Jalan Rusak Tak Diperbaiki Pemerintah, Warga Toba Swadaya Timbun Jalan
Warga Kecamatan Habinsaran, Borbor, dan Nassau di Kabupaten Toba belasan tahun hidup dengan jalan rusak berat. Tak diperbaiki pemerintah, masyarakat terpaksa merogoh uang Rp 50.000 per keluarga untuk menimbun jalan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TOBA, KOMPAS — Warga Kecamatan Habinsaran, Borbor, dan Nassau di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, belasan tahun hidup dengan jalan yang rusak berat. Tak diperbaiki pemerintah, masyarakat terpaksa merogoh uang Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per keluarga untuk menimbun jalan dengan batu. Jika tidak, hasil pertanian mereka tak bisa dijual.
”Kami baru saja menimbun jalan berlumpur yang rusak berat dengan batu padas agar bisa dilewati truk. Kalau tidak ditimbun, hasil pertanian kami tidak bisa diangkut ke kota,” kata Kepala Desa Lumban Rau Barat, Kecamatan Habinsaran, Rukman Lubis, Rabu (24/5/2023).
Jalan provinsi di Kabupaten Toba itu merupakan jalan satu-satunya yang menghubungkan desa-desa di tiga kecamatan ke ibu kota kabupaten, Balige. Karena kondisi jalan rusak berat, waktu tempuh dari Desa Lumban Rau Barat ke Balige tiga jam, padahal jaraknya hanya 60 kilometer.
Truk yang mengangkut bahan pertanian hanya bisa berjalan pelan karena di beberapa ruas tidak ada lagi aspal yang tersisa, jalan berlubang, dan berlumpur. Saat hujan turun, beberapa ruas tidak bisa dilalui karena berlumpur dan sangat licin.
Rukman mengatakan, mereka baru saja membeli delapan truk batu padas dengan harga Rp 800.000 per truk. Mereka menimbun jalan yang berlubang dan berlumpur agar bisa dilalui kendaraan.
”Kami kumpulkan uang dari masyarakat secara sukarela. Masyarakat memberikan Rp 10.000 sampai Rp 50.000 per keluarga. Ada juga perantau dan pengusaha dari kampung kami yang membantu,” ujar Rukman.
Rukman mengatakan, jalan rusak sangat merugikan masyarakat yang sebagian besar merupakan petani. Ia mencontohkan, harga biji kopi gabah kering di desa mereka hanya Rp 27.000 per kilogram. Di Balige, harga kopi itu sudah Rp 40.000 per kilogram. Demikian juga jagung pipil yang mereka jual Rp 4.500 per kilogram di desa, sementara di Balige sudah Rp 5.500 per kilogram.
Ketua Forum Perjuangan Masyarakat Habinsaran Borbor Nassau Parasman Pasaribu mengatakan, ada empat ruas jalan di tiga kecamatan itu dengan total panjang 137,5 kilometer dengan 56,7 kilometer di antaranya rusak berat. Jalan itu menghubungkan tiga kecamatan ke pusat kabupaten, ke arah perbatasan Tapanuli Utara, dan ke arah Labuhanbatu Utara.
”Kami membentuk Forum Perjuangan Masyarakat, antara lain untuk mendorong perbaikan jalan di daerah kami. Ekonomi desa kami sangat terpukul karena jalan rusak ini,” ucap Parasman.
Parasman mengatakan, forum masyarakat itu juga sudah beberapa kali secara swadaya membeli batu untuk menimbun jalan. Mereka juga mengajak anak-anak sekolah untuk bergotong royong. Anak-anak sekolah ikut memecahkan batu dan menyusunnya di jalan sentra produksi pertanian itu.
Parasman mengatakan, mereka berharap kunjungan Presiden Joko Widodo yang melihat jalan rusak di Labuhanbatu Utara, Rabu (17/5), menjadi momentum untuk perbaikan jalan di daerah mereka. ”Kami sudah beberapa kali membuat laporan ke DPRD Sumut dan diundang untuk rapat dengar pendapat. Namun, tidak pernah ada perbaikan menyeluruh,” kata Parasman.
Ekonomi desa kami sangat terpukul karena jalan rusak ini.
Persoalan jalan rusak mengemuka setelah Presiden melihat jalan rusak di Sumatera. Presiden meminta gubernur, bupati, dan wali kota segera memperbaiki jalan rusak berat di sentra produksi dan jalur logistik.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Sumut Marlindo Harahap mengatakan, jalan provinsi di Kabupaten Toba itu menjadi salah satu ruas yang akan diperbaiki tahun ini dalam proyek perbaikan jalan provinsi anggaran tahun jamak senilai Rp 2,7 triliun. Selama ini, perbaikan jalan dilakukan secara tambal sulam.
Marlindo mengatakan, Dinas PUPR Sumut telah mengerjakan 95 ruas dari 163 ruas jalan provinsi dalam proyek yang dilaksanakan dengan skema kerja sama operasi itu. Proyek Rp 2,7 triliun ditargetkan bisa memperbaiki 450 kilometer jalan provinsi dari total 580 kilometer yang rusak berat.