Pesawat Asian One Terkena Dua Peluru KKB Saat Mendarat di Lapangan Terbang Beoga
Kelompok kriminal bersenjata menembak pesawat Asian One saat mendarat di Lapangan Terbang Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Pegunungan. Tembakan ini menambah panjang daftar serangan pada penerbangan sipil di Papua.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata atau KKB menyerang pesawat Asian One dengan nomor penerbangan PK-LTF ketika akan mendarat di Lapangan Terbang Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Jumat (14/4/2023). Terdapat dua lubang di badan pesawat karena terkena tembakan kelompok tersebut.
Komandan Resor Militer 173/Praja Vira Braja Brigadir Jenderal Sri Widodo saat dihubungi dari Jayapura, Papua, membenarkan informasi tersebut. Penembakan pesawat Asian One PK-LTF yang berangkat dari Kabupaten Mimika ini terjadi pada pukul 06.30 WIT.
Sri memaparkan, terdengar tembakan dari sisi utara pos pengamanan dengan jarak sekitar 600 meter. Penembakan terjadi ketika pesawat Asian One dalam posisi akan mendarat di landasan pacu Lapangan Terbang Beoga yang berada di Kampung Milawak.
Tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini. Tim Satgas Yonif Raider 303/SSM yang bertugas untuk pengamanan Lapangan Terbang Beoga langsung mengevakuasi pilot dan kopilot dari pesawat.
”Kelompok ini kembali menyerang pesawat sipil. Dari hasil pemeriksaan anggota, terdapat dua lubang akibat terkena tembakan di bagian depan dan samping kiri badan pesawat,” papar Sri Widodo.
Sri Widodo menegaskan, dirinya telah menginstruksikan anggota tidak hanya untuk memperkuat pengamanan di Lapangan Terbang (Lapter) Beoga. Satu tim Satgas Yonif Raider 303/SSM juga telah diterjunkan untuk mengejar para pelaku yang terlibat dalam aksi ini.
”Situasi di Lapter Beoga masih kondusif. Aktivitas penerbangan di Lapter Beoga terhenti untuk sementara waktu pasca-aksi penembakan pesawat Asian One. Mudah-mudahan Lapter Beoga kembali beroperasi pada Sabtu (15/4/2023) esok,” tambahnya.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, menyatakan rasa prihatin atas aksi Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka atau diklaim sebagai KKB yang terus menyerang pesawat yang melayani penerbangan sipil di Tanah Papua. Ia menilai perbuatan kelompok ini bertentangan dengan hukum dan tidak akan mendapatkan dukungan dari publik internasional.
”Seharusnya perjuangan ideologi kelompok ini tidak menggunakan aksi kriminal yang sangat berdampak bagi masyarakat setempat. Sebab, pesawat-pesawat ini untuk mengangkut penumpang dan barang kebutuhan pokok di daerah terpencil Papua,” kata Yan.
Lima peristiwa
Dari catatan Kompas dan data yang dihimpun dari Ikatan Pilot Indonesia, terjadi lima aksi penyerangan pesawat dari bulan Januari hingga April tahun 2023. Empat peristiwa sebelumnya meliputi aksi KKB menembaki pesawat maskapai Ikaros jenis Cessna Caravan dengan nomor registrasi PK-HVV saat hendak mendarat di Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, pada tanggal 9 Januari 2023. Pesawat ini pun gagal mendarat di Bandara Oksibil.
Peristiwa berikutnya, KKB pimpinan Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air PK-BVY setelah mendarat di Lapangan Terbang Distrik Paro pada 7 Februari 2023 pukul 06.17 WIT. KKB juga menyandera pilot pesawat Susi Air, Philip Mark Merthens, asal Selandia Baru hingga kini.
Peristiwa ketiga, KKB melepaskan tembakan ke arah pesawat Smart Air dan pesawat Daby Air di area Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada 7 Maret 2023. Aksi teror KKB ini menyebabkan aktivitas penerbangan dihentikan sementara. Kedua pesawat gagal mendarat di Bandara Billorai dan kembali ke Nabire.
Aksi keempat, KKB menembaki pesawat Trigana Air PK-YSC yang mengangkut 66 penumpang ketika lepas landas dari Bandara Nop Goliat, Deikai, Kabupaten Yahukimo, dengan tujuan Jayapura pada tanggal 11 Maret 2023 pukul 14.07. Dari hasil pemeriksaan, terdapat lubang di bagian bawah pesawat dan seorang penumpang terluka di wajah karena terkena serpihan kursi.
Ketua Ikatan Pilot Indonesia Rama Noya mengungkapkan, gangguan keamanan terhadap penerbangan sipil di Papua semakin meningkat beberapa tahun terakhir. Ia pun menyatakan, aksi penembakan pesawat itu memprihatinkan dan sangat disesalkan karena sebagian besar kebutuhan hidup masyarakat Papua disuplai melalui pesawat.
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat menjalankan amanat keamanan penerbangan nasional, khususnya di Papua.
Rama berharap Pemerintah Indonesia dapat menjalankan amanat keamanan penerbangan nasional, khususnya di Papua. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
”Penerbangan sipil merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Papua. Dengan aksi teror yang mengganggu keamanan penerbangan sipil di Papua, hal itu akan berdampak besar bagi masyarakat setempat,” ujar Rama.