Tekan Inflasi, Hilirisasi Produk Bawang Merah Brebes Didorong
Pemerintah terus mendorong hilirisasi produk bawang merah untuk menjaga stabilitas harga. Selain itu, hilirisasi diharapkan mampu menambah nilai dan masa simpan bawang merah.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Petani menunjukkan bawang merah panenannya di sentra bawang merah Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (19/12/2020).
TEGAL, KOMPAS — Bawang merah masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Jawa Tengah. Hilirisasi produk bawang merah terus didorong supaya harga komoditas itu bisa lebih stabil. Pemerintah berkomitmen untuk membantu pelaku usaha mengakses pendanaan serta memasarkan produk-produk turunan bawang merah tersebut.
Menurut data Badan Pusat Statistik Jateng, bawang merah sudah dua kali menjadi penyumbang inflasi di Jateng tahun ini. Pada Januari, bawang merah memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. Sementara itu, pada Februari, bawang merah menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen.
Pada awal tahun, harga bawang merah di tingkat konsumen melambung hingga Rp 55.000 per kilogram (kg) dari normalnya Rp 32.000 per kg. Stok bawang merah yang minim akibat cuaca buruk diduga kuat menjadi faktor pendorong kenaikan harga tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal M Taufik Amrozy mengatakan, saat panen raya, harga bawang merah sering kali jatuh hingga tak bisa menutup biaya produksi yang sudah dikeluarkan petani. Keadaan itu membuat para petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jateng, putus asa.
KOMPAS/KRISTI D UTAMI
Suasana diskusi Bank Indonesia dengan Kementerian Koperasi dan UKM di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Jawa Tengah, Kamis (6/4/2023). Ke depan, pemerintah akan mendorong petani membuat produk olahan bawang goreng untuk meningkatkan nilai dan memperpanjang daya simpan bawang merah.
Akibatnya, sebagian petani memilih untuk membiarkan begitu saja bawang merah di ladang tanpa memanennya. Ada pula petani yang memanen bawang merah tersebut, tetapi langsung membuangnya sebagai ekspresi kekecewaan.
”Untuk menekan risiko gejolak harga yang dapat berujung pada inflasi, Bank Indonesia membina puluhan petani di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Brebes, untuk mengolah bawang merah menjadi pasta bawang merah. Dengan diolah menjadi pasta, harga bawang merah menjadi lebih stabil dan daya simpannya lebih lama,” kata Taufik, Kamis (6/4/2023).
Puluhan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sidomakmur di Desa Sida Mulya sudah memproduksi ratusan ton pasta bawang. Bahkan, pada periode 2019-2020, kelompok itu sudah mengekspor 56 ton pasta bawang merah ke Arab Saudi.
”Setelah tahun 2020, mereka belum mengekspor pasta bawang merah lagi karena pandemi. Setelah ini, kami akan mendorong mereka mencari pasar lain. Kemarin sudah ada yang mengungkapkan ketertarikannya, dari Australia dan Korea Selatan,” imbuh Taufik.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Petani bersiap mendorong gerobak berisi bawang merah hasil panennya di Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (19/12/2020).
Bantuan juga ditawarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim menyarankan para petani bawang merah untuk membuat usaha bersama melalui koperasi. Dengan begitu, mereka bisa mengakses pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi.
”Jika sudah berbentuk koperasi, kami bisa membina dari sisi kelembagaan, membantu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan mendukung pemasarannya. Kami juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah yang memiliki peranan menyiapkan lahan produksi dan dengan Bank Indonesia yang berperan menyiapkan infrastruktur atau sarana produksinya,” ucap Arif.
Puluhan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sidomakmur di Desa Sida Mulya sudah memproduksi ratusan ton pasta bawang.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Buruh menurunkan karung berisi bawang merah yang baru datang dari Brebes, Jawa Tengah, di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (28/3/2022).
Inovasi
Sementara itu, para petani bawang merah di Kelompok Tani Sidomakmur terus berinovasi dalam mengolah bawang merah. Sebelumnya, bawang merah diolah menjadi bawang merah goreng, bawang merah krispi, dan pasta bawang merah. Kini, para petani mengolah bawang merah dalam bentuk bubuk.
”Kami beberapa kali mengikuti pameran produk ke luar negeri. Saat pameran di sejumlah negara di Eropa, kami mendapat masukan untuk membuat bawang merah bubuk. Setelah kami pikir, bagus juga bikin bawang merah bubuk. Sekarang ini, kan, banyak yang diolah jadi bubuk, seperti cabai, merica, lada, dan lain-lain,” ujar Ketua Kelompok Tani Sidomakmur sekaligus Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari.
Hingga kini, Kelompok Tani Sidomakmur mengolah1-2 ton bawang merah menjadi pasta bawang merah dan 3 ton bawang merah menjadi bawang merah goreng dan bawang merah krispi. Kendati belum pernah memproduksi secara massal, Juwari menyebut, pihaknya siap mengolah hingga 3 ton bawang merah menjadi bawang merah bubuk.
”Dengan diolah, kami mendapat keuntungan lebih banyak. Misalnya, saat harga bawang merah sedang jatuh, paling kami hanya akan dapat sekitar Rp 10.000 per kilogram. Setelah diolah menjadi pasta, kami bisa mendapat Rp 20.000 per kilogram. Dari segi masa simpan juga lebih lama. Kalau tidak diolah paling bisa bertahan sampai lima minggu, sedangkan jika diolah menjadi pasta bisa bertahan sampai tiga bulan di suhu ruangan atau enam bulan jika disimpan di lemari pendingin,” tuturnya.