Kalsel Mitigasi Karhutla di Area Gambut dan Sekitar Bandara
Area rawa gambut dan kawasan sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor mendapat perhatian khusus dalam upaya mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mulai mengantisipasi dan melakukan kesiapsiagaan bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla pada musim kemarau tahun ini. Area rawa gambut dan kawasan sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor mendapat perhatian khusus.
Stasiun Klimatologi Kelas I Kalimantan Selatan telah menyampaikan prakiraan musim kemarau 2023. Secara umum, kemarau diprediksi akan muncul sebagaimana layaknya kemarau di tahun-tahun normal.
Bahkan, ada peluang munculnya El Nino, yang akan membuat kondisi kemarau menjadi lebih kering dan meningkatkan kejadian karhutla.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel Bambang Dedi Mulyadi pada Jumat (14/4/2023) mengatakan, telah menyiapkan Surat Edaran Gubernur Kalsel Sahbirin Noor untuk menindaklanjuti apa yang telah disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang prakiraan musim kemarau di Kalsel.
Menurut Bambang, ada dua kawasan di Kalsel yang harus mendapat perhatian dalam upaya mitigasi bencana karhutla, yaitu kawasan sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor dan area rawa gambut.
Dua kawasan itu tergolong rawan berdasarkan pemetaan daerah rawan karhutla dari hasil analisis histori kejadian karhutla di Kalsel.
”Kawasan sekitar bandara merupakan wilayah ring 1 dan melingkupi Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Kabupaten Barito Kuala,” ujarnya.
Kawasan kedua yang perlu mendapat perhatian adalah luasan rawa gambut di area Daha, yang meliputi Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, dan Kabupaten Tapin. Selain itu, ada beberapa titik lahan gambut di kabupaten lain.
Bambang menyebutkan, upaya mitigasi telah dilaksanakan di wilayah ring 1 bandara dengan pembuatan saluran-saluran atau kanal-kanal yang terhubung dengan pintu air irigasi. Dengan kanal-kanal itu, elevasi air di area lahan gambut tidak sampai kering sehingga bisa mencegah karhutla meluas.
Selain itu, BPBD Kalsel juga telah menyiapkan peralatan dan sarana prasarana pendukung dalam penanganan karhutla. Hal itu termasuk personel yang akan disinergikan dalam kegiatan apel siaga karhutla yang akan dilaksanakan pada awal Mei 2023.
”Upaya patroli dan sosialisasi terkait budaya sadar bencana dan membuka lahan tanpa bakar juga digalakkan melalui kegiatan mobil KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) keliling yang ditempatkan di masyarakat,” katanya.
BPBD Kalsel, lanjut Bambang, juga sedang memprogramkan kerja sama antarlembaga dengan mengajak keterlibatan pihak dunia usaha. Perusahaan perkebunan dan pertambangan diminta menyiapkan personel dan peralatan untuk penanganan karhutla di wilayah kerjanya dan turut serta membantu jika ada kejadian karhutla di sekitar wilayah usahanya.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kalsel Goeroeh Tjiptanto mengatakan, wilayah Kalsel pada 2020, 2021, dan 2022 mengalami kemarau dengan sifat hujan di atas normal atau kemarau basah. Namun, tahun 2023 ini secara umum kemarau diprediksi normal serta ada peluang terjadinya El Nino.
”Apabila itu terjadi, karhutla menjadi kewaspadaan,” katanya.
Menurut Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kalsel Wiji Cahyadi, prakiraan awal musim kemarau 2023 di Kalsel terjadi antara pertengahan Mei (Mei II) sampai awal Agustus (Agustus I). Puncak musim kemarau diprakirakan pada Agustus untuk lima zona musim (42 persen) dan September untuk tujuh zona musim (58 persen).
”Secara umum, puncak musim kemarau 2023 di Kalsel diprakirakan pada September. Puncak musim kemarau secara umum diprakirakan sama dengan normal,” ujarnya.