Setelah dua kali gagal melihat gerhana matahari total, Jeremy Beck akhirnya mematahkan kutukan itu di Kisar.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Kamis (20/4/2023) pukul 07.30, roda pesawat lepas landas dari Bandar Udara Eltari, Kupang, Nusa Tenggara Timur, menuju Pulau Kisar di Maluku. Di bangku kabin pesawat mungil berpenumpang 10 orang itu, duduk Jeremy Beck (37), warga negara Perancis, yang hendak mengamati gerhana matahari beberapa jam ke depan.
Perjalanan Jeremy kali ini untuk mengejar mimpinya yang berulang kali gagal mencapai sempurna. Sejak kecil, pencinta ilmu astronomi yang kini berprofesi sebagai pilot itu ingin sekali melihat gerhana matahari total yang pada dua kesempatan sebelumnya selalu buyar ditelan awan.
Dari atas pesawat ia beberapa kali memotret ketika pesawat mulai terbang membelah sisi selatan Pulau Timor kemudian menyisir di sisi barat. Langit cerah tanpa terhalang awan. Daratan Timor dan hamparan Laut Sawu yang dilewati terlihat jelas dari ketinggian kurang lebih 9.000 kaki di atas permukaan laut itu.
Melewati utara Timor, moncong berbelok ke arah timur laut melewati perbatasan Maluku dengan wilayah negara Timor Leste. Sekitar 15 menit kemudian, pesawat berbelok lagi ke selatan menuju Pulau Kisar. Kisar yang masuk wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya itu merupakan pulau terluar yang berbatasan dengan negara Timor Leste.
Raut wajah Jeremy tiba-tiba berubah sendu. Dari balik kaca pesawat, ia melihat awan berarak menjemput pesawat. Awan terlihat membentang hingga ke Kisar, tempat ia akan mengamati gerhana matahari total beberapa jam ke depan.
Melihat awan itu, Jeremy seperti menghadapi mimpi buruk. Ingatannya terbang kembali ke tahun 1999. Kala itu, beberapa negara di Eropa dilewati gerhana matahari total. Jeremy yang masih berusia 13 tahun menjadi saksi momen itu, tetapi tidak dapat melihat dengan sempurna lantaran terhalang awan. Jeremy merasa tidak beruntung.
Tepat 17 tahun kemudian, yakni 2016, Jeremy mendapat kabar bahwa akan terjadi gerhana matahari total yang melewati beberapa kota di Indonesia, salah satunya Palembang, Sumatera Selatan. Jeremy memutuskan terbang ke Palembang untuk menyaksikan kembali momentum itu.
Ia berharap, di sana ia melihat gerhana matahari total sempurna. Sayangnya, di Palembang, gerhana terhalang awan. Lagi-lagi, Jeremy gagal melihat tampilan sempurna gerhana matahari total. ”Saya melewati dua kesempatan itu tanpa merasa puas,” ujarnya.
Saat datang kabar gerhana matahari total kembali terjadi di Indonesia pada 20 April 2023 ini, Jeremy memutuskan kembali mencoba keberuntungan. Tanggal 18 April 2023, ia sudah tiba di Kupang menanti penerbangan ke Kisar yang hanya sekali dalam seminggu itu. Ia pun berebut tiket hingga bisa mendapatkan kesempatan terbang.
Menangis haru
Pesawat pun melipir di antara awan tebal itu hingga bisa mendarat di Bandara Kisar. Jeremy turun lalu dengan langkah pasti bergerak menggunakan sepeda motor ke Desa Wonreli untuk menanti gerhana yang akan segera mulai. Kisar merupakan satu dari dua kota di Indonesia yang dilintasi gerhana matahari total. Kota yang satunya adalah Biak, Papua.
Di Kisar sudah berkumpul banyak orang, yaitu masyarakat Pulau Kisar dan beberapa pulau terdekat. Ada pula wisatawan dari luar negeri, peneliti, dan juga tim Ekspedisi Gerhana Matahari 2023 Observatorium Bosccha Institut Teknologi Bandung yang melangsungkan pengamatan di Kisar.
Sekitar pukul 11.00 lewat, gerhana matahari mulai terjadi. Dari Kisar, terlihat bulan perlahan-lahan menutupi cahaya matahari. Langit Kisar cerah. Semua orang yang berada di lapangan harap-harap cemas. Jangan sampai awan menghalangi pemandangan yang hanya datang ke pulau itu sekali dalam 300 tahun sebagaimana prakiraan ilmu astronomi.
Dengan kacamata khusus, mereka terus melihat gerhana. Langit mulai gelap, suhu pun terasa dingin, angin perlahan berembus. ”Lihat, bintang-bitang sudah terang,” ujar Anjela Petrus (10), siswa sekolah dasar di Kisar.
Namun, di beberapa sudut lain di Kisar, banyak orang memilih menutup pintu, bahkan ada yang sampai bersembunyi di kolong tempat tidur. Mereka takut dengan cahaya gerhana yang diyakini akan merusak mata mereka jika berada di luar ruangan.
”Tahun 1983 terjadi gerhana juga. Waktu itu kami dengar dari siaran radio. Siang hari, masyarakat diminta tutup pintu. Tidak boleh keluar rumah. Hari ini masih ada yang seperti itu karena mereka ingat kejadian tahun 1983,” tutur Enselina Saukoly (76).
Di Kisar, langit semakin gelap. Fase total pun dimulai. Orang-orang hening. Stevi Gabriel (22), pemuda dari Kisar, memukul tifa terus-menerus. Dalam mitologi masyarakat lokal, bunyi-bunyian itu untuk memanggil kembali matahari yang mereka anggap hilang. Mereka terus membuat bunyi-bunyian sampai matahari kembali menampakkan diri.
Juga yang penting adalah bagaimana kekuatan sians dalam memprediksi waktu terjadinya gerhana. (Premana W Premadi)
Fase total itu berlangsung selama 1 menit dan lima detik. Tanpa terhalang awan. Sempurna. Orang-orang puas, senang, hingga menangis haru. Lalu bagaimana dengan Jeremy? Ia pun menangis haru. Ia dapat melihat gerhana matahari total. Di Kisar, mimpinya telah menjadi kenyataan.
Tim Ekspedisi Gerhana Matahari 2023 Observatorium Bosccha Institut Teknologi Bandung di Pulau Kisar pun berpelukan. Mereka berpelukan sambil menangis haru. Haru melihat penampakan gerhana yang sempurna, haru melihat kegembiraan masyarakat di perbatasan itu. Kerja panjang dimulai dengan observasi lapangan sejak 2022 berakhir sempurna.
Premana W Premadi, Ketua Tim Ekspedisi Gerhana Matahari 2023 Observatorium Bosccha Institut Teknologi Bandung di Pulau Kisar, mengatakan, gerhana menunjukkan alam begitu indah, begitu besar kekuatannya, dan manusia hanyalah bagian kecil. ”Ini momentum reflektif,” ujarnya.
Menurut Premana, manusia selama ini melihat matahari sebagai sesuatu yang biasa, terbit lalu terbenam setiap hari. Ketika gerhana terjadi dan alam berubah seperti suhu yang berkurang, di situlah disadari betapa besarnya pengaruh matahari di alam semesta.
”Juga yang penting adalah bagaimana kekuatan sians dalam memprediksi waktu terjadinya gerhana,” katanya.
Jeremy dan banyak orang di Kisar puas menyaksikan momentum yang sempurna itu. Jeremy meninggalkan Kisar dengan perasaan gembira. Ia tidak sia-sia ke Kisar. Ia telah mengakhiri kutukan dan mimpi buruk menyaksikan gerhana matahari total.