Jalur Dinyatakan Aman, Operasional Kereta Api Rute Kertapati-Tanjung Karang Kembali Normal
Kereta Api Rajabasa rute Kertapati-Tanjung Karang kembali beroperasi setelah berhenti karena terhambat jalur yang longsor.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kereta Api Rajabasa rute Kertapati-Tanjung Karang dapat beroperasi kembali setelah jalur yang dilewati ditutup enam hari akibat rel amblas. Walau telah beroperasi, kecepatan kereta api akan dibatasi di jalur yang ambles.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre III Palembang Aida Suryanti, Jumat (5/5/2023), mengatakan, jalur rel antara Gilas- Sepancar Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumsel, ambles di Km 206+0/2 dan di Km 152/+2 enam hari lalu. Petak jalur itu ada di antara Negeri Agung-Belambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
Amblesnya jalur itu disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi di dua jalur tersebut. Akibatnya, rute Kertapati-Tanjung Karang harus ditutup sejak 28 April 2023-4 Mei 2023. ”Namun, kini jalur tersebut sudah bisa dilewati walau dengan kecepatan kereta yang dibatasi,” ujar Aida.
Dia menjelaskan, upaya percepatan perbaikan jalur kereta api terus dilakukan untuk menormalisasi jalur. Perbaikan dilakukan dengan menguatkan fondasi, menambah batu balas/kricak, dan memadatkan jalur KA dengan menggunakan alat berat.
”Agar proses pengerjaan berlangsung cepat, kami pun menambah jumlah personel di lokasi amblesnya jalur,” ungkapnya.
Dalam proses pengerjaan pun, kata Aida, tim menghadapi sejumlah kendala. Kendala yang paling utama adalah cuaca buruk yang terkadang datang saat proses pengerjaan berlangsung. Hal inilah yang membuat terjadi longsoran baru di kawasan Negeri Agung-Belambangan Umpu. ”Karena itu, proses pengerjaan harus dilakukan secara hati-hati,” ungkapnya.
Akibat dari amblesnya jalur kereta, setidaknya ada 3.005 penumpang di Stasiun Kertapati, Palembang, yang melakukan pengembalian tiket dan terpaksa harus menggunakan moda transportasi lain. Dalam pengembalian tiket itu, penumpang akan mendapatkan pengembalian dana 100 persen dari yang dibayarkan,” kata Aida.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Desindra Deddy Kurniawan menjelaskan, pada April hingga awal Mei 2023, Sumsel masih berada di masa transisi (pancaroba) dari musim hujan ke musim kemarau. ”Alhasil, potensi cuaca ekstrem sangatlah mungkin terjadi,” ungkapnya.
Biasanya cuaca ekstrem ditandai dengan panas yang begitu menyengat di pagi menjelang siang, tetapi pada sore menjelang malam terjadi hujan berintensitas tinggi dengan durasi yang cukup singkat. ”Situasi tersebut biasanya juga dibarengi dengan angin kencang,” ujarnya.
Beberapa risiko bencana patut diwaspadai adalah longsor dan banjir. ”Risiko longsor sangat mungkin terjadi di kawasan dataran tinggi, sementara untuk bencana banjir riskan terjadi di daerah dataran rendah,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Ari Narsa mengemukakan, setiap moda transportasi memiliki risiko, termasuk kereta api. Namun, beragam langkah mitigasi dilakukan untuk mengantisipasi risiko tersebut, misalnya dengan menyediakan alat berat di lokasi rawan.
Persiapan matang, ujar Ari, sangat diperlukan mengingat tahun ini jumlah pemudik cukup tinggi. Jumlahnya meningkat 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.