Menikmati segarnya kawasan lereng Gunung Slamet sambil mengenal aneka tanaman bambu, tempat wisata Bhumi Bambu jadi pilihannya.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Langit cerah menyibak keperkasaan puncak Gunung Slamet. Galur-galur jurang memampangkan anggun kontur lerengnya. Angin semribit menggesek ujung-ujung dedaunan sekaligus mengayun-ayunkan rumpun bambu. Ayunannya bagikan tarian alam yang menenangkan. Ditingkahi gemericik curug nan bening, kawasan Bhumi Bambu Baturraden jadi oase unik untuk menepi sejenak dari hiruk pikuk perkotaan yang bising.
Terletak di jarak 14 kilometer sebelah utara dari Alun-alun Purwokerto, kebun seluas 5,5 hektar di Baturraden ini memiliki koleksi 40 jenis tanaman bambu. Dengan dilintasi sebuah sungai kecil, kawasan ini juga memiliki beberapa air terjun alias curug dan spot untuk bermain air juga batuan, antara lain Curug Temon, Kracakan, Greenstone, serta Tirto Widodari.
”Bhumi Bambu tempat yang recommended untuk dikunjungi karena di sini asri, penuh pepohonan. Jadi sangat cocok untuk menepi dari perkotaan. Meski banyak pepohonan bambu, rapi tanamannya,” kata Amin Wahyudi (33), pencinta olahraga luar ruangan (outbound) termasuk cliff jumping di curug-curug, Senin (6/3/2023).
Menurut Amin, berenang di Tirto Widodari melahirkan sensasi yang luar biasa. ”Ada perosotan alami di bebatuan. Dalam dan bening, jadi bisa untuk loncatan. Dengan berenang di Tirto Widodari, kita bisa merasakan sensasi bermain air saat masa kecil,” paparnya.
Dengan tiket masuk Rp 25.000 per orang, pengunjung bisa berkeliling taman sekaligus mengenal aneka koleksi tanaman bambu yang unik. Di taman hutan bambu ini misalnya ditanam bambu merak, bambu gombong hijau, bambu gombong lurik, bambu ampel gading, bambu belut, bambu anyam hijau, bambu linjing, bambu dangkil, dan bambu gombong tutul.
Area ini juga dilengkapi dengan tempat berkemah. Pengelola juga menyiapkan persewaan tenda juga jaket pelampung bagi pengunjung yang tidak bisa berenang.
Pengelola Bhumi Bambu Agus Cahyo Rahmanto mengatakan, aneka tanaman bambu ini mulai ditanam sekitar tahun 1997 untuk konservasi. Seiring berjalannya waktu, kawasan ini dikembangkan sebagai sustainable tourism di mana konservasi dan wisata dipadukan demi keberlanjutan lingkungan.
”Tanaman bambu merupakan salah satu tanaman yang unik. Dia jadi agen konservasi yang bagus untuk udara karena dia adalah penyaring karbon yang baik, daunnya juga dianggap sebagai bahan pupuk organik terbaik, juga mendukung konservasi air,” papar Agus.
Saat ini, program yang tengah dikembangkan oleh pengelola adalah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengidentifikasi jenis-jenis bambu yang ada. Selain itu, ada pula upaya pengembangbiakan bambu dengan kultur jaringan, riset pupuk organik dari dedaunan bambu, juga penyiapan outbound bagi anak-anak SD.
Berkunjung ke Bhumi Bambu bersama sahabat dan keluarga bisa menjadi pilihan untuk menepi atau sekadar healing. Jalanan yang menanjak dan menurun curam juga bisa menjadi sarana untuk olahraga ringan membakar kalori. Kesegaran aliran sungai yang dingin pun bisa membuat pikiran dan tubuh terasa bugar.
Tanaman bambu merupakan salah satu tanaman yang unik. Dia jadi agen konservasi yang bagus untuk udara karena dia adalah penyaring karbon yang baik, daunnya juga dianggap sebagai bahan pupuk organik terbaik, juga mendukung konservasi air.
Di bawah naungan lorong-lorong bambu juga tarian pohon bambu, pengunjung juga bisa menyantap aneka makanan dan minuman yang dijual di Silver Roof Café serta Kedai Bhumi Bambu. Kudapan mulai dari mendoan, makanan berat, seperti mi goreng dan nasi goreng, bisa dipesan di sini. Menikmati sejuknya kawasan lereng Gunung Slamet dengan edukasi wisata tentang beragam jenis bambu tersaji lengkap di tempat wisata Bhumi Bambu ini.