Kapolri: Kendaraan di Tol Kalikangkung Naik Tiga Kali Lipat
Jumlah kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang, Jateng, melonjak tiga kali lipat pada puncak arus mudik, Selasa. Untuk mengurangi kepadatan di ”rest area”, pemudik diizinkan istirahat di ”exit tol”.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Volume kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Kalikangkung, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada puncak arus mudik pertama, Selasa (18/4/2023), naik hingga tiga kali lipat. Jika terjadi kepadatan, sistem satu arah atau one way lokal akan diterapkan hingga ruas Tol Bawen, Kabupaten Semarang.
Dalam kunjungannya ke Gerbang Tol Kalikangkung, Selasa petang, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menyebut telah terjadi peningkatan volume kendaraan hingga tiga kali lipat di gerbang tol tersebut. Sejak beberapa hari terakhir, rata-rata volume kendaraan yang melintas sebanyak 10.000 unit per jam. Pada Selasa, jumlah kendaraan yang melintas mencapai 30.000 unit per jam.
”(Volume kendaraan) diperkirakan puncaknya sekitar nanti malam atau besok. Di tahun lalu, (volume kendaraan di puncak arus mudik) mencapai 60.000 kendaraan per jam,” kata Listyo.
Untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas, Korps Lalu Lintas Polri telah memberlakukan one way mulai dari Gerbang Tol Cikampek hingga Kalikangkung pada pukul 12.30 sampai dengan 24.00. Listyo mengatakan, jika beban lalu lintas di Gerbang Tol Kalikangkung melebihi 60.000 kendaraan per jam, Kepolisian Daerah Jateng akan memberlakukan one way lokal hingga ruas Tol Bawen.
Menurut Listyo, pemberlakukan rekayasa lalu lintas tersebut akan berdampak pada pengguna jalan dari Jawa Timur ataupun Jateng yang mengarah ke barat atau Jakarta. Untuk itu, Listyo meminta agar Polda Jateng menyampaikan informasi secara rutin kepada masyarakat terkait perubahan-perubahan rekayasa lalu lintas yang dilakukan sehingga tidak ada pengguna jalan yang terjebak pada proses rekayasa lalu lintas tersebut.
Listyo menambahkan, jumlah tempat istirahat atau rest area saat ini masih terbatas. Padahal, tempat istirahat menjadi tempat yang dibutuhkan masyarakat untuk melepas lelah. Untuk itu, Listyo mengimbau agar para pengguna jalan, terutama pengemudi, diberi ruang untuk beristirahat di luar tempat istirahat ataupun jalan tol.
”Dalam hal ini, bisa dilakukan di exit tol. Tentu kita harus menginformasikan kepada masyarakat setelah beristirahat di exit, kembali ke tolnya seperti apa. Ini penting agar tidak ada pengguna jalan yang istirahat di bahu jalan dan meningkatkan risiko kemacetan ataupun kecelakaan lalu lintas,” imbuh Listyo.
Tempat istirahat
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyarankan masyarakat yang mudik untuk menyiapkan sopir cadangan yang bisa diajak bergantian menyetir. Pemudik yang tidak memiliki sopir cadangan diimbau untuk memanfaatkan fasilitas di exit tol yang sudah dipersiapkan sebagai tempat istirahat pengemudi. Pengemudi yang beristirahat di exit tol disebut Muhadjir tidak akan dikenai biaya atau gratis ketika kembali masuk ke jalur tol untuk melanjutkan perjalanan.
”Angka kecelakaan tertinggi pada masa mudik Lebaran tahun lalu, kecelakaan di tol terbanyak terjadi di Jatim, lalu Jateng, dan terakhir di Jabar. Artinya, semakin jauh dari titik awal mereka mudik, potensi kecelakaan semakin tinggi. Oleh sebab itu, mohon disiapkan betul. Hindari memaksakan diri untuk berkendara atau mengemudi dalam keadaan lelah, apalagi mengantuk,” ujar Muhadjir.
Muhadjir juga menyarankan agar pemudik tidak terlalu lama berada di tempat istirahat. Di tempat istirahat, pemudik disarankan membeli makanan untuk dimakan di perjalanan. Selain itu, pemudik juga bisa memanfaatkan fasilitas toilet untuk buang air kecil ataupun buang air besar. ”Kalau untuk shalat, saya anjurkan untuk tidak dilakukan di rest area karena bisa dilakukan di jalan. Nanti wudunya bisa tayamum,” imbuhnya.
Semakin jauh dari titik awal mereka mudik, potensi kecelakaan semakin tinggi. Oleh sebab itu, mohon disiapkan betul. Hindari memaksakan diri untuk berkendara atau mengemudi dalam keadaan lelah apalagi mengantuk. (Muhadjir Effendy)
Adapun, Priyanto (40), pemudik asal Serang, Banten, mengaku senang bisa mudik dengan lancar. Tahun ini, Priyanto kembali mudik ke Boyolali, Jateng, setelah dua tahun sebelumnya tidak mudik karena pandemi.
”Tadi lalu lintas padat, tetapi masih tergolong lancar. Sempat tersendat di Cikampek karena ada kecelakaan, tapi cuma sebentar terus lancar lagi,” kata Priyanto saat ditemui di Gerbang Tol Kalikangkung.
Priyanto menilai kebijakan one way cukup efektif untuk menekan kemacetan. Jadwal cuti bersama yang diperpanjang juga disebutnya berhasil membuat waktu mudik lebih terpecah, tidak menupuk pada satu hari yang sama.