Kerusakan Jalan di Pantai Timur Sumatera Sangat Memprihatinkan
Kondisi jalan di kawasan pantai timur Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan sangat memprihatinkan. Kerusakan jalan menggerogoti hampir di sepanjang jalan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KAYU AGUNG, KOMPAS — Kondisi jalan di kawasan pantai timur Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan sangat memprihatinkan. Kerusakan jalan menggerogoti hampir di sepanjang jalan. Mobilitas warga pun terhambat karena kerusakan jalan tersebut.
Jalan dari Palembang ke Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, sepanjang 100 kilometer (km), tidak mulus. Sekitar 50 persen ruas jalan mengalami kerusakan ringan hingga berat. Kerusakan jalan setidaknya terlihat di tiga kecamatan, yakni Pampangan, Pangkalan Lampam, dan Tulung Selapan.
Pantauan Kompas, kerusakan jalan di sepanjang jalan Palembang menuju Tulung Selapan mulai terjadi di Kecamatan Pampangan, sekitar 42 km dari Palembang. Di sini jalan mulai bergelombang dan berlubang.
Namun, kondisi kian parah saat memasuki Kecamatan Pangkalan Lampam sampai Tulung Selapan sejauh 60 km. Di ruas tersebut jalan bergelombang hampir terjadi di sepanjang jalan. Bahkan, diameter lubang mencapai 1,5 meter sampai 2 meter dengan kedalaman hingga 60 cm sampai 1 meter. Jalan bahkan dipenuhi lumpur. Kondisi ini membuat laju kendaraan kurang dari 20 km per jam.
Sekretaris Forum Komunikasi Masyarakat Pantai Timur Patriot Muslim, Selasa (23/5/2023), menuturkan, untuk menyusuri jalan dari Palembang ke Tulung Selapan sepanjang 100 km membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam. Itu berarti rata-rata kecepatan kendaraan berkisar 20-30 km per jam. Padahal, jika jalan mulus, waktu yang dibutuhkan hanya 2-3 jam.
Menurut Patriot, kerusakan jalan di pantai timur Sumatera ini seakan tidak pernah tuntas. ”Kalaupun ada perbaikan hanya dilakukan seadanya,” ujarnya. Dia pernah melihat proses perbaikan hanya dilakukan dengan menyiram campuran semen dan pasir.
Akibatnya, jalan yang baru diperbaiki pun akan kembali rusak beberapa bulan setelahnya. ”Perbaikan yang tidak tuntas malah menambah parah kerusakan jalan,” katanya. Kerusakan parah terutama terjadi dalam lima tahun terakhir.
Lubang jalan akan semakin lebar lantaran banyak kendaraan pengangkut komoditas dan logistik yang melintas karena memang jalur ini merupakan satu-satunya jalan menuju Tulung Selapan.
Kondisi jalan kian mengerikan ketika hujan mengguyur. Dalamnya lubang membuat jalan layaknya kolam. Saat air mulai surut, jalan berubah menjadi kubangan lumpur. Hal itu dikeluhkan warga, terutama pemilik kendaraan, lantaran kendaraan yang mereka gunakan cepat rusak.
Agar diperbaiki
Saat ini pihaknya terus berupaya mengusulkan agar jalan di pesisir timur Sumatera segera diperbaiki. ”Jalan di sini (pantai timur Sumatera) mungkin jauh lebih buruk daripada jalan di Lampung ataupun Sumatera Utara. Namun, tidak terekspos saja,” ungkapnya.
Harapan yang sama diutarakan Kepala Desa Sukadamai, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Febri Nasution. Sebab, kerusakan jalan poros membuat warganya kesulitan mengirimkan sejumlah komoditas, seperti beras, karet, dan kelapa sawit.
Febri mengaku lelah mengusulkan perbaikan jalan ini kepada pemerintah karena tidak pernah ditanggapi. ”Sangat tidak mungkin pemda tidak tahu kondisi jalan di sini. Kalau mereka mau pasti langsung diperbaiki,” ujarnya.
Menanggapi situasi ini, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mengajak perusahaan swasta yang beroperasi di wilayah OKI cepat tanggap membantu penanganan kerusakan jalan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang OKI, Man Winardi, mengatakan, sinergisitas antara pemerintah dan perusahaan harus dimaksimalkan guna menanggulangi kerusakan jalan di Kabupaten OKI.
Sangat tidak mungkin pemda tidak tahu kondisi jalan di sini. Kalau mereka mau pasti langsung diperbaiki.
Saat ini total jalan yang menjadi tanggung jawab Pemkab OKI mencapai 2.037,106 km dengan 188 ruas. ”Jika kita hanya mengandalkan dana dari APBD tentu tidak akan cukup karena sangat terbatas. Karena itu, butuh dukungan dan kerja sama semua pihak, termasuk swasta,” ucapnya.
Bantuan perbaikan jalan tersebut sangat dibutuhkan untuk menopang mobilitas masyarakat serta membantu kekurangan APBD yang dialokasikan untuk perbaikan insfrastruktur.
“Kami menggugah pihak swasta untuk turut peduli membantu memperbaiki kerusakan jalan di OKI,” kata Winardi. Bantuan dari perusahaan swasta dibutuhkan mengingat jalan yang mengalami kerusakan harus segera diperbaiki.
Selain itu, Winardi berharap perangkat daerah terkait dapat meningkatkan anggaran di bidang insfrastruktur jalan dan jembatan di tahun berikutnya. ”Saya berharap semua pihak mau berpartisipasi untuk menyelesaikan perbaikan jalan dengan tuntas,” tuturnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Sumarjono Saragih menganalogikan jalan bagai pembuluh darah. Apabila kondisi baik dan lancar, proses bisnis berjalan dengan efisien dan menghasilkan produk yang berdaya saing.
Sebaliknya, apabila sang pembuluh darah terganggu karena macet atau rusak, bisnis berhenti, rugi, bahkan bisa membawa kematian (bangkrut). Karena itu, perbaikan jalan harus menjadi prioritas.
Puluhan tahun Indonesia merdeka, tapi masih berjuang karena infrastruktur jalan yang minim dan kualitas buruk. Pihaknya mengapresiasi pemerintah pusat yang menjadikan urusan jalan sebagai prioritas.
Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Muhammad Ichsan Hadjri menuturkan, perbaikan infrastruktur menjadi hal yang paling krusial karena menjadi salah satu faktor penyokong pergerakan ekonomi di suatu daerah. Apalagi jika di daerah itu memiliki komoditas yang potensial.
Sayangnya, pembangunan di Sumsel kurang merata sehingga hanya segelintir pihak yang mendapatkan dampak ekonomi. Padahal, dengan pemerataan bisa memangkas angka kemiskinan. ”Kondisi inilah yang membuat kesenjangan masih sangat terasa,” ujarnya.