Universitas Muhammadiyah Purwokerto Sebarkan Nasionalisme Buya Hamka
Film ”Buya Hamka” mengajak generasi masa kini untuk meneladan semangat perjuangan tokoh besar Muhammadiyah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Universitas Muhammadiyah Purwokerto bersama Jaringan Anak Muda Muhammadiyah menggelar nonton bersama film Buya Hamka di Bioskop Rajawali, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (1/5/2023). Semangat Buya Hamka untuk memperjuangkan Islam dan kemerdekaan Indonesia patut diteladani generasi masa kini.
”Filmnya belum tuntas sebenarnya. Episode serunya belum masuk. Tetapi, paling tidak, (film ini) mengilhami spirit, semangat untuk kita teladani bagaimana kehidupan Buya Hamka. Bagaimana perjuangan beliau patut kita teladani dalam memperjuangkan Islam, memperjuangkan masyarakat, dan memperjuangkan Indonesia di tengah penjajahan dan kebodohan,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Kyai Tafsir seusai menonton film bersama di Purwokerto, Senin.
Tafsir menyampaikan, di tengah perkembangan zaman era kini, semangat nasionalisme dan semangat dakwah dari Buya Hamka patut diteruskan. ”Untuk waktu itu, sudah luar biasa modern bagaimana dakwah dengan menulis, dakwah dengan media. Ini bisa ditanamkan saat ini bahwa dakwah memang harus sesuai dengan perkembangan zaman. Itu yang dibangun Buya Hamka. Tidak sekadar ceramah, tapi juga dengan kemampuan menulis. Itu yang jarang ditemui,” tuturnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jebul Suroso menyampaikan, pada masa lalu Buya Hamka sebagai tokoh Muhammadiyah yang besar ternyata sangat kekinian. ”Bagaimana sebuah tulisan bisa mengubah mindset. Roman bisa mengoyak perasaan, hati, dan semangat untuk bisa berjuang. Ini keren,” kata Jebul.
Lewat Universitas Muhammadiyah Purwokerto, lanjut Jebul, kalangan sivitas akademika ingin melahirkan ”Buya Hamka-Buya Hamka” baru masa kini. Hal itu antara lain lewat pendidikan karakter, semangat literasi, dan semangat membangun karakter bangsa.
”Kami ingin menghidupkan Buya Hamka baru melalui pembelajaran yang baik di Universitas Muhammadiyah Purwokerto,” katanya.
Film berdurasi sekitar 1,5 jam itu disutradarai Fajar Bustomi, serta dibintangi Vino G Bastian sebagai Buya Hamka dan Laudya Cynthia Bella sebagai Siti Rahman atau Umi. Film Buya Hamka Volume 1 ini antara lain mengisahkan kunjungan Umi ke rumah tahanan untuk menengok Buya Hamka yang telah lanjut usia. Dalam kunjungannya, Umi membawa gulai kepala kakap.
”Dinamika perjuangan ternyata sampai difitnah dan sebagainya. Ini merupakan pesan moral kepada kita bahwa saat memperjuangkan sesuatu itu tidak mulus-mulus saja,” kata Jebul.
Selain itu, dikisahkan pula sepak terjang Buya Hamka di Makassar, Sulawesi Selatan, serta saat pindah ke Medan pada 1936 untuk memimpin majalah Pedoman Masyarakat. Pada film itu disajikan pula bagaimana pergulatan Buya Hamka menghadapi pendudukan Jepang.
Ulasan Kompas pada film ini dengan judul ”Pertaruhan Film Cendekiawan” (Minggu, 30/4/2023) menyebut bahwa tontonan ini mengingatkan betapa publik sampai sekarang membutuhkan pemuka agama yang sabar. Bukan figur yang menjerit-jerit sembari melancarkan kebencian terhadap pemeluk keyakinan berbeda karena agama sejatinya tak membenarkan permusuhan.