Merawat Keunggulan Sapi Pejantan Tangguh lewat Inseminasi Buatan
Balai Inseminasi Buatan Lembang bertanggung jawab menjaga hidup pejantan sapi tangguh di Indonesia. Sperma yang dikumpulkan menjamin keberhasilan swasembada sapi di Tanah Air.
Teknologi inseminasi buatan atau kawin suntik membuka jalan mewujudkan swasembada sapi sembari meningkatkan mutu ternak. Sperma atau semen sapi beku dari para pejantan tangguh dibutuhkan untuk menghasilkan sapi-sapi terbaik demi kemandirian bangsa.
Ikhtiar merawat keinginan itu menjadi wajah keseharian di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pada Rabu (31/5/2023), pejantan sapi dari berbagai benua kembali menjadi bintang utamanya. Setiap hari, sperma mereka diambil, dibekukan, dan diedarkan ke sejumlah daerah.
”Ayo, biar cepat beres,” teriak Asep Suparman (54) meminta seekor sapi limosin jantan segera mengawini betina di hadapannya.
Asep adalah petugas kolektor sperma sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. Saat tanda-tanda ejakulasi mulai tampak, Asep bergerak cepat. Dia menempelkan alat pengumpul sperma ke penis pejantan tersebut.
Baca juga: Inseminasi Banteng Jawa dan Sapi Bali untuk Bibit Unggul
Asep rutin melakukan hal yang sama setiap pagi. Menjelang siang, puluhan kantong sperma sapi sudah dikumpulkan bersama kolektor lain. Rabu itu, misalnya, mereka mengumpulkan 20 kantong sperma sapi dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30.
”Sekali ambil rata-rata 10 menit. Tetapi kalau lebih dari 30 menit, biasanya menunggu lagi sampai dia siap untuk ejakulasi,” ujarnya sambil menunjuk salah satu sapi yang ditambatkan di sisi area pengambilan sperma.
Sebagian besar sapi pejantan yang tengah diambil spermanya hari itu berjenis limosin. Ras sapi yang berasal dari Perancis ini sangat diminati. Tubuhnya kokoh, besar. Bobot bisa lebih dari 1 ton.
Dari 253 pejantan di BIB Lembang, 78 ekor di antaranya sapi limosin. Sapi simmental dari Swiss menjadi yang terbanyak dengan jumlah hingga 86 ekor.
Seperti limosin, ukuran simmental juga tampak lebih besar dari sapi lokal. Bobotnya juga lebih dari 1 ton.
Sperma dari kedua jenis sapi yang berasal dari ”Benua Biru” ini menjadi primadona di BIB Lembang. Selama bulan April 2023, lebih dari 500.000 dosis di antaranya berasal dari sapi simmental dan 499.000 dosis dari sapi limosin.
Jumlah dosis kedua sapi ini menjadi yang terbesar dari total 3,07 juta dosis stok semen sperma beku di BIB Lembang di bulan itu.
Menurut Medic Veteriner Muda BIB Lembang, Yessi Latipah, permintaan dari kedua jenis sapi impor atau disebut sapi eksotis ini selalu lebih tinggi dibandingkan ternak lainnya.
Permintaan tinggi ini tampak dari penyediaan semen beku oleh BIB Lembang dalam Program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan).
Program yang bertujuan untuk meningkatkan persebaran sapi berkualitas ini dicanangkan oleh Kementerian Pertanian. Salah satu tujuannya menyuplai semen beku untuk para peternak di berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Populasi Kerbau Rawa Terus Turun, Program Inseminasi Buatan Diperlukan
Dalam Sikomandan Tahap I, 7 Februari-6 April 2023, alokasi semen beku dari BIB Lembang mencapai 657.065 dosis untuk 15 provinsi. Dari jumlah tersebut, kebutuhan semen beku dari jenis sapi simmental mencapai 182.403 dosis dan sapi limosin mencapai 172.596 dosis,
Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan jenis lainnya, bahkan permintaan semen sapi pejantan lokal. Sebut saja alokasi semen beku dari sapi peranakan ongole (PO) yang hanya 76.202 dosis, sapi madura (4.000), dan sapi aceh (1.600). Bahkan, alokasi semen beku dari sapi pasundan hanya 100 dosis.
”Kedua jenis sapi ini yang paling dicari peternak karena memiliki keunggulan dari bobot sehingga lebih produktif. Anakan hasil inseminasi buatan dari sapi jenis ini bisa dijual lebih mahal dibandingkan sapi lainnya,” ujar Yessi.
Perbaikan kualitas
Selain ras simmental dan limosin, berbagai jenis sapi baik dari lokal dan mancanegara ada di BIB Lembang. Yessi menjabarkan, setidaknya ada 11 jenis sapi, satu jenis kerbau, serta delapan jenis kambing dan domba yang jadi pejantan di sana.
Setiap tahunnya, BIB Lembang mengambil lebih dari 2 juta dosis semen beku. Yessi menjelaskan, pemerintah menargetkan BIB Lembang memproduksi 2,37 juta dosis. Tujuan akhirnya meningkatkan kualitas dari sapi yang ada di Tanah Air.
”Seluruh pejantan di sini dijamin kualitasnya dan dalam kondisi baik. Semua itu dibutuhkan untuk menghasilkan semen yang berkualitas dalam proses inseminasi buatan dan melahirkan sapi unggulan,” ujarnya.
Bibit sapi yang unggul ini dianggap mampu membuka jalan untuk swasembada daging sapi. Medic Veteriner dari Unit Produksi Semen BIB Lembang, Seno Prihandoko, menjelaskan, semen pejantan dari sapi impor atau disebut sapi eksotis dianggap mampu menghasilkan sapi berkualitas.
Namun, tidak hanya sapi luar negeri yang memiliki kelebihan. Meskipun berukuran lebih kecil dari sapi eksotis, Seno berujar, sapi lokal juga unggul dalam beberapa faktor sehingga tidak bisa diabaikan.
Bahkan, keunggulan itu bisa mewujudkan Indonesia yang berdikari dalam menghasilkan daging. Seno mencontohkan, sapi bali yang lebih cepat hamil kembali setelah melahirkan. Sapi lokal juga umumnya memiliki daya tahan yang tinggi dari penyakit karena telah beradaptasi dengan iklim domestik.
”Meskipun sapi lokal lebih kecil, mereka memiliki keunggulan. Misalnya, ada sapi lokal yang menghasilkan persentase daging tinggi, ada juga yang lebih cepat hamil. Semua itu juga menjadi nilai tambah untuk swasembada sapi,” ujarnya.
Baca juga: Jabar Genjot Program Inseminasi Buatan
Di sisi lain, sapi eksotis menawarkan fisik yang lebih besar dan berat sehingga mampu menghasilkan daging yang lebih banyak. Namun, berbagai perlakuan khusus, terutama pakan, membuat anakan sapi dari bibit impor ini tidak bisa disamakan dengan pakan sapi lokal.
”Semua punya nilai keunggulan. Hanya saja, sebagian besar peternak memilih untuk membeli semen sapi eksotis karena ingin mendapatkan sapi dengan ukuran besar. Itu juga sebenarnya tidak masalah karena bertujuan untuk meningkatkan mutu sapi di Indonesia,” ujarnya.
Lestarikan sapi lokal
Meskipun memiliki keunggulan, tetap saja sapi lokal kalah pamor dibandingkan sapi eksotis, seperti yang terlihat dari permintaan semen beku sapi dalam Program Sikomandan. Namun, hal ini tidak serta-merta membuat sapi lokal diabaikan.
Seno berujar, dengan menjaga dan memelihara para pejantan lokal, plasma nutfah atau kelestarian dari sapi asli Nusantara tetap terjaga. Karena itu, BIB Lembang tetap rutin mengambil dan menyimpan semen dari sapi-sapi lokal di sana.
Penyediaan semen beku dari pejantan yang ada di BIB Lembang, kata Seno, juga dianggap bisa meningkatkan kualitas genetika sapi lokal. Dengan memberikan ”bibit” terbaik dari para sapi dalam negeri, produksi dari para peternak bisa lebih maksimal karena terbukti tangguh dalam kondisi iklim lokal.
Di samping swasembada sapi, kami juga diberi tanggung jawab untuk melestarikan sapi-sapi lokal. Semen beku di sini bisa disimpan puluhan tahun. Jadi, dengan upaya ini diharapkan bisa menjaga plasma nutfah dari para sapi lokal.
”Di samping swasembada sapi, kami juga diberi tanggung jawab untuk melestarikan sapi-sapi lokal. Semen beku di sini bisa disimpan puluhan tahun. Jadi, dengan upaya ini diharapkan bisa menjaga plasma nutfah dari para sapi lokal,” ujarnya.
Tidak hanya berbicara produktivitas melalui inseminasi buatan dari sapi luar negeri, swasembada sapi juga diharapkan tetap menjaga keberadaan sapi lokal yang memiliki keunggulan. Semua itu diharapkan membuka jalan Indonesia yang berdikari dalam penyediaan daging dalam negeri.