Pegiat pelestarian lingkungan hidup di Jawa Timur berharap awal Ramadhan yang berdekatan dengan Hari Air menjadi momentum pantang pencemaran Bengawan Brantas, termasuk Kali Surabaya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Mahasiswi magang pada Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) memperlihatkan hasil pengecekan kandungan besi atau air baku Kali Surabaya di pipa masuk (inlet) Instalasi Penjernihan Air Minum (IPAM) Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Kandungan oksigen terlarut, amonia, besi, dan fosfor kurang bagus sehingga dalam pengolahan memerlukan upaya ekstra dengan pencampuran tawas dan obat kimia.
SURABAYA, KOMPAS — Bulan suci Ramadhan yang telah tiba perlu didorong sebagai momentum warga pantang atau tidak lagi mencemari Kali Surabaya yang melintasi Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya, Jawa Timur. Dengan perspektif keagamaan, diharapkan tekanan pencemaran Kali Surabaya yang menghidupi 7,61 juta jiwa populasi megapolitan itu dapat berkurang.
Pemerintah akan mengadakan sidang isbat untuk menentukan awal puasa pada Selasa (22/3/2023). Adapun hari sidang isbat di Indonesia, dalam konteks internasional bertepatan dengan peringatan Hari Air setiap 22 Maret. Awal puasa diperkirakan jatuh pada saat peringatan Hari Air 2023 atau sehari setelahnya atau Rabu (23/3/2023).
Momentum yang bersamaan mendorong kalangan pegiat pelestarian lingkungan hidup khususnya sungai untuk kembali menyuarakan keprihatinan terhadap pencemaran. Ramadhan agar juga dipahami sebagai kesadaran publik untuk menekan hawa nafsu yang salah satunya mencemari lingkungan hidup, termasuk sungai.
Mahasiswi magang pada Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) memperlihatkan hasil pengecekan kandungan besi atau air baku Kali Surabaya di pipa masuk (inlet) Instalasi Penjernihan Air Minum (IPAM) Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Kandungan oksigen terlarut, amonia, besi, dan fosfor kurang bagus sehingga dalam pengolahan memerlukan upaya ekstra dengan pencampuran tawas dan obat kimia.
Untuk menguatkan gema kampanye pelestarian itu, kalangan mahasiswa magang pada Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengecek kualitas air Kali Surabaya, Selasa (21/3/2023) pagi-siang. Sejumlah lokasi pengecekan ialah di perairan depan PT Dayasa Aria Prima, Instalasi Penjernihan Air Minum Karangpilang milik PDAM Surya Sembada, dan PT Spindo.
Para peneliti berasal dari sejumlah kampus terkemuka, seperti Universitas Airlangga dan Universitas 17 Agustus 1945 (Surabaya), Universitas Trunojoyo Madura, dan Universitas Brawijaya (Malang). Mereka melaksanakan praktik kerja lapangan dan atau kuliah kerja nyata terkait tema teknologi pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Pengecekan kualitas air Kali Surabaya rutin dilakukan Ecoton yang menampung mahasiswa magang tersebut. Hal ini karena Kali Surabaya melintasi lima wilayah, yakni Kota dan Kabupaten Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya yang dihuni 7,61 juta jiwa atau 18,4 persen dari 41,41 juta jiwa populasi Jatim yang terdiri atas 38 kabupaten/kota.
Mahasiswa magang pada Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengecek kualitas sampel air limbah dari pipa keluar (outlet) Instalasi Penjernihan Air Minum (IPAM) Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Kandungan oksigen terlarut, amonia, besi, klorin, dan kejernihan kurang bagus. Limbah yang dibuang ke Kali Surabaya sepatutnya tidak mencemari atau membahayakan kelestarian lingkungan.
Hasil pengecekan di pipa masuk (inlet) Instalasi Pengelolaan Air Mimun (IPAM) Karangpilang pada Selasa pukul 09.30 WIB adalah kandungan amonia (0,11), besi (0,89), oksigen terlarut atau DO (2,3), dan fosfat (0,8) melebihi ambang batas sesuai baku mutu air baku untuk PDAM sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Baku mutu untuk amonia (0,1), besi (0,3), fosfat (0,2), dan DO (4-6).
Peneliti juga mengambil sampel dari pipa keluar (outlet) IPAM Karangpilang. Limbah itu sisa proses penjernihan yang dibuang ke Kali Surabaya. Hasil pengecekan memperlihatkan kandungan bebas klorin, amonia, besi, dan kejernihan kurang baik. ”Padahal, pencemaran di Kali Surabaya lebih intens karena keberadaan industri dan hunian masyarakat domestik,” kata Fernando Ardiansyah, mahasiswa Universitas Brawijaya.
Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi menyatakan, Kali Surabaya adalah terusan dari Bengawan Brantas. Kata bengawan berasal dari kata bangawan merupakan sungai besar. Kali Surabaya amat penting bagi warga ibu kota Jatim karena memasok 97 persen air baku bagi 3 juta populasi domestik, industri, dan perkantoran. Dari temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara 2022 yang diinisiasi oleh Ecoton, Brantas, termasuk Kali Surabaya, merupakan sungai paling tercemar mikroplastik dengan persentase 636 partikel per 100 liter.
”Kali Surabaya amat penting bagi Surabaya mengingat dua IPAM termasuk di Ngagel juga memanfaatkan air sungai ini untuk air baku,” ujar Prigi.
Mahasiswa magang pada Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengambel sampel air dari pipa keluar (outlet) Kali Surabaya pada Instalasi Penjernihan Air Minum (IPAM) Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Sampel kemudian diteliti untuk memastikan bahwa limbah yang dibuang ke Kali Surabaya tidak mencemari atau membahayakan kelestarian lingkungan.
Tidak terhindari
Secara terpisah, Manajer Produksi IPAM Ngagel Aris Priyoko mengatakan, pencemaran di Kali Surabaya tidak terhindari. Air baku diambil dari Kali Surabaya untuk kemudian diolah di IPAM dan disalurkan sebagai air bersih ke pelanggan. Setiap hari, diperlukan tawas sebanyak 10 ton dan setidaknya 6 kilogram bubuk kimia untuk proses di IPAM Ngagel. Adapun IPAM Karangpilang berkapasitas dua kali lebih besar daripada IPAM Ngagel.
”Kami berharap isu pelestarian sungai tetap diperhatikan. Dalam bulan Ramadhan, semoga ada kesadaran umum untuk pantang atau menekan nafsu mencemari lingkungan,” kata Prigi.
Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Kali Surabaya adalah terusan Bengawan Brantas sejak Rolak Telu atau Pintu Air Mlirip di Kota Mojokerto dan menuju utara lalu berakhir di Kalimas, Pelabuhan Tanjung Perak. Percabangan lainnya mengalir ke timur sebagai Kali Porong dan bermuara ke perairan Selat Madura di Sidoarjo dan Pasuruan.
Pesan dalam poster yang dibawa kalangan pegiat lingkungan hidup dalam unjuk rasa memperingati Hari Bumi di depan Taman Apsari seberang Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Dalam bulan Ramadhan, mereka mengajak masyarakat untuk turut puasa menggunakan plastik. Mereka mengingatkan potensi bahaya mikroplastik dari sampah yang masuk dalam rantai makanan dan membahayakan keselamatan manusia.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengampanyekan program pengurangan penggunaan kantong plastik selama Ramadhan. Tujuannya, menekan pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Air Benowo.
Eri melanjutkan, dalam Ramadhan, konsumsi bahan pangan mungkin naik karena dipicu kebutuhan oleh usaha mikro kecil (UMK) penyedia takjil dan makanan minuman berbuka. Peningkatan konsumsi dicemaskan linier dengan kenaikan penggunaan kantong keresek plastik. “Kami berharap masyarakat bersedia dan mau menekan penggunaan plastik selama Ramadhan dan insya Allah bisa seterusnya,” ujarnya.