Produksi Tebu Meningkat, Pabrik Gula Sindanglaut di Cirebon Kembali Beroperasi
Selama tiga tahun terakhir, produksi tebu di wilayah kerja PT PG Rajawali II terus meningkat. Dengan adanya peningkatan itu, Pabrik Gula Sindanglaut di Cirebon, Jawa Barat, yang tutup sejak 2020 kembali beroperasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Produksi tebu di wilayah kerja PT PG Rajawali II terus meningkat tiga tahun terakhir. Dengan adanya peningkatan itu, Pabrik Gula Sindanglaut di Cirebon, Jawa Barat, yang tutup sejak tahun 2020, kembali beroperasi untuk musim giling tahun ini. Petani berharap harga acuan penjualan gula petani ikut naik.
Direktur Utama PT PG Rajawali II Wahyu Sakti mengatakan, produksi tebu di Cirebon dan sekitarnya serta Jawa Tengah bagian barat terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2021, bahan baku tebu yang masuk ke pabrik milik PG Rajawali II tercatat sekitar 9 juta kuintal tebu.
Pada 2022, jumlah produksinya menjadi 10,5 juta kuintal tebu. ”Tahun ini, di seluruh pabrik PG Rajawali II, produksinya sekitar 11,5 juta kuintal tebu. Itu dari luas lahan 14.000 hektar sampai 16.000 hektar,” ujar Wahyu di sela-sela upacara kawin tebu di Pabrik Gula (PG) Tersana Baru, Kabupaten Cirebon, Rabu (10/5/2023).
Dengan peningkatan produksi itu, Wahyu memastikan, PT PG Rajawali II membuka kembali PG Sindanglaut yang tidak lagi menggiling tebu sejak 2020. Pabrik yang berdiri sejak tahun 1832 itu sempat tidak beroperasi karena kekurangan bahan baku. ”PG Sindanglaut mulai giling tanggal 22 Mei ini,” ucapnya.
Menurut Wahyu, dari 11,5 juta kuintal tebu yang masuk ke pabrik milik PG Rajawali II, sekitar 2 juta kuintal di antaranya bakal digiling di PG Sindanglaut. Adapun PG Tersana Baru akan menggiling 4 juta kuintal tebu dan PG Jatitujuh di Kabupaten Majalengka bakal menangani 5,5 juta kuintal tebu.
”Strategi kami membuka PG Sindanglaut, salah satunya untuk memperbaiki hari giling. Tahun lalu, masa giling 180 hari, sedangkan tahun ini ditargetkan 120 sampai 135 hari,” ujar Wahyu.
Hari giling yang lebih pendek itu, kata Wahyu, membuat pabrik bekerja lebih efisien sehingga rendemen naik dan petani diuntungkan. Rendemen merupakan kadar kandungan gula di dalam batang tebu.
Wahyu menargetkan, rata-rata rendemen di PG Rajawali II tahun ini ditargetkan sebesar 7,5 persen. Angka itu meningkat dibandingkan rendemen tahun sebelumnya saat kemarau basah, yakni sekitar 6,9 persen. Adapun rendemen tahun 2021 tercatat 7,2 persen.
Wahyu juga berharap pengoperasian kembali PG Sindanglaut bisa membangkitkan semangat warga untuk menanam tebu di Jabar. Sebelum tahun 1995, ada delapan pabrik gula di provinsi itu. Namun, kekurangan bahan baku hingga masalah mesin memaksa sejumlah pabrik gulung tikar.
Kini, tersisa PG Tersana Baru, PG Jatitujuh, dan PG Sindanglaut yang masih beroperasi. Wahyu memastikan, PT PG Rajawali II telah memperluas kemitraan dengan petani serta PT Perkebunan Nusantara IX. ”Kalau produksi tebu terus meningkat, kami akan coba buka PG Subang tahun 2026,” ucapnya.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Durahman mengatakan, pemerintah terus mendorong petani menanam tebu. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan sekitar 800 hektar lahan tebu di Cirebon dari kondisi tahun lalu yang seluas 4.166 hektar.
Rata-rata rendemen di PG Rajawali II tahun ini ditargetkan sebesar 7,5 persen.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Cirebon H Mulyadi mengapresiasi langkah PT PG Rajawali II membuka kembali PG Sindanglaut sehingga petani dan warga sekitar pabrik semangat mengurus tebu. APTRI Cirebon pun siap memasok bahan baku untuk pabrik gula.
”Semoga tebu kami bisa digiling sampai habis dan menghasilkan rendemen rata-rata 7,5 persen. Kami juga berharap harga acuan penjualan gula petani meningkat. Tahun kemarin itu harganya Rp 11.500 per kilogram. Harapan kami, sekarang terendah Rp 12.500 per kg,” ucap Mulyadi.