Kalimantan Selatan mulai siaga menghadapi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan karena sebagian wilayahnya akan memasuki musim kemarau pada pertengahan Mei.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Semua elemen pemerintah dan masyarakat di Kalimantan Selatan mulai siaga menghadapi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Hal itu karena sebagian wilayah Kalimantan Selatan akan memasuki musim kemarau pada pertengahan Mei tahun ini.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Pemerintah Provinsi Kalsel melaksanakan Apel Siaga Menghadapi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla serta peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2023 di Lapangan Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra, Cindai Alus, Martapura, Kabupaten Banjar, Rabu (3/5/2023) sore.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor selaku pembina apel mengatakan, sejumlah negara dan daerah di Indonesia sekarang ini dihadapkan dengan fenomena alam yang mengakibatkan cuaca panas ekstrem. Pada 1 Mei 2023 termonitor kawasan timur Indonesia diselimuti sinar ultraviolet kategori berbahaya dan ekstrem, yang kemudian meluas hingga wilayah Kalimantan dan Sumatera.
”Fenomena itu mengharuskan kita mewaspadai secepatnya dan sedini mungkin karhutla. Karena di saat cuaca panas dan musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada pertengahan Mei hingga Agustus dan September sangat rawan terjadi karhutla,” katanya.
Menurut data risiko bencana karhutla di Kalsel, ujar Sahbirin, wilayah Kalsel dengan risiko bencana karhutla kategori rendah seluas 761.000 hektar (ha), kategori sedang seluas 1,4 juta ha, dan kategori tinggi atau berbahaya seluas 1,1 juta ha. Sebagaimana catatan kejadian karhutla pada 2021, ada kejadian karhutla di 12 kabupaten/kota dari 13 kabupaten/kota di Kalsel.
”Berbagai upaya dengan segenap sumber daya yang dimiliki harus kita lakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sehingga kita dapat mencegah dan mengendalikan karhutla yang berdampak pada terjadinya bencana kabut asap,” ujarnya.
Menurut dia, bencana kabut asap tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan, tetapi juga dapat mengganggu kelancaran transportasi udara. Selain itu, kabut asap juga mengganggu berbagai aktivitas masyarakat sehingga berdampak pula terhadap perekonomian di Kalsel.
Karena di saat cuaca panas dan musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada pertengahan Mei hingga Agustus dan September sangat rawan terjadi karhutla.
”Kalsel sekarang ini masih berstatus siaga karhutla. Peningkatan status tergantung kondisi di lapangan berdasarkan hasil pemantauan. Untuk itu, kita harus bergerak cepat, temu cepat, lapor cepat, dan atasi cepat,” katanya.
Pada kesempatan apel siaga ini, Sahbirin juga membuka pintu air saluran irigasi di Cindai Alus untuk disalurkan ke kanal-kanal dan embung di lahan gambut sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor di Banjarbaru. Air dari saluran irigasi dialirkan untuk menjaga tinggi muka air di lahan gambut dan membasahi lahan-lahan yang rawan terbakar.
”Dengan upaya ini, saya harapkan kita dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya karhutla, terutama di lokasi-lokasi rawan sekitar bandara,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Daerah Kalsel Inspektur Jenderal Andi Rian Djajadi mengatakan, pihaknya mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla di Kalsel. Jajaran kepolisian akan mengoptimalkan penggunaan aplikasi Bekantan atau berantas kebakaran hutan untuk memonitor titik api.
”Saat aplikasi Bekantan memonitor ada titik api, maka drone akan diterbangkan untuk memastikan titik api tersebut. Kami memiliki drone berbentuk miniatur pesawat terbang yang dapat dikendalikan dari jarak 50 kilometer,” katanya.