Menjaga Daya Beli Pangan Masyarakat ”Pinggiran” Saat Lebaran
Demi menjaga resiliensi ekonomi menyambut Idul Fitri 1444 Hijirah, semangat berbagi digaungkan di berbagai lini.
Masyarakat kelas bawah di Sidoarjo, Jawa Timur, mengalami kerentanan daya beli pangan seiring belum pulihnya ekonomi makro akibat dampak pandemi Covid-19. Demi menjaga resiliensi ekonomi menyambut Idul Fitri 1444 Hijirah, semangat berbagi digaungkan di berbagai lini.
Ratusan orang berkumpul di Monumen Perjuangan 1945 Gedangan meski hujan deras mengguyur, Minggu (16/4/2023) sore. Mereka adalah kelompok masyarakat dari kalangan ekonomi menengah kebawah yang diundang oleh Komunitas Pekerja Jalanan Sidoarjo.
Dalam kesempatan itu, para anggota komunitas ingin berbagi bantuan bahan pangan. Barang yang dibagikan berasal dari sumbangan para anggota. Mereka rela menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu sesama manusia yang lebih membutuhkan.
Salah satu warga penerima bingkisan, Sutami (63), mengaku senang. Dia pun langsung membuka bingkisan tersebut dan melihat isinya berupa beras 6 kilogram yang terbagi dalam dua kemasan masing-masing 3 kg.
Baca juga: Pemerintah Salurkan Bantuan Pangan 2023
”Alhamdulillah bisa untuk makan sehari-hari. Saya sekarang hidup sendiri karena suami sudah meninggal sehingga susah untuk mencari uang,” keluh Sutami.
Kegembiraan juga disampaikan Siti Hamidah (68), warga Desa Gedangan. Perempuan lanjut usia yang suaminya sudah meninggal itu mengatakan, harga beras belakangan ini menjadi mahal, yakni Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kg.
Kenaikan harga beras dari sebelumnya Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per kg itu membuat beban ekonominya semakin berat. Siti hanya mengandalkan uang pemberian dari anak-anaknya untuk hidup sehari-hari karena tak mampu lagi bekerja. Namun, kebutuhannya kian bertambah seiring datangnya Lebaran.
Sutami dan Siti hanyalah sebagian kecil dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah di Sidoarjo. Alih-alih memikirkan belanja Lebaran, untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka masih kesulitan. Namun, dengan adanya kegiatan berbagi yang dilakukan oleh Komunitas Pekerja Jalanan, daya beli pangan warga kurang mampu tersebut tetap terjaga Lebaran.
Baca juga: Cegah Inflasi Jatim Jaga Pasokan Beras Jelang Lebaran
Perwakilan dari Komunitas Pekerja Jalanan, Cak San, mengatakan dari 6 kg beras yang dibagikan, 3 kg berasal dari hasil iuran anggota komunitas. Adapun 3 kg beras sisanya merupakan tambahan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
”Meskipun pekerja jalanan ini juga ekonominya sulit karena turut terdampak pandemi Covid-19, kami bersyukur masih bisa berbagi. Bahkan, kegiatan ini sudah berlangsung selama dua tahun berturut-turut,” ujarnya.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengapresiasi upaya berbagi yang dilakukan oleh Komunitas Pekerja Jalanan di wilayahnya. Menurut dia, upaya menjaga daya beli pangan kelompok rentan pada momen Idul Fitri 2023 merupakan tugas bersama pemerintah daerah dibantu masyarakat, termasuk komunitas.
Pemkab Sidoarjo, kata Muhdlor, sudah membagikan 276.000 kg beras cadangan kepada 92.000 masyarakat kurang mampu. Pendistribusian beras tersebut dipercepat untuk mengejar target sebelum Lebaran guna menjamin pemenuhan kebutuhan pangan kelompok rentan.
”Setiap rumah tangga penerima manfaat mendapatkan 10 kg beras setiap bulan. Adapun yang didistribusikan kali ini adalah jatah selama Januari, Februari, dan Maret sehingga totalnya 30 kg per rumah tangga,” kata Muhdlor.
Meskipun pekerja jalanan ini juga ekonominya sulit karena turut terdampak pandemi Covid-19, kami bersyukur masih bisa berbagi.
Percepatan pendistribusian bantuan beras itu merupakan bagian dari upayanya menjaga ketahanan ekonomi warga kurang mampu pada masa Idul Fitri 2023. Setidaknya mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan pangan dan mengalihkan belanjanya pada kebutuhan lain yang mendesak.
Muhdlor menambahkan, selain mempercepat pendistribusian bantuan pangan, pihaknya juga mengawasi langsung agar tepat sasaran. Hal itu dinilai penting supaya tidak menimbulkan gejolak di masyarakat yang dipicu oleh kecemburuan sosial. Dia menyadari tingginya sensitifitas ekonomi warganya menjelang hari raya.
Saat bersamaan, upaya mendaya daya beli pangan kelompok rentan pada masa Lebaran juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Perum Bulog menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) berupa beras sebanyak 102.754,26 ton.
CBP tersebut akan disalurkan sebagai bantuan pangan masyarakat selama tiga bulan mulai Maret sampai Mei 2023. Penyaluran bantuan pangan ini dilakukan berdasarkan surat Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 82/TS.03.03/K/3/2023 yang menginstruksikan untuk segera melaksanakan penyaluran bantuan bahan pangan berupa beras.
Baca juga: Bantuan Pangan Pemerintah untuk Turunkan Harga Beras
Sasaran penyaluran sebanyak 3.425.142 keluarga penerima manfaat di Jawa Timur. Setiap keluarga menerima 10 kg beras per bulan selama tiga bulan. Masyarakat penerima bantuan bahan pangan ini adalah keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH)/Bantuan Pangan Non-tunai (BPNT) yang terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial.
”Jadi, setiap bulan mulai Maret sampai Mei, Bulog menyalurkan 34.251,42 ton per bulan dan itu kita salurkan berdasarkan data by name by address,” ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Minggu.
Untuk pendistribusiannya melalui PT Pos Indonesia. Gubernur Khofifah berharap penyaluran bantuan pangan ini dapat memberikan kebahagiaan bagi masyarakat utamanya di bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran tahun ini. Masyarakat akan merasa tenang jika ada stok beras di rumah.
”Saya sudah keliling ke pasar-pasar di beberapa kabupaten di Jatim. Alhamdulillah, berbagai bahan pokok harganya stabil dan bantuan pangan beras ini semoga bisa menambah kebahagiaan bagi masyarakat,” ujarnya.
Dengan harga bahan pangan yang stabil ditambah adanya bantuan bahan pangan berupa beras, Khofifah meyakini akan membuat masyarakat semakin khusyuk menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Mereka juga lebih tenang menyambut perayaan Lebaran.
Sejalan dengan didistribusikannya bantuan pangan pemerintah kepada masyarakat, harga beras di pasaran diharapkan menjadi lebih stabil dan cenderung menurun. Dampaknya, inflasi pangan menjadi lebih rendah sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Lebaran pun semakin berkesan bagi semua kalangan.