Empat Jenazah Korban Dukun Banjarnegara Kembali Teridentifikasi
Empat jenazah korban pembunuhan Banjarnegara kembali teridentifikasi. Total ada 8 jenazah teridentifikasi. Masih ada 4 jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Kepolisian Daerah Jawa Tengah kembali mengidentifikasi empat jenazah korban pembunuhan Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang di Desa Balun, Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Senin (10/4/2023).
Dengan demikian, hingga kini, dari total 12 jenazah yang ditemukan, delapan jenazah telah teridentifikasi. Empat jenazah lainnya masih dalam proses pencocokan asam deoksiribonukleat (DNA) keluarga karena sudah berupa tulang belulang.
”Ada empat lagi yang teridentifikasi. Kalau yang kemarin jenazah atas nama Paryanto (53), lalu Irsad (43) dan Wahyu Tri Ningsih (41), pasutri dari Lampung; keempat atas nama Mulyadi Pratama (46). Pada hari Minggu, 9 April, tim DVI berhasil mengidentifikasi empat jenazah lagi atas nama Theresia Dewi (49), Okta Ali (33), Riani, dan Suheri. Total ada delapan sudah teridentifikasi dan masih ada empat yang belum teridentifikasi,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar Iqbal Alqudusy di Banjarnegara, Senin.
Iqbal juga menyampaikan, hingga Sabtu (8/4/2023), Posko Pengaduan Orang Hilang Polers Banjarnegara juga sudah menerima 20 aduan. Lokasi asal pengaduan berasal dari Lampung, Palembang (Sumatera Selatan), Yogyakarta, Magelang, Solo, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga (Jateng-DIY), Sumedang, Tasikmalaya, Bogor, dan Depok (Jawa Barat).
”Semua laporan tersebut ditindaklanjuti oleh Tim Posko Antemortem guna mengumpulkan identitas dan ciri fisik orang hilang dan mencocokkannya dengan ciri fisik jenazah yang belum teridentifikasi. Dari 20 laporan, sebanyak 16 sudah diambil antemortemnya,” kata Iqbal.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jateng Komisaris Besar Sumy Hastry menambahkan, jenazah Theresia Dewi cocok dengan data antemortem kode 4A dengan bukti data primer adalah foto gigi dan jam tangan oranye. Kemudian jenazah Okta Ali Abrianto cocok dengan data antemortem kode 4B dengan bukti data primer adalah foto gigi. Theresia dan Okta adalah ibu-anak.
”Atas nama Okta cocok dengan data giginya dan dengan kunci mobil Honda menurut keluarga membawa kendaraan dan ditemukan kunci mobil di celananya,” kata Hastry.
Adapun jenazah atas nama Riani cocok dengan data gigi serta properti yang digunakan yaitu memakai baju kaus warna pink dan jilbab segi empat warna pink. Selanjutnya jenazah Suheri juga cocok dengan data gigi lepas sebelah kiri. Suheri dan Riani merupakan pasutri asal Lampung.
”Suheri menggunakan celana boxer warna hitam dan jins warna krem,” tuturnya.
Menurut Hastry, jenazah-jenazah yang ditemukan kepolisian diperkirakan dikubur tahun 2020-2023. ”Masih kita tunggu hasil DNA untuk mencocokkan empat jenazah tersisa karena keadaan jenazah sulit dikenali dan kondisi tulang belulang,” ujarnya.
Pelaku eksekusi pembunuhan saya pastikan adalah Mbah Slamet alias Tohari. (Hendri Yulianto)
Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto menyampaikan, empat jenazah yang bisa dikenali saat ini akan segera diserahkan kepada keluarga di Lampung dan juga Yogyakarta.
Ditanya terkait pemeriksaan saksi dan kemungkinan bertambahnya tersangka, sudah ada 11 saksi yang diperiksa, termasuk Seneh, istri Slamet Tohari. Dari 11 saksi itu, ada 1 saksi ahli. Untuk tersangka yang lain, polisi masih menyidiknya.
”Untuk pengembangan terkait tersangka, pelaku eksekusi pembunuhan saya pastikan adalah Mbah Slamet alias Tohari. Kemudian untuk pengembangan lainnya, kita tunggu perkembangannya,” kata Hendri.
Panut (53), kakak dari Riani, menyampaikan, keluarga berharap jenazah adik dan adik iparnya bisa segera dibawa ke Lampung. Panut berterima kasih kepada jajaran Polda Lampung dan Jateng serta Polres Banjarnegara yang telah mengungkap kasus ini.
”Sudah putus komunikasi sejak 2021. Sudah tidak bisa kontak. Kami tidak tahu mereka ke mana. Pamitnya mau pergi usaha ke seberang, mau kerja. Tapi tidak tahu tujuannya ke mana. (Ketika tahu jadi korban Slamet) Saya dan keluarga marah,” katanya.
Tersangka mengaku sebagai dukun pengganda uang. Korban antara lain dijanjikan bisa mendapatkan penggandaan uang dari Rp 70 juta menjadi Rp 5 miliar. Korban yang terus menagih kemudian dibunuh dengan cara diracun lewat minuman yang dicampur potas. Korban lalu dikuburkan di kebun singkong milik tersangka yang terletak di areal perkebunan yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari permukiman warga.