Calo Tiket Penyeberangan Menjamur, Memanfaatkan Celah Meraup Untung
Calo-calo bermunculan di pelabuhan seiring bertransformasinya pembelian tiket dari manual ke digital. Masyarakat yang gagap menggantungkan tiket mereka kepada calo, Bagi calo, momen ini dapat mendulang rezeki musiman.
Penjualan tiket penyeberangan yang sepenuhnya dilakukan secara daring pada arus mudik Lebaran 2023 menciptakan dua sisi mata uang. Di satu sisi, penjualan tiket relatif lebih mudah, murah, dan cepat. Di sisi lain, menyulitkan sebagian masyarakat yang masih gagap dengan sistem digital. Di tengah transformasi digital ini ini, gelombang calo tiket pun bermunculan mendulang rezeki musiman di tengah kesulitan masyarakat.
Yuni (36), bersama beberapa calon penumpang kapal feri lainnya, ikut bergerombol mengitari calo penyedia jasa pembelian tiket feri di seberang gerbang Pelabuhan Ciwandan, Cilegon, Banten. Ia membeli satu tiket penyeberangan sepeda motor dari Pelabuhan Ciwandan ke Bakauheni untuk hari itu, Kamis (20/4/2023) sore.
Harga tiket resmi untuk perjalanan laut selama 4 jam itu Rp 58.550 untuk kendaraan roda dua di bawah 500 cc dan Rp 126.350 untuk kendaraan di atas 500 cc. Sementara harga tiket eksekutif untuk sepeda motor Rp 108.000-Rp 168.000.
Mengingat Yuni memesan tiket dari calo, ia harus merogoh kocek lebih dalam, yaitu Rp 80.000 untuk kendaraan roda dua di bawah 500 cc. Ada selisih harga lebih mahal sekitar Rp 20.000 sebagai imbalan jasa calo. Selisih itu setara sebungkus nasi dan minum untuk makan siang.
”Tidak apa-apa, kami sudah terburu-buru. Sebelum berangkat kami sudah tahu, kok, kalau beli tiketnya online,” ujar Yuni. ”Ya, sebenarnya kami bisa (beli online), tapi tadi berangkat juga sudah keburu-buru jadi beli di sini aja,” lanjutnya lagi.
Penjualan tiket daring dilakukan melalui aplikasi Ferizy yang disediakan PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero). Namun, karena merasa kesulitan, Yuni memilih membeli tiket kepada calo di dalam sebuah kios dekat pelabuhan.
Setelah barcode untuk penyeberangan ada di genggaman, Yuni memasukkan struk pembelian ke dalam dompet kemudian berjalan tergesa-gesa ke suami dan anaknya yang sudah menunggu di atas sepeda motor.
Wajah anaknya yang berumur 5 tahun itu kucel, mukanya berdebu dan separuh rambutnya awut-awutan. Tanpa helm dan kacamata, ia duduk di jok depan motor. Keluarga ini telah melalui perjalanan selama tiga jam dari Tangerang. Untuk mencapai tujuan mudik mereka di Tanjung Karang, Bandar Lampung, keluarga ini perlu menempuh 2-3 jam penyeberangan ke Bakauheni dan 2 jam perjalanan motor hingga sampai di rumah. ”Sudah terbiasa kepanasan, duduk di tengah juga tidak mau,” sebut Yuni.Jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.15, sedangkan tiket penyeberangan pukul 17.00. Yuni belum sempat mengenakan helm ke kepala, tetapi suaminya sudah menarik gas motor. Melajukan motor bebek mereka masuk ke dalam Pelabuhan Ciwandan yang panas dan berdebu.
Sekitar 20 meter menuju gerbang Ciwandan terdapat delapan titik ”pos dadakan” yang menawarkan jasa pembelian tiket feri tak resmi. Mereka menawarkan tiket secara terang-terangan menggunakan penanda tulisan ”Melayani Penjualan Tiket Kapal Online” atau tanpa penanda dengan hanya duduk di kursi dan menggelar tikar.
Untuk membeli tiket dengan jalur tak resmi ini, penumpang hanya perlu memberi tahu identitas diri dan jadwal keberangkatan. Calo kemudian akan memesankan tiket melalui aplikasi Ferizy untuk para penumpang ini. Sore itu, hanya ada empat orang yang mengantre. Hanya dalam waktu 20-30 menit, Yuni sudah mendapat tiket penyeberangan, lengkap dengan barcode-nya.
Berada di tempat yang lebih sejuk, yaitu di area tunggu dermaga eksekutif Pelabuhan Bakauheni Lampung, Widya Astuti (45) berencana pulang ke Karawang, Jawa Barat. Ia sampai di Bakauheni sekitar pukul 14.35, Rabu (26/4/2023) setelah mudik dari Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Pemudik pejalan kaki ini sudah mengantongi tiket penyeberangan pukul 15.00. ”Saya berangkat dari rumah ibu di Kabupaten Pesawaran, Lampung, sekitar pukul 09.00, setelah tiba di Bakauheni langsung memesan tiket penyeberangan dari agen tiket online di sini. Saya membayar tiket Rp 85.000 per orang untuk kelas eksekutif pejalan kaki tidak jauh berbeda dari harga di Ferizy Rp 77.000,” ujar pekerja di salah satu perusahaan sepatu di Karawang ini.
Widya pernah mencoba langsung membeli tiket tersebut melalui telepon pintarnya. Namun, ia merasa kesulitan karena harus daftar akun dan mengisi data-data yang lain hingga transfer uang menggunakan dompet digital. Alhasil, ia lebih memilih membayar calo karena lebih praktis dan cepat walaupun ia juga diminta melampirkan data identitas sebagai syarat pembelian tiket.
”Memang harganya berbeda dengan di aplikasi, tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya. Saya anggap itu untuk bayar jasanya karena membantu memesankan tiket saya,” sebut Widya.
Saat mudik ke Lampung, ia juga memanfaatkan jasa calo untuk membeli tiket feri. Sejak Kamis (20/4/2023) malam, Widya sudah berada di kampung halaman orangtua di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pada momen Lebaran 2023, Widya mudik menggunakan bus jurusan Bekasi-Merak yang dilanjutkan menaiki kapal feri tujuan Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
”Saat berangkat saya juga membeli tiket daring dari para agen tiket,” ujar Widya. Kehadiran calo tiket di sekitar Pelabuhan Bakauheni dan Merak tidak membuatnya terganggu. Ia justru terbantu meski berarti harus membayar lebih mahal untuk tiket yang dibutuhkan.
Baca juga: Waspadai Lonjakan Arus Balik di Selat Sunda
Tidak sulit
Pembelian tiket daring menggunakan Ferizy sudah diimplementasikan sejak 1 Mei 2020 secara bertahap hingga sepenuhnya dilayani secara daring pada periode mudik 2023. Penjualan tiket secra daring ini dilakukan untuk mencegah adanya antrean penumpang yang membeli tiket pada hari keberangkatan. Dengan sistem daring, masyarakat bisa membeli tiket sejak jauh-jauh hari.
Namun, karena masih ada masyarakat yang belum terbiasa dengan pembelian daring, praktik-praktik calo menjamur di sekitar pelabuhan. Mereka menawarkan jasa pembelian tiket online untuk calon penumpang kapal feri yang belum memiliki tiket.
Menggunakan telepon genggam, calo mengisikan data diri, memilih jadwal, serta membelikan tiket menggunakan dompet digital atau m-banking di aplikasi Ferizy.
Roni (33), seorang calo, menyediakan jasa pembelian tiket daring sejak tahun 2022. Tahun lalu, ia menawarkan jasanya di Pelabuhan Merak. Mengingat tahun ini pemudik yang menggunakan sepeda motor dialihkan ke Ciwandan, Roni juga berpindah lapak ke Ciwandan.
”Lebih ramai pengguna sepeda motor (yang menggunakan jasanya), jadi kami ke sini tahun ini,” tuturnya sambil duduk lesehan di salah satu satu warung.
Bermodal alas tikar, satu ponsel dengan jaringan internet, dan spanduk, Roni serta seorang kawannya mencari peruntungan musiman ini.
Dalam sehari ia bisa mendapatkan kurang lebih 30-40 pelanggan. Jumlahnya bisa mencapai 50 pelanggan ketika mendekati Lebaran atau pada puncak arus mudik. Jumlah ini merupakan perolehan individu, jika digabung bersama seorang teman yang tugas bersama, rata-rata tim ini bisa mendapat 70 pelanggan per hari.
”Biasanya kami menawarkan harga Rp 70.000-Rp 80.000, nanti akan ditawar oleh pembeli,” ujar Roni. Dalam sekali penjualan, ia bisa mendapatkan keuntungan Rp 10.000-Rp 20.000. Jika sehari ia mendapat 30 pelanggan, ia bisa membawa pulang Rp 600.000 per hari.
Pekerjaan ini pun tidak ia lakukan sepanjang hari. Berangkat dari rumahnya di Serang ke Ciwandan, rata-rata Roni akan berjaga di pos tiket selama 8-10 jam. Kalau ia lelah dan merasa penghasilannya sudah cukup, ia akan menutup gerai dan pulang.
Jika dibanding dengan pekerjaan sebagai anak buah kapal, pendapatannya bisa tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi. ”Saya dapat upah Rp 2 juta perbulan di kapal, di sini saya bisa dapat Rp 8 juta per bulan,” ujar salah pekerja kapal yang sedang tidak melaut ini.
Meskipun demikian, momen seperti ini hanya terjadi sekali setahun. Pada periode Natal dan Tahun Baru pun jumlah penyeberang tidak setinggi saat Lebaran. Makanya ia memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. ”Pekerjaan ini juga tidak sulit,” katanya.
Ia menunjukkan aplikasi Ferizy yang sudah terinstal di ponselnya. Untuk mendapatkan satu tiket, pembeli harus terlebih dahulu memilih pelabuhan, tujuan, jadwal keberangkatan, jenis layanan, dan jenis golongan kendaraan atau penumpang.
Setelah semua terisi, Roni akan mentransfer uang pembelian tiket penumpang menggunakan mobile banking yang telah diunduh pada ponselnya. Setelah pembayaran selesai, tiket elektronik akan dikirim ke alamat e-mail penumpang. Tiket ini kemudian ditukar menjadi boarding pass saat check in di pelabuhan. Tiket daring ini berlaku di Pelabuhan Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk.
Baca juga: Arus Balik Lebaran 2023 Belum Usai
Transformasi digital
Munculnya calo tiket ini tidak dapat dilepaskan dari transformasi digital yang belum sempurna. Pengajar inklusi digital di Universitas Gadjah Mada, Zita Wahyu Larasati, mengatakan, untuk membangun transformasi digital diperlukan infrastruktur yang mendukung.
Infrastruktur yang dimaksud itu tidak hanya berkaitan yang dimiliki penyedia jasa seperti sistem digital terpadu. Infrastruktur juga termasuk pengetahuan, kemampuan digital, dan teknologi yang dimiliki oleh pelanggan.
Menurut dia, untuk mencapai transformasi digital tidak bisa serta-merta menjadi digital semua. Ada transisi yang perlu dipertimbangkan terkait kesiapan infrastruktur. ”Ketimpangan digital kita masih tinggi sehingga perlu ada perantara,” kata Zita.
Menurut dia, peran manusia krusial dalam membantu transisi digital. Masyarakat yang bingung dan memiliki kemampuan digital rendah perlu dibantu untuk dapat mengakses layanan. Sosialisasi tidak langsung mampu memenuhi peran ini.
Diperlukan fasilitas pendukung para pengguna jasa yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan teknologi, tidak hanya infrastrukturnya yang dipersiapkan. ”Dalam konteks pelayanan publik, jangan sampai pengguna layanan justru merasa dipersulit karena adanya digitalisasi, harusnya justru dipermudah. Perbaikan sistem perlu dilakukan untuk memastikan agar hak-hak pengguna terpenuhi,” sebutnya.
Baca juga: Ketika Pekerja Kapal Menahan Rindu Bertemu Keluarga
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry Shelvy Arifin mengklaim, penggunaan tiket daring meningkat secara signifikan selama masa Angkutan Lebaran 2023. Dibanding tahun lalu yang hanya di bawah 20 persen, jumlah reservasi daring tahun ini mencapai 95 persen.
Peningkatan ini karena sosialisasi yang gencar di berbagai media, mulai dari media cetak, media digital, hingga media sosial. ”Pelanggan dapat reservasi di mana saja dan kapan saja tanpa perlu berebut di pelabuhan,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai kehadiran calo-calo tiket, Shelvy tidak berkomentar. Ia hanya mengimbau masyarakat untuk membeli tiket pada anggota mitra resmi Ferizy, seperti AgenBRILink, AgenBNI46, agen Delima, gerai retail Alfamart, Indomaret, dan Alfamidi.
”Di luar mitra resmi Ferizy yang disebutkan di atas adalah agen tidak resmi yang mana ini berpotensi praktik menjadi calo. Masyarakat dapat melakukan pembelian tiket secara mandiri,” tuturnya.
Baca juga: Membayar Lelah demi Pulang ke Rumah