Laurencia Ika Wahyuningrum, Kekuatan Cinta kepada Anak-anak Istimewa
Cinta yang luar biasa pada anak-anak berkebutuhan khusus memanggil jiwanya untuk merajut kembali mimpi yang tertunda dan menyemai asa wirausaha agar mereka berdaya.
Kebakaran hebat yang melanda sekolahnya membuat Laurencia Ika Wahyuningrum (46) nyaris putus asa. Namun, cinta yang luar biasa pada anak-anak berkebutuhan khusus memanggil jiwanya untuk merajut kembali mimpi yang tertunda dan menyemai asa wirausaha agar mereka berdaya.
Satu per satu siswa memasuki gerbang Sekolah Cita Hati Bunda, di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (2/5/2023) pagi. Banyak yang bersemangat, tetapi tak sedikit yang datang terlambat. Maklum, hari itu adalah saat pertama masuk sekolah setelah hampir dua pekan libur Lebaran.
Para guru yang sudah berada di sekolah sejak pagi pun bersuka cita menyambut kedatangan murid-muridnya. Mereka terlihat larut dalam ”drama” hari pertama masuk sekolah yang diwarnai aksi merajuk, merengek, dan menangis.
Saat ini terdapat 50 anak berkebutuhan khusus yang tengah menimba ilmu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Cita Hati Bunda. Anak-anak tersebut terdistribusi dalam berbagai kelas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama.
”Siswa Cita Hati Bunda tidak hanya berasal dari Sidoarjo, tetapi juga sejumlah daerah, seperti Surabaya, Madiun, dan luar Jawa Timur. Latar belakang ekonomi keluarganya juga beragam, tetapi banyak yang berasal dari kalangan menengah ke bawah,” ujar Laurencia.
Sekolah Cita Hati Bunda merupakan salah satu layanan pendidikan yang diinisiasi Laurencia untuk anak-anak istimewa seperti gangguan autisme dan penyandang disabilitas intelektual. Mayoritas anak-anak tersebut memiliki kemampuan inteligensi yang signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya, disertai ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul selama masa tumbuh kembang.
Oleh karena itu, dalam menyelenggarakan layanan pendidikan, alumnus Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) ini dibantu 15 guru sukarelawan berdedikasi tinggi. Dikatakan demikian, karena guru-guru tersebut mengajar dengan sepenuh hati bukan karena gaji. Bahkan, gaji mereka jauh di bawah standar upah minimum di Sidoarjo.
Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dengan daya intelektual di bawah rata-rata berlangsung mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.30. Setelah itu, Laurencia membuka layanan pendidikan dan terapi untuk anak-anak dengan tingkat inteligensi normal hingga tinggi yang mengalami kesulitan belajar spesifik dan masalah sosial emosional.
Layanan pendidikan dan terapi tersebut dinamakan Sebaya. Adapun siswanya sangat beragam seperti anak-anak disleksia, diskalkulia, disgrafia, hingga anak cerdas istimewa. Berbeda dengan anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di Cita Hati Bunda, anak-anak yang mengakses layanan Sebaya ini bersekolah di sekolah umum atau reguler.
”Karena itulah, layanan pendidikan di Sebaya diberikan setelah anak-anak pulang dari sekolah reguler. Kami juga menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah umum yang memerlukan pendampingan untuk penanganan anak berkebutuhan khusus,” ucap Laurencia.
Modal sendiri
Pemilik lembaga bakat minat Sebaya Riang Surabaya ini bercerita, upayanya membangun layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dirintis dari nol dengan modal tabungan. Saat kuliah, Laurencia pernah magang di sekolah untuk anak berkebutuhan khusus.
Dari situ kemudian tumbuh simpati dan empati terhadap anak berkebutuhan khusus yang belum banyak mendapat sentuhan perhatian. Dia pun membuka layanan pendidikan di rumah dengan modal sebuah ruang kamar yang diisi meja dan kursi. Siswa pertamanya adalah seorang anak autis dari keluarga tidak mampu.
Seiring berjalannya waktu, jumlah siswa semakin banyak sehingga Laurencia memerlukan ruang belajar yang lebih besar. Dia pun menyewa sebuah rumah sederhana di salah satu kompleks perumahan di Sidoarjo. Selain itu, mengajak teman-temannya bergabung menjadi pengajar dan membiayai mereka untuk mengambil pelatihan khusus penanganan anak-anak istimewa.
Meski tak pernah beriklan atau memasarkan layanan pendidikannya, jumlah murid Laurencia terus bertambah. Hal itu mendorong dia mencari rumah kontrakan yang lebih besar. Baru setelah berpindah-pindah kontrakan dia berhasil mengumpulkan uang tabungan untuk membeli tanah dan membangun gedung sekolah sederhana di Desa Sidokare, Sidoarjo.
Nahas, belum sampai setahun, kebakaran hebat melanda gedung sekolahnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi hampir seluruh bangunan ludes. Kejadian itu sempat membuat Laurencia putus asa dan menghentikan langkahnya untuk melayani anak-anak berkebutuhan khusus.
Namun, cintanya yang besar pada anak-anak ditambah suntikan semangat dari para guru sukarelawan yang rela tak digaji demi bisa membangun kembali gedung sekolah memanggil jiwanya untuk merajut kembali mimpi yang tertunda. Dia pun tak menyangka bisa membangun kembali sekolahnya dengan bangunan yang lebih besar dari sebelumnya.
Asa Wirausaha
Laurencia Ika mengatakan anak berkebutuhan khusus memiliki persoalan yang kompleks. Salah satunya, keterbatasan orangtua membiayai pendidikan mereka. Padahal, anak berkebutuhan khusus memerlukan proses belajar yang lebih lama karena tingkat inteligensi mereka yang berada di bawah rata-rata anak seusianya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Perempuan Inspiratif Nova 2010 ini memilih jalan menyemaikan asa wirausaha sejak dini. Caranya dengan memberikan pelatihan pembuatan kain shibori, teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan.
Anak-anak berkebutuhan khusus yang usianya di atas 14 tahun dilibatkan dalam produksi kain shibori. Hasil produksi dijual dan uangnya diserahkan kepada anak-anak setelah dipotong biaya modal usaha. Setiap anak bisa menerima Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per bulan.
”Dengan memiliki kemampuan kewirausahaan, anak-anak berkebutuhan khusus diharapkan menjadi lebih berdaya dalam kehidupannya kelak,” ucap Laurencia.
Pemenang Wanita Wirausaha Femina kategori social preneur 2012 ini menambahkan salah satu metode pendidikan yang diterapkan pada anak berkebutuhan khusus adalah belajar dengan cara mengimplementasikan secara langsung pada kehidupan sehari-hari. Contohnya belajar berhitung atau matematika dengan cara berbelanja di minimarket. Anak-anak juga harus sering diajak belajar di luar ruangan agar mereka lebih mudah beradaptasi pada lingkungan.
Proses pembelajaran luar ruang juga berfungsi mengenalkan anak-anak berkebutuhan khusus kepada khalayak. Artinya, tidak hanya anak-anak yang harus beradaptasi dengan kehidupan, masyarakat juga harus belajar menerima mereka sebagai bagian dari warga bangsa.
Ada pengalaman menarik saat anak-anak berkebutuhan khusus pergi ke kebun binatang dan salah satu dari mereka tantrum. Emosi anak tersebut meledak sehingga sikapnya menjadi tidak terkendali. Orang lain di sekitarnya ada yang berpendapat anak tersebut kesurupan makhluk gaib. Orang tersebut kemudian berusaha menyembuhkannya.
”Padahal tantrum adalah hal biasa pada anak berkebutuhan khusus. Di sinilah proses edukasi kepada masyarakat diperlukan agar mereka bisa menerima dan memahami kondisi anak berkebutuhan khusus,” jelas Laurencia.
Pada momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional, Laurencia mengajak semua pihak lebih menaruh perhatian pada anak-anak di lingkungan sekitarnya terutama pada anak berkebutuhan khusus. Bukan untuk mendiskriminasi mereka, melainkan membuat anak-anak berbakat tersebut lebih berdaya agar mereka bisa merajut masa depan yang gemilang.
Biodata
Nama : Laurencia Ika Wahyuningrum
Lahir : Surabaya, 9 Desember 1977
Pendidikan : - Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
-CAE (Collage of Allied Educator) program Diploma Manajemen Anak Berkebutuhan Khusus
Prestasi :
Pemilik SLB Cita Hati Bunda Sidoarjo
Pemilik lembaga pendidikan untuk anak disleksia ‘Sebaya’ Sidoarjo
Pemilik lembaga bakat minat Sebaya Riang Surabaya
Konselor dan praktisi ABK
Perempuan Inspiratif Nova 2010
Pemenang Wanita Wirausaha Femina kategori social preneur 2012
Pemenang 1 kategori pendidikan Kartini Next Generation 2014 (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak)
Mewakili social entrepreneur Indonesia pada Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Nusa Dua Bali