Ketika Pekerja Kapal Menahan Rindu Bertemu Keluarga
Sudah bukan hal baru jika para awak kapal tidak merayakan momen Lebaran bersama keluarganya. Komunikasi menjadi penting meski sekadar menanyakan kabar keadaan keluarga di rumah.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
Hari raya Idul Fitri merupakan momen kumpul keluarga. Namun, para pekerja dan anak buah kapal di Pelabuhan Merak, Banten; dan Bakauheni, Lampung, harus menahan rindu bertemu keluarga.
Selama mudik Lebaran 2023, mereka bekerja keras mengantar pemudik dari Pulau Jawa ke Sumatera atau sebaliknya. Jarak kedua pelabuhan ini sekitar 16 mil. Pekerjaan membuat banyak anak buah kapal harus merayakan Lebaran jauh dari keluarga. Meski berat, hal ini dilakoni sebagai bagian dari pekerjaan dan demi mengantar pemudik pulang ke kampung halaman.
Pada Rabu (26/4/2023) pukul 09.30 WIB, di atas kapal motor penyeberangan Safira Nusantara, Asep Solihin (52), penjaga kantin Mutiara Restaurant, dengan mengenakan seragam biru melayani para penumpang kapal yang membeli makanan dan minuman.
Kapal berjenis roll on-roll off itu baru saja memulai perjalanan rutin dari Merak ke Bakauheni. Jarak tempuh hanya dua jam perjalanan, dagangannya pun laris diserbu puluhan pembeli.
”Ini kopi hitam harganya Rp 10.000, ya, pak,” ujar Asep, pria Asal Bandung, Jawa Barat, sembari menyerahkan gelas terisi seduhan kopi kepada pembeli.
Bagi Asep, KMP Safira Nusantara ibarat rumah keduanya. Sejak usia 20 tahun, Asep sudah bekerja di kapal. Bahkan, ia lebih sering tidur, makan, minum, dan mandi di kapal ketimbang di rumah. Di atas kapal penyeberangan itu, ia hidup bersama dengan nakhoda, anak buah kapal, penyanyi karaoke, dan pedagang asongan.
”Terakhir mudik dan kumpul bersama Ibu dan saudara di Bandung pada Lebaran lima tahun lalu. Karena risiko pekerjaan, jadi selama periode angkutan Lebaran harus selalu berada di kapal. Saya memilih waktu tiga hari sebelum puasa Ramadhan untuk mengunjungi rumah orangtua bersama istri dan anak,” kata Asep, pria yang berperawakan kurus itu.
Adapun istri dan keempat anaknya tinggal di rumahnya yang hanya berjarak 800 meter dari Terminal Merak.
Meskipun rumahnya dekat dengan tempat kerja, pada perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah, Asep tidak bisa bertemu mereka karena harus bekerja pada hari raya hingga H+3 Lebaran.
Setelah itu, kapal memasuki masa labuh jangkar untuk perawatan mesin dan fasilitas lain. Pada masa itulah, Asep bisa berjumpa dengan istri dan anaknya.
Menurut Asep, selama berada di kapal, komunikasi menjadi penting meski sekadar menanyakan kabar putri bungsu kesayangannya yang telah berusia delapan tahun itu.
”Sekarang sudah ada handphone, bisa melakukan panggilan video dengan aplikasi Whatsapp dan melihat pertumbuhan anak,” ujarnya.
Mendekati pukul 11.30, secara perlahan KMP Safira Nusantara merapat ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Satu per satu penumpang meninggalkan kapal. Dengan bawa satu kantong sampah, Asep menyisir dek penumpang untuk membersihkan sisa bungkus makanan. Perjalanan berikutnya akan ia jalani pada rute yang sama.
Hal serupa juga dialami awak kapal KMP Portlink III, salah satunya petugas kebersihan kapal, Ubaidillah (33). Ubaidillah mengatakan, ia melaksanakan shalat Idul Fitri di kapal bersama para ABK dan pekerja lainnya. Sejak bekerja di kapal dari pada 2013, ia baru dua kali merayakan Lebaran bersama keluarga.
”Sudah jadi risiko pekerjaan. Baik keluarga dekat, istri, maupun anak telah mengerti pekerjaan saya. Dua pekan setelah Lebaran baru bisa cuti dan bisa ajak istri dan anak liburan ke Pantai Anyer atau luar kota,” tutur Ubaidillah, warga Kecamatan Merak, Cilegon, Banten.
Kunjungan keluarga
Kala rindu menyergap, Nakhoda KMP Portlink III Mochamad Haryanto meminta keluarga yang tinggal di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, untuk berkunjung di kapal. Dengan cara itu, rindu terobati tanpa meninggalkan pekerjaan.
Bagi Haryanto, sudah bukan hal baru, merayakan Lebaran jauh dari keluarga. Sejak menjadi nakhoda KMP Port Link III pada 2010, sebanyak 11 hari raya Idul Fitri ia lewati jauh dari keluarga sambil menempuh perjalanan laut. Meski begitu, ia bahagia melakukan pekerjaan sebagai nakhoda kapal.
Selama periode arus mudik dan balik 2023, dalam satu hari, Haryanto dapat menempuh 10 kali perjalanan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni dan Bakauheni ke Merak. Sekali perjalanan, KMP Portlink III dapat mengangkut mobil penumpang sebanyak 330 unit dan 1.200 penumpang.
”Bekerja selama angkutan Lebaran sangat membanggakan buat kami yang berada di kapal. Kami bisa membawa pemudik untuk bersilaturahmi dengan keluarganya masing-masing,” tutur Haryanto.
PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry mencatat pada Selasa dan Rabu (25-26 April 2023) jumlah kapal yang beroperasi sebanyak 35 unit di Pelabuhan Bakauheni dan 32 unit di Pelabuhan Merak.
Di satu kapal motor penyeberangan, terdapat 30-40 awak kapal yang bertugas. Mereka terbagi dua shif pekerjaan. Masing-masing shif akan berlayar di Selat Sunda selama 12 jam.
”Sehabis kerja 12 jam itu, saya selalu menghubungi istri dan anak, itu cara melepas kangen,” kata Haryanto.
Haryanto dan kawan-kawan hanya sebagian pekerja di Pelabuhan Merak-Bakauheni. Meski pekerjaan membuat mereka harus menahan rindu bertemu keluarga, mereka bahagia menjalaninya. (Z04)