Banjir di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, sudah berangsur surut walau hujan ringan masih mengguyur. Warga tetap diminta waspada. Pengelolaan bantaran sungai juga harus mulai dilakukan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
LAHAT, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, sudah berangsur surut walau hujan ringan masih mengguyur. Warga yang rumahnya masih terendam banjir pun memilih tinggal di rumah saudaranya dibandingkan dengan berada di tempat pengungsian. Sebanyak 200 paket sembako dikirimkan bagi mereka yang membutuhkan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Jumat (10/3/2023), mengatakan, hingga saat ini kondisi Sungai Lematang sudah surut, begitu pula banjirnya. Hanya saja, warga diimbau terus waspada karena sampai saat ini hujan ringan masih terjadi.
Pada Kamis pagi, air Sungai Lematang meluap akibat guyuran hujan deras sejak Rabu (8/3). Luapan sungai tersebut membuat setidaknya 181 rumah dan puluhan hektar lahan sawah di bantaran sungai ikut terendam. Dari pendataan awal setidaknya ada tujuh kecamatan yang terdampak banjir.
Ansori mengimbau agar warga tidak berada di bantaran Sungai Lematang untuk sementara waktu. Sampai saat ini tidak ada warga yang tinggal di tempat pengungsian karena mereka lebih memilih tinggal di tempat saudaranya yang tidak terendam banjir.
Sebagai langkah awal, lanjut Ansori, sebanyak 200 paket sembako dikirimkan bagi mereka yang membutuhkan. ”Bantuan akan dikirimkan ke daerah yang sulit aksesnya,” ujarnya.
Menurut dia, proses pemberian bantuan mungkin akan berlanjut jika pemerintah kabupaten menetapkan status tanggap darurat banjir. Jika dilihat dari intensitas banjir, tanggap darurat sudah seharusnya ditetapkan. ”Namun, kami masih menunggu keputusan dari pemerintah daerah,” ucapnya.
Penetapan status tanggap darurat ini dirasa perlu untuk mempermudah koordinasi antarinstansi dalam memberikan pelayanan kepada warga yang terdampak. ”Jika status tanggap darurat ditetapkan, akan memakan waktu hingga 14 hari ke depan,” ujarnya.
Tidak hanya di Lahat, antisipasi bencana juga dilakukan di daerah Muara Enim karena air dari Sungai Lematang akan mengalir ke Muara Enim yang tentu akan berdampak pada bertambahnya debit air. ”Karena itu, ada 100 paket bantuan yang dikirimkan ke sana,” ujar Ansori.
Pemerintah daerah di Sumsel agar mulai memperhatikan daerah bantaran sungai agar tidak diokupasi oleh aktivitas yang mengancam lingkungan.
Ketua Ombudsman Sumatera Selatan Adrian Agustiansyah mengingatkan pemerintah daerah untuk memenuhi keperluan dasar masyarakat yang terdampak bencana. Kebutuhan itu adalah makanan, kebutuhan kesehatan, dan layanan yang lain.
Tidak hanya itu, jaringan komunikasi dan listrik juga perlu diperhatikan karena itu sangat diperlukan untuk penanganan bencana. ”Tentu setiap daerah sudah memiliki standar operasional prosedur sendiri yang dilakukan dalam penanganan bencana.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel Yuliusman mendorong pemerintah daerah di Sumsel agar mulai memperhatikan daerah bantaran sungai agar tidak diokupasi oleh aktivitas yang mengancam lingkungan.
Menurut dia, Sumatera Selatan memang sangat rentan terkena bencana banjir setiap tahunnya. Itu karena hampir semua wilayah dialiri jaringan Sungai Batanghari Sembilan. ”Jika tidak dijaga, dikhawatirkan warga yang tinggal di dekat bantaran sungai akan terus terancam banjir,” katanya.