Masyarakat Semarang Antusias Amati Gerhana Matahari
Gerhana matahari parsial terlihat dari Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/4/2023) siang. Masyarakat antusias melihat fenomena alam itu dan berbondong-bondong mendatangi Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebagian masyarakat di Kota Semarang, Jawa Tengah, antusias mengikuti pengamatan gerhana matahari di Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo, Kamis (20/4/2023). Dari Semarang, fenomena gerhana matahari yang terlihat adalah gerhana matahari parsial atau sebagian.
Puluhan orang sudah berkumpul di Planetarium sejak pukul 08.00. Padahal, observasi baru akan dimulai pukul 08.30. Mereka datang dari berbagai daerah di dalam dan luar Kota Semarang. Tak hanya orang dewasa, belasan anak-anak juga datang ke tempat itu untuk mengamati gerhana matahari.
Almer (8), warga Kecamatan Mijen, misalnya, datang bersama ibunya, Rita (34). Keduanya menempuh perjalanan sejauh 10 kilometer ke UIN Walisongo menggunakan transportasi umum.
”Yang mengajak ke sini saya. Soalnya saya pengin lihat gerhana matahari. Sebelumnya saya pernah lihat gerhana, tetapi gerhana bulan," ujar Almer saat ditemui di Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo, Kamis.
Kedatangan Almer dan ibunya pada Kamis merupakan kedatangan yang kedua. Sebelumnya, keduanya datang ke Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo untuk mengamati gerhana bulan.
Almer mengaku senang karena bisa mengamati secara langsung gerhana matahari parsial pada Kamis. Selain lewat teleskop, anak yang bercita-cita menjadi astronot itu juga mengamati fenomena langka tersebut menggunakan kacamata gerhana matahari yang dibelinya di planetarium dengan harga Rp 20.000.
Rita mendukung kecintaan Almer terhadap dunia astronomi. Selain mengantar Almer mengamati fenomena alam, Rita juga mengajak anaknya menonton pertunjukan di planetarium. Dalam pertunjukan tersebut, para pengunjung akan diajak melihat simulasi pengamatan fenomena alam yang terjadi di luar bumi, seperti gerhana.
”Saya sangat mendukung hobi anak saya karena ini merupakan kegiatan yang positif. Anak saya bisa bersenang-senang dengan melihat fenomena alam yang indah sekaligus bisa belajar tentang fenomena tersebut,” kata Rita.
Anak saya bisa bersenang-senang dengan melihat fenomena alam yang indah sekaligus bisa belajar tentang fenomena tersebut.
Oddy (19), pengunjung lain, juga antusias menyaksikan pengamatan gerhana matahari di planetarium, Kamis. Warga Kecamatan Kaliwungu, Kendal, tersebut rela berpanas-panas di bawah terik matahari supaya tidak ketinggalan setiap pergerakan yang terjadi.
”Ini adalah fenomena langka yang sangat sayang untuk dilewatkan. Jika terjadi lagi puluhan tahun mendatang, belum tentu saya masih hidup atau bisa menyaksikan fenomena itu,” kata Oddy.
Kepala Planetarium dan Observatorium Ahmad Syifaul Anam mengatakan, gerhana matahari yang terjadi pada Kamis merupakan gerhana matahari hibrida atau percampuran dua gerhana matahari, yakni gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total. Kendati demikian, dari Semarang, gerhana matahari yang bisa teramati adalah gerhana matahari parsial atau sebagian.
”Fenomena gerhana yang tertangkap adalah gerhana parsial dengan magnitudo 49. Dengan demikian, pada puncak gerhana, hanya separuh dari piringan matahari yang ditutup oleh bulan. Kondisi ini dipengaruhi oleh jarak matahari,” papar Ahmad.
Menurut Ahmad, gerhana matahari hibrida terakhir kali terjadi 72 tahun lalu. Kemungkinan, fenomena itu akan terjadi lagi sekitar 72 tahun mendatang. Meskipun demikian, masih akan ada gerhana matahari yang terjadi. Dalam setahun, rata-rata ada empat gerhana yang terdiri dari dua kali gerhana matahari dan dua kali gerhana bulan.
Dari Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo, kontak awal gerhana matahari terlihat pada pukul 09.39. Sebelumnya, kontak awal diperkirakan terjadi pada pukul 09.27. Kontak awal tidak terlihat pada jam tersebut karena matahari tertutup awan.
Sementara itu, puncak gerhana matahari teramati pada pukul 10.52. Saat itu, sekitar separuh matahari tertutup bulan. Ketika puncak gerhana terjadi, sebagian petugas Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo menjalankan shalat gerhana. Sebagian masyarakat yang turut datang dalam pengamatan itu juga mengikuti shalat tersebut.
Pengamatan gerhana matahari di tempat itu berakhir pada pukul 12.17. Selanjutnya, para petugas dan masyarakat yang hadir akan menyaksikan pertunjukan dan simulasi gerhana matahari hibrida di planetarium.