Dengan populasi kendaraan bermotor tertinggi dan konsumsi bahan bakar minyak yang tetap tinggi, Jawa Timur menjadi lokasi yang selalu seksi untuk pengembangan bisnis ritel BBM.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Konsumsi bahan bakar minyak oleh masyarakat termasuk di Jawa Timur masih akan tinggi setidaknya sampai satu dasawarsa mendatang. Situasi ini mendorong pertumbuhan bisnis ritel atau distribusi melalui stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU.
Konsumsi BBM yang tinggi di Jatim dipicu situasi bahwa provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini merupakan tempat populasi kendaraan bermotor terbanyak di Indonesia.Sampai dengan akhir 2022, populasi kendaraan bermotor di Indonesia 152,52 juta unit.
Sebanyak 24,27 juta di antaranya atau 15,91 persen berada di Jatim sehingga menjadi populasi kendaraan bermotor tertinggi. Dari 24,27 juta itu, sebanyak 17,82 juta di antaranya sepeda motor, 5,66 juta mobil penumpang, 731.789 mobil beban, 26.183 bus, dan 774 kendaraan khusus.
Di sisi lain, menurut Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim, kuota BBM bersubsidi cenderung meningkat. Kuota pada 2021 sebanyak 2,352 juta kiloliter (kl). Tahun berikutnya, pemerintah menetapkan kuota untuk Jatim 2,281 juta kl.
Namun, pada Oktober 2022, Jatim mendapat tambahan 1,454 juta kl biosolar dan pertalite sehingga kuota tahun tersebut menjadi 3,736 juta kl. Kuota minyak solar 2023 sebanyak 2,504 juta kl, sedangkan kuota untuk pertalite 4,550 juta kl. Artinya, konsumsi BBM bersubsidi oleh warga Jatim meningkat dari tahun ke tahun.
Selaras
Dilihat dari situasi itu, kenaikan konsumsi BBM bersubsidi dianggap selaras dengan peluang konsumsi BBM tak bersubsidi. Peluang itulah yang kemudian dilihat dan ditangkap oleh swasta dalam pengembangan ritel BBM. Di Jatim terus bermunculan SPBU baru yang dimiliki atau dikelola oleh swasta bukan Pertamina terutama Shell dan BP-AKR.
Menurut Presiden Direktur BP AKR Peter Molloy, bisnis ritel BBM akan terus tumbuh seiring peningkatan konsumsi energi oleh masyarakat. Untuk itulah, BP-AKR Fuel Retail melalui PT Aneka Petroindo Raya yang mengelola jaringan SPBU akan terus menambah lokasi baru.
”Kami baru memiliki 40 lokasi, yakni 27 lokasi di Jabodetabek dan 13 lokasi di Jawa Timur yang akan ditambah 10 lokasi baru sampai akhir tahun ini,” katanya dalam pertemuan dengan media massa di Surabaya, Senin (15/5/2023).
Peter melanjutkan, sampai akhir 2023, SPBU akan ditambah menjadi 50 lokasi. Mereka akan menambah 50 SPBU baru setiap tahun sehingga dapat mencapai target 350 lokasi SPBU pada 2030. ”Jatim salah satu wilayah populasi kendaraan tertinggi sehingga kami turut berkomitmen memperluas akses produk dan layanan melalui penambahan lokasi-lokasi baru secara bertahap,” ujarnya.
Direktur Marketing BP AKR Vanda Laura menambahkan, dari 13 SPBU di Jatim, ibu kota atau Surabaya menjadi lokasi terbanyak dengan 6 SPBU. Tahun ini, dari penambahan 10 lokasi baru, 2 di antaranya ada di Jatim, yakni Surabaya dan Batu. ”Kami juga belum lama, 8 April 2023 lalu, meluncurkan produk BP Ultimate untuk pasar Jawa Timur,” katanya.
Jatim salah satu wilayah populasi kendaraan tertinggi sehingga kami turut berkomitmen memperluas akses produk dan layanan melalui penambahan lokasi-lokasi baru secara bertahap. (Peter Molloy)
Mengutip data Kementerian ESDM, Jatim merupakan provinsi dengan jumlah SPBU terbanyak atau setelah Jawa Barat. Di Indonesia tercatat 6.729 SPBU yang mayoritas dikelola oleh Pertamina dan mitra selain Shell, BP AKR, dan Vivo. Jabar terbanyak dengan 1.017 SBPU, sedangkan Jatim di urutan kedua dengan 963 SPBU.
Vanda mengatakan, untuk pengembangan SPBU, perusahaan memakai dua skema, yakni COCO (company owned company operated) dan DODO (dealer owned dealer operated). COCO berarti dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan (BP AKR), sedangkan DODO oleh mitra. ”Kami juga menjalin kemitraan dengan hampir 40 jenama tenan dengan telah didirikan 80 toko di lokasi SPBU untuk kenyamanan konsumen BBM kami,” ujarnya.