Malam Takbiran di Tepian Kapuas Pontianak Berjalan Semarak
Kemeriahan malam takbiran tampak di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (21/4/2023). Warga bisa menyaksikan Festival Meriam Karbit dari atas kapal wisata.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kemeriahan malam takbiran tampak di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (21/4/2023). Warga berjalan santai hingga naik kapal wisata sembari mendengarkan dentuman Festival Meriam Karbit.
Sembari menyusuri Sungai Kapuas dengan kapal wisata, terdengar dentuman meriam karbit yang menjadi tradisi menyambut Idul Fitri.
Setelah sekitar tiga tahun sempat vakum, akhirnya Festival Meriam Karbit kembali digelar di sepanjang tepian Sungai Kapuas, Pontianak. Tahun ini ada sekitar 180 balok meriam karbit.
Meriam karbit terbuat dari bahan yang disebut masyarakat sekitar kayu mabang. Diameternya 50 sentimeter-70 sentimeter, panjangnya 5 meter-6 meter.
Meriam itu telah disiapkan jauh-jauh hari, dikerjakan secara gotong royong oleh warga. Mereka memberi warna agar tampilannya lebih indah.
Takbir berkumandang dari berbagai sudut Kota Pontianak, termasuk dari masjid-masjid di tepian Kapuas. Meriam pun bersahut-sahutan berdentum di tepian Kapuas dan disaksikan warga.
Arfandi (65), salah satu warga Pontianak, turut menyaksikan Festival Meriam Karbit di salah satu gang di tepian Kapuas.
”Ini tradisi dan disuguhkan dalam bentuk festival,” ujar Arfandi.
Imran (62), warga lainnya yang menyaksikan Festival Meriam Karbit di malam takbiran, menuturkan, tahun ini festival berlangsung meriah karena sebelumnya terkendala pandemi Covid-19. ”Saat pandemi dulu, sepi. Mudah-mudahan tidak ada lagi pandemi,” ucapnya lagi.
Pemilik usaha kuliner juga kecipratan berkah. Sebagian berjualan di warung terapung dan lainnya di teras rumah.
”Tahun ini ramai. Saya pun bisa berjualan lagi. Saat pendemi lalu, sepi. Semoga situasi tetap baik seperti sekarang,” kata Ria (30), pedagang.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival Meriam Karbit digelar untuk menyemarakkan menyambut hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Hal ini sekaligus melestarikan budaya yang sudah mengakar di Kota Pontianak.
Edi menuturkan, bunyi yang menggelegar dengan sensasi luar biasa ini memiliki nilai sejarah bagi Kota Pontianak. Untuk itu, sudah sepatutnya dirawat dan dilestarikan. Melalui kegiatan itu, pihaknya ingin mengenalkannya sejak dini kepada generasi penerus.
Agenda tahunan ini, menurut dia, diharapkan mengundang wisatawan lokal dan mancanegara. Selain permainannya yang menyenangkan, festival dapat meningkatkan perekonomian warga yang berada di sekitarnya.