Harga Ayam Potong di Kalteng Tembus Rp 60.000 Per Kilogram
Harga ayam potong di Kalimantan Tengah meroket. Banyak faktor yang memengaruhinya, mulai dari stok kosong hingga panjangnya jalur distribusi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Harga ayam potong di Kalimantan Tengah naik drastis hingga rata-rata Rp 60.000 per kilogram. Hal itu dipicu kurangnya stok ayam potong yang beredar di provinsi tersebut. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pun menyatakan akan mengatasi persoalan tersebut.
Zulkifli Hasan tiba di Kota Palangkaraya pada Jumat (2/6/2023) malam untuk membuka bazar murah di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Lalu, pada Sabtu (3/6/2023) pagi, Zulkifli memantau perkembangan harga di Pasar Besar Kota Palangkaraya.
Berdasarkan pantauan Kompas, harga ayam potong di Kota Palangkaraya mencapai Rp 49.000–Rp 50.000 per kilogram. Di Pasar Besar Palangkaraya, Lida Melati (40), pedagang ayam potong, mengungkapkan, harga normal ayam potong hanya Rp 35.000-Rp 38.000 per kilogram. Harga terus meningkat dalam seminggu belakangan.
”Saya hanya dagang. Ini juga ayamnya orang. Tapi, memang sudah seminggu ini ayam susah nyarinya. Saya juga dapat kiriman dari luar Palangkaraya,” ucap Lida.
Lida menjelaskan, pasokan ayam potong biasanya diambil dari sekitar Palangkaraya. Namun, karena stok kosong, ia harus memesan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Panjangnya jalur distribusi juga memengaruhi kenaikan harga ayam potong.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, harga ayam potong berkisar Rp 59.000–Rp 60.000 per kilogram. Laila (30), ibu rumah tangga di Jalan Ahmad Yani, Pangkalan Bun, mengungkapkan, dirinya beberapa kali tidak kebagian daging ayam potong. ”Sekalinya dapat, harganya mahal,” ujarnya.
Pelan-pelan saya urus sampai normal kembali, tetapi satu atau setengah bulan ini kita kasih (peternak) kesempatan untuk naikkan harga.
Menanggapi hal itu, Zulkifli mengungkapkan, dari beberapa barang kebutuhan pokok, ayam potong memang mengalami kenaikan harga. Menurut dia, selain persoalan distribusi, kenaikan harga juga terjadi karena selama ini peternak ayam potong menjual dengan harga yang murah.
”Pelan-pelan saya urus sampai normal kembali, tetapi satu atau setengah bulan ini kita kasih (peternak) kesempatan untuk naikkan harga,” kata Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, selama ini peternak menjual ayam potong di kisaran Rp 32.000–Rp 33.000 per kilogram. Lalu, pemerintah menaikkan harga dasar menjadi Rp 35.000 per kilogram. Setelah itu, peternak terus menaikkan harga dengan berbagai alasan.
”Nanti kami lihat lagi. Kalau soal ongkos (distribusi) kemahalan, wali kota bisa kasih subsidi. Lalu, kalau soal pakan, nanti penyebabnya kita lihat lagi. Ini, kan, baru (naik harga), kasihan juga peternak, kan,” kata Zulkifli.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Kalimantan Tengah Aster Bonawati tidak menampik terjadinya kenaikan harga ayam potong. Namun, menurut dia, ketersediaan daging ayam potong masih aman.
”Kalau daging ayam beku, masih banyak. Harganya bersaing, tetapi lebih bersih dibanding daging ayam segar di pasar. Konsumen bisa jadikan itu pilihan,” kata Aster.
Aster menjelaskan, pihaknya juga terus berupaya menstabilkan harga daging ayam potong di Kalimantan Tengah. Salah satunya dengan berkoordinasi dari sektor hulu hingga hilir usaha daging ayam potong.
”Kami sedang koordinasikan mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari persoalan pakan sampai tempat pemotongan, hingga dijual di pasar. Kami juga proaktif koordinasi ke pusat dan asosiasi peternak ayam potong di pusat,” kata Aster.
Aster menjelaskan, harga bahan kebutuhan pokok lainnya masih dinilai aman, begitu juga ketersediaan atau stoknya. ”Masyarakat bisa mencoba untuk mengonsumsi daging beku, baik ayam maupun sapi,” katanya.