Berdasarkan hasil kajian risiko bencana pada tahun ini, sebanyak 27 distrik atau kecamatan di Provinsi Papua rawan bencana gempa bumi.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Berdasarkan hasil kajian risiko oleh Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BBMKG Wilayah V Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua, sebanyak 27 distrik atau kecamatan di Provinsi Papua rawan gempa bumi. Hasil kajian ini diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk menyiapkan langkah mitigasi.
Kepala Stasiun Geofisika Jayapura Herlambang Hudha saat dihubungi pada Senin (22/5/2023) mengatakan, 27 distrik ini tersebar di satu kota dan lima kabupaten, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Biak Numfor, dan Kabupaten Kepulauan Yapen.
Kecamatan tersebut meliputi Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Sentani Barat, Nimbokrang, Nimboran, Unurum Guay, Kemtuk Gresi, Gresi Selatan, Sarmi Selatan, Sarmi Timur, Upawair Hulu, Tor Atas, dan Bonggo. Selain itu, Biak Kota, Biak Timur, Samofa, Biak Barat, Biak Utara, Yendidori, Supiori Timur, Supiori Utara, Supiori Selatan, Kepulauan Aruri, Teluk Ampimoi, Yapen Selatan, Raimbawi, dan Yapen Timur.
Herlambang memaparkan, tim kajian risiko gempa terdiri dari BBMKG Wilayah V Jayapura serta Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua. Kajian risiko gempa bumi dilakukan sejak Maret 2023.
”Tim melakukan kajian risiko bencana gempa di enam daerah. Pemilihan daerah ini berdasarkan sisi historis pernah terjadi gempa bumi yang berdampak besar,” ujar Herlambang.
Herlambang menuturkan, daerah-daerah yang rawan gempa bumi dilewati oleh sesar atau patahan. Salah satunya adalah patahan zona subduksi Papua bagian utara yang termasuk area atau jalur cincin api di Samudra Pasifik.
Ia berharap hasil kajian ini menjadi acuan bagi pemda di enam daerah tersebut, termasuk masyarakat, untuk menyiapkan langkah mitigasi. Salah satunya adalah dengan menyiapkan bangunan yang tahan gempa.
”Saat ini, tim masih menyusun hasil kajian tersebut. Data tersebut akan dimasukkan sebagai bagian dari dokumen kajian risiko bencana di Papua,” ujar Herlambang.
Gempa besar terakhir di Provinsi Papua terjadi pada 9 Februari 2023 di Kota Jayapura. Saat itu, kekuatan gempa mencapai magnitudo 5,2. Akibat peristiwa itu, empat warga tewas serta 252 rumah dan 11 fasilitas pemerintahan juga rusak.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Robert Manderi mengatakan, hasil kajian risiko bencana akan diumumkan kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat memahami daerah-daerah yang rawan bencana, termasuk gempa.
”Kami akan menyusun seluruh hasil pemetaan, baik gempa, tsunami, maupun bencana hidrometeorologi dalam dokumen kajian risiko bencana di Papua tahun ini. Dokumen ini juga akan dimasukkan dalam rancangan tata ruang wilayah (RTRW) di setiap kabupaten dan kota yang rawan bencana,” ujar Welliam.