Festival Tambun Bungai Jadi Magnet Wisata dan Ekonomi Kalteng
Festival Tambun Bungai digelar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Acara itu dinilai sebagai magnet ekonomi baru di Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menyelenggarakan Festival Tambun Bungai di Palangkaraya. Festival itu menjadi magnet wisata dan pariwisata Kalteng.
Festival Tambun Bungai dibuka sejak Rabu (15/3/2023) malam hingga 19 Maret 2023 nanti. Dalam festival itu terdapat bazar usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM), atraksi seni dan budaya, serta berbagai lomba mulai dari tarian hingga lomba foto. Setidaknya terdapat 41 pelaku usaha serta puluhan pelaku seni dan budaya yang memeriahkan acara tersebut.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dalam kesempatan itu menjelaskan, festival itu merupakan pembukaan rangkaian acara budaya dan pariwisata skala daerah hingga internasional yang bakal diselenggarakan di Kalteng, mulai dari peluncuran kalender acara hingga pembukaan kompetisi balap sepeda gunung dunia.
Festival tersebut mengambil tema ”Bakena, Mamut, Menteng” yang memiliki makna keindahan, gagah dan keberanian. Menurut Sugianto, tema itu menggambarkan Kalteng dari berbagai sisi, terutama soal budaya dan pariwisata.
”Saya mengajak semua pihak untuk bersinergi mengembangkan kebudayaan dan pariwisata di Kalteng. Festival ini merupakan permulaan dari berbagai rangkaian acara dan sudah menjadi magnet UMKM dan wisata di Kalteng,” ungkap Sugianto di Palangkaraya, Kamis (16/3/2023).
Sugianto menjelaskan, Kalteng memiliki potensi wisata mulai dari pesona alam baik hutan maupun sungai hingga keunikan daerah lainnya. ”Wisata maju, UMKM juga bergerak. Masyarakat harus bangga dengan berbelanja produk UMKM khas Kalteng. UMKM menjadi penggerak untuk membangun ekonomi,” katanya.
Festival Tambung Bungai, lanjutnya, jadi momentum pemulihan ekonomi setelah dihajar pagebluk atau pandemi Covid-19. Ia berharap festival dan rangkaian berbagai acara di Kalteng bisa memanggil turis dalam ataupun luar negeri.
”Saya yakin Kalimantan Tengah akan menjadi destinasi pariwisata mancanegara, tentunya menarik turis datang dan menikmati keindahan wilayah ini,” ungkapnya.
Dari pantauan Kompas, pada Kamis siang hujan deras yang mengguyur Stadion Sanaman Mantikei membuat tanah di lapangan itu tergenang air sehingga beberapa perlombaan, seperti lomba menari, ditunda. Namun, terlihat masyarakat tetap antusias berbelanja di tenda-tenda UMKM.
Saleni (40), salah seorang pelaku usaha kecil di Palangkaraya, mengatakan, Palangkaraya saat ini begitu sering membuat berbagai festival. Hal itu menjadi kesempatan emas bagi dirinya dan pelaku usaha yang lain.
Saleni, pembuat berbagai kriya rotan, bisa menghasilkan Rp 200.000 sampai Rp 500.000 per hari. Adanya festival menjadi promosi gratis bagi pelaku usaha.
”Semoga event seperti ini bisa terjadi setiap tahun sehingga kami bisa bertahan terus. Pandemi lalu itu benar-benar mengubur usaha kami,” ujar Saleni.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kalteng Nuryakin menyebutkan, UMKM merupakan penggerak ekonomi baru di Kalteng. Selama ini Kalteng memang bertumpu pada pertambangan dan perkebunan, tetapi wisata dan UMKM menjadi penggerak ekonomi alternatif yang saat ini terus berkembang.
Dari data yang dikumpulkan Kompas, UMKM di Kota Palangkaraya memberikan kontribusi cukup besar pada roda ekonomi. Nilai investasi yang dihasilkan UMKM di Kota Palangkaraya mencapai Rp 65,5 miliar dengan total nilai produksi Rp 243,8 miliar pada tahun lalu.
”Pengembangan UMKM dan pariwisata perlu terus didorong dan itu bukan hanya tugas pemerintah semata, tetapi semua pihak,” kata Nuryakin.