ditemukan. Selama sepekan terakhir, cuaca ekstrem berupa gelombang tinggi hingga 4 meter dan angin kencang melanda perairan barat Lampung.
Koordinator Pos SAR Tanggamus Basarnas Lampung Hendra Wahyu mengatakan, nelayan bernama Apriansah itu dilaporkan tenggelam pada Minggu sekitar sekitar pukul 10.00. Pria berusia 38 tahun ini belum ditemukan hingga Senin siang.
”Hingga siang ini korban belum ditemukan. Kami masih terus melakukan pencarian, tapi terkendala gelombang tinggi,” kata Hendra saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (5/6/2023).
Kejadian bermula saat korban bersama rekannya, Edwar, pergi melaut menggunakan perahu jukung pada Minggu pagi. Mereka mencari ikan di laut yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir Pantai Biha. Namun, ombak besar tiba-tiba menghantam perahu yang ditumpangi keduanya. Apriansah dan Edwar pun terjatuh ke laut.
Saat itu, Edwar berhasil menyelamatkan diri dan naik kembali ke perahu. Namun, Apriansah tergulung ombak dan tenggelam.
Satu tim penyelamat dari Pos SAR Tanggamus telah diterjunkan untuk mencari Apriansah. Namun, upaya pencarian belum membuahkan hasil karena kondisi cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah perairan barat Lampung beberapa hari terakhir.
Hendra menambahkan, tim Basarnas dibantu nelayan setempat telah menyisir perairan sejauh 1,2 mil dari lokasi hilangnya korban. Pencarian dilakukan menggunakan peralatan Aqua Eye milik Basarnas dan perahu jukung nelayan. Selain itu, ada juga tim yang menyisir bibir pantai sejauh dua kilometer untuk mencari korban. Namun, korban belum juga ditemukan.
Menurut Hendra, pencarian hanya bisa dilakukan sejak pagi hingga sore hari karena cuaca ekstrem. Tim tidak bisa mengoptimalkan pencarian di laut pada malam hari karena gelombang di perairan Barat Lampung semakin ganas dan bisa membahayakan nyawa. Pencarian akan terus dilakukan hingga tujuh hari.
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Maritim Panjang, tinggi gelombang laut di Perairan Barat Lampung sekitar 2,5-4 meter. Sementara itu, kecepatan angin mencapai 20 knot atau 37 kilometer per jam.
Hendra menambahkan, Kantor SAR Lampung telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mencegah kecelakaan akibat cuaca ekstrem di wilayah perairan barat Lampung. Informasi hilangnya nelayan juga telah disebarkan kepada kelompok nelayan melalui media radio dan daring.
Sementara itu, prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Panjang, Achmad Raflie Pahlevi, menuturkan, kondisi gelombang di perairan Lampung berubah setiap hari. Kerena itu, Stasiun Meteorologi Maritim Panjang selalu memperbarui informasi peringatan dini gelombang tinggi setiap hari.
Nelayan dan pelaku jasa pelayaran tradisional diharapkan terus memantau informasi cuaca dari BMKG, baik melalui media elektronik maupun daring.
Ia mengatakan, gelombang di wilayah perairan Barat Lampung memang selalu tinggi. Kondisi gelombang bisa lebih tinggi saat peralihan musim seperti sekarang ini. Karena itu, masyarakat di wilayah perairan yang terdampak cuaca ekstrem perlu waspada. Wilayah perairan di Lampung yang terdampak meliputi Selat Sunda bagian barat, perairan barat Lampung, dan Samudera Hindia.
Menurut Achmad, kondisi cuaca dengan tinggi gelombang dan angin kencang hingga 20 knot berbahaya bagi nelayan dan pelaku jasa transportasi pelayaran tradisional. Oleh karena itu, nelayan dan pelaku jasa pelayaran tradisional diharapkan terus memantau informasi cuaca dari BMKG, baik melalui media elektronik maupun daring.