Ritual Pindapata di Magelang, Umat Lintas Agama Berderma untuk Para Biksu
Sekitar 50 biksu mengikuti ritual pindapata di Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023). Dalam kesempatan itu, umat lintas agama turut berderma kepada para biksu.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Umat lintas agama beramai-ramai berderma kepada para biksu yang menunaikan ritual pindapata di kawasan pecinan Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023). Derma yang diberikan itu antara lain berwujud makanan ringan, minuman, buah, obat-obatan, dan uang.
Pindapata adalah tradisi pemberian derma dari umat kepada para biksu menjelang perayaan Waisak. Di Kota Magelang, tradisi ini biasa dilakukan para biksu dengan berjalan kaki menempuh jarak sekitar 800 meter dari Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio ke ujung kawasan pecinan Magelang.
Tahun ini, pindapata di Magelang diikuti sekitar 50 biksu, termasuk 33 biksu yang melakukan tradisi Thudong dari Thailand. Selain itu, sejumlah biksu dari beberapa daerah di Indonesia juga mengikuti tradisi tersebut.
Salah seorang yang turut memberi derma tak lain Mar (65), umat Muslim asal Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Dia mengaku telah menyiapkan amplop-amplop kecil berisi uang untuk para biksu. Namun, warga yang enggan disebutkan nama lengkapnya itu tidak mau menyebut berapa jumlah amplop yang disiapkannya.
Mar menuturkan, kegiatan berderma itu rutin dilakukannya dalam acara pindapata setiap tahun. Dia pun mengaku senang melakukannya karena berderma merupakan perbuatan baik yang akan berdampak positif untuk diri sendiri.
”Ibarat menanam jagung, kita akan panen jagung. Ketika menanam kebaikan, maka kita pun akan mendapatkan balasan berkah kebaikan datang untuk diri kita sendiri,” kata Mar.
Mar menyebut, dirinya memilih berderma uang karena derma makanan dianggapnya kurang bermanfaat bagi para biksu. Sebab, berdasar pengalamannya mengikuti pindapata, para biksu sangat membatasi asupan makanan yang mereka konsumsi. Oleh karena itu, mereka kerap memberikan derma makanan berlebih kepada orang lain.
”Biasanya derma makanan itu diberikan para biksu kepada warga yang menyambut mereka di tepi jalan,” ungkap Mar. Selain itu, sebagian derma berupa uang juga diberikan para biksu kepada warga, terutama anak-anak, yang mereka temui di jalan.
Sarinah (55), umat Muslim asal Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, juga turut memberikan derma saat pindapata. Namun, perempuan itu mengaku hanya sempat menyiapkan satu amplop berisi uang untuk diberikan kepada para biksu.
“Saya tidak sempat menyiapkan banyak amplop karena informasi tentang pindapata baru saya terima kemarin malam,” ujar Sarinah. Meski begitu, dia mengaku senang bisa turut memberikan derma.
Ketika menanam kebaikan, maka kita pun akan mendapatkan balasan berkah kebaikan datang untuk diri kita sendiri
Ana (57), salah seorang umat Katolik, juga menyiapkan amplop-amplop berisi uang untuk diberikan kepada para biksu. Setelah memberikan sebagian amplop kepada sejumlah biksu yang baru memulai pindapata, dia lalu beralih posisi untuk menunggu para biksu di jalur pulang menuju TITD Liong Hok Bio.
”Saya harus kembali menunggu para biksu. Masih ada sisa amplop harus diberikan kepada mereka,” kata Ana yang menganggap pemberian derma itu sama dengan memberikan kolekte di gereja.
Sementara itu, Yani (40), umat Buddha dari Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, memberi derma berupa 40 roti bolu kukus kepada para biksu. Selain untuk menanamkan karma baik, pemberian derma itu juga untuk memberi teladan bagi untuk putrinya yang masih berusia 11 bulan.
”Alangkah baiknya jika putri saya tahu dan melihat sendiri tentang perlunya berbagi kepada sesama, termasuk para biksu,” ujar Yani.
Wakil Ketua Panitia Waisak Nasional 2567 BE/2023 Bhante Dhammavuddho Thera mengatakan, biksu memang tidak diizinkan untuk memasak. Oleh karena itu, para biksu biasa mendapatkan makanan dari derma umat yang diterimanya dalam acara pindapata.
Bhante Dhammavuddho menyebut, di sejumlah daerah, para biksu melakukan pindapata setiap hari. Namun, di kebanyakan daerah di Indonesia, pindapata biasanya hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti menjelang perayaan Waisak.