Tumbuh Signifikan, Pertanian Masih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Jatim 2023
Perekonomian Jawa Timur pada kuartal I tahun 2023 tumbuh signifikan. Selain industri pengolahan dan perdagangan besar ataupun eceran, pertanian masih menjadi tulang punggung kinerja ekonomi regional.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Perekonomian Jawa Timur pada kuartal I tahun 2023 tumbuh signifikan. Selain industri pengolahan dan perdagangan besar ataupun eceran, pertanian masih menjadi tulang punggung kinerja ekonomi regional di provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jatim selama kuartal pertama tumbuh 4,95 persen secara tahunan. Hal itu menjadi sinyalemen positif di tengah perlambatan ekonomi global. Namun, capaian kinerja ekonomi Jatim masih di bawah pertumbuhan nasional yang mencapai 5,03 persen.
Menyikapi hal itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kinerja ekonomi yang tumbuh positif itu tidak lepas dari hasil kerja keras semua komponen masyarakat. Dia berharap kinerja positif itu berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga.
”Yang menarik, dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat tumbuh paling signifikan, yakni mencapai 14,29 persen selama kuartal pertama 2023 ini,” ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (12/5/2023).
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan positif secara tahunan terjadi pada semua lapangan usaha di Jatim. Pertumbuhan signifikan terjadi pada sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 19,39 persen, lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 11,74 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 9,43 persen.
Adapun secara kuartal, pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Jatim menurut lapangan usaha masih didominasi lapangan usaha industri pengolahan sebesar 31,00 persen. Selain itu, perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 19,13 persen, juga pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 10,76 persen. Adapun sektor konstruksi tumbuh 8,79 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Jatim mencapai 69,69 persen.
Menurut Khofifah, yang paling menarik dari sisi pertumbuhan adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan karena tercatat tumbuh paling signifikan, yakni 14,29 persen selama kuartal pertama 2023 ini. Padahal, pada kuartal sebelumnya, sektor ini sempat mengalami kontraksi.
”Hal ini menjadi bukti, komitmen Pemerintah Provinsi Jatim terhadap keberlangsungan usaha di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tidak main-main. Sejak beberapa bulan lalu, upaya mendorong pertumbuhan sektor agraris terus dilakukan dari hulu hingga hilir,” kata Gubernur Jatim.
Langkah terbaru adalah mendorong inovasi pertanian untuk menguatkan peran Jatim sebagai lumbung pangan nasional. Salah satunya di Kabupaten Ngawi yang merupakan daerah dengan produktivitas padi tertinggi nasional. Sebagai gambaran, luas area tanam mencapai 50.000 hektar dengan indeks pertanaman 2,8 per tahun.
Artinya, total luas tanaman padi di wilayah ini mencapai 140.000 hektar setahun. Dari luasan tanam tersebut, dihasilkan 520.000 ton padi per tahun. Produktivitas itu tak lepas dari inovasi petani, terutama penggunaan pupuk organik, khususnya yang diproduksi sendiri, seperti kotoran sapi. Hal itu menyiasati kekurangan suplai pupuk kimia sekaligus mempertahankan daya dukung lingkungan.
Mantan Menteri Sosial ini menambahkan, petani di Ngawi juga berinovasi dalam menghadapi serangan hama ngengat dan tikus. Dulu, petani mengandalkan aliran arus pendek listrik untuk membasmi tikus. Hasilnya, tidak hanya tikus yang mati, tetapi banyak petani dan warga yang jadi korban.
Sekarang, petani menggunakan burung hantu sebagai predator alami tikus. Cara tersebut lebih ramah lingkungan dan berkesinambungan. Petani juga mulai banyak yang mengaplikasikan alat pertanian modern, mulai dari traktor pengolah tanah, transplanter atau mesin tanam, mesin perontok padi, hingga mesin pemanen. Sejumlah kelompok tani bahkan sudah memiliki unit penggilingan padi sendiri.
Sekarang petani menggunakan burung hantu sebagai predator alami tikus.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan, pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang prospektif tahun ini. Oleh karena itulah, pelaku industri di Jatim mengembangkan kerja sama di bidang pertanian dengan Provinsi Lampung baru-baru ini.
”Lampung memerlukan benih padi, jagung, dan komoditas pertanian lainnya dalam jumlah besar karena suplainya masih sangat kurang. Juga butuh pupuk organik,” ucap Adik.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Jaringan Usaha Antarprovinsi Kadin Jatim Diar Kusuma Putra menambahkan, di sektor perikanan, Lampung memiliki dua perusahaan besar yang berkecimpung pada usaha budidaya udang vaname. Komoditas ini dipasarkan di sejumlah kota besar di Tanah Air dan diekspor ke sejumlah negara.
Disisi lain, Jatim berpotensi memperluas pasar sapi, gula merah tebu, dan produk olahan ayam ke Lampung. Selain itu, hasil perikanan budidaya ataupun tangkap dan industri hasil tembakau.
Sementara itu, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jatim Suharno mengatakan, tantangan yang dihadapi petani semakin beragam. Selain masalah pupuk yang harganya mahal dan sulit diperoleh, petani juga dihadapkan pada ancaman bencana kekeringan dampak terjadinya El Nino.
Oleh karena itulah, diperlukan dukungan dan pendampingan dari pemerintah pusat dan daerah agar produksi pangan dapat dipertahankan dan usaha pertanian tetap berkelanjutan.