Kampung dan Desa Jadi Ujung Tombak Wisata Malang Raya
Malang Raya memiliki banyak kampung tematik dan desa wisata yang menjadi ujung tombak pariwisata. Di kedua lokasi ini, rata-rata setiap hari tak kurang dari 50 wisatawan mancanegara berkunjung ke tempat itu.
Malang Raya berhias kampung tematik. Kampung-kampung itu menjadi tujuan wisatawan mancanegara. Wisatawan menyusuri lorong-lorong kampung padat penduduk yang berhiaskan mural dan kelir aneka warna itu.
Kampung-kampung tematik itu di antaranya Tridi yang kaya akan lukisan tiga dimensi, Kampung Warna-Warni yang bercat pelangi, Glintung yang terkenal pesan lingkungannya, dan Kampung Keramik Dinoyo.
Kampung tematik itu lahir sejak 2016. Masa keemasannya sempat terjeda oleh pandemi, tetapi setelah pandemi mereda, destinasi di tengah kota ini kini kembali ramai dikunjungi.
Baca juga: Desa Wisata Unggulan di Malang Bersiap Sambut Libur Akhir Tahun
Di Glintung Water Street wisatawan bisa mendapatkan edukasi ketahanan pangan dan lingkungan. Di Kampung Keramik Dinoyo, anak-anak bisa belajar membuat keramik. Ada juga Kampung Tempe Sanan, di tempat itu pengunjung diajari menggoreng tempe. Adapun di Kampung Heritage Kajoetangan—pengunjung yang biasa ramai di koridor—kini masuk diajak melihat rumah lawas di dalam kampung.
Kampung ini terbilang unik. Salah satu pengunjung di antaranya Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, DI Yogyakarta, Edi Winaryo, menyampaikan, di daerahnya tidak ada kampung yang dibuat seperti di Malang. Adanya sanggar seni, sentra usaha, pusat kerajinan, dan pusat oleh-oleh.
Edi saat itu berkunjung ke Kampung Polowijen di Malang. Di kampung itu rombongan dari Dinas Kebudayaan Sleman disuguhi tari topeng, pameran topeng batik, dan mainan tradisional. Selain menikmati makanan, dawet, cemilan pala pendem, dan sego berkat, pengunjung juga diajak napak tilas ke Situs Ken Dedes.
Meski sarana prasarana kurang memadai, menurut dia suasana kampung terasa unik dan khas.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kota Malang Isa Wahyudi menyambut baik masukan tamu dari Sleman yang notabene daerah pelestari budaya. ”Ke depan perlu kiranya obyek kebudayaan sebagai salah satu triger atau penggerak pariwisata sekaligus melestarikan budaya di kampung wisata tematik Kota Malang,” ujarnya.
Menurut Isa, kampung wisata tematik di Kota Malang makin tersohor ke banyak daerah, termasuk mancanegara. Kampung yang semula kumuh menjadi bersih dan layak huni. ”Tentunya layak dikunjungi dan mengedukasi,” katanya.
Baca juga: Ada Wulan Kapitu Bromo Tetap Beroperasi Saat Libur Natal dan Tahun Baru
Tak hanya Kota Malang, Kota Batu juga memperhatikan kampung atau desa menjadi aset untuk menarik jumlah wisatawan. Salah satu hal yang dilakukan adalah menggelar Jambore Desa Wisata dan Asosiasi Kepariwisataan di Rest Area, Jalibar, Jumat (3/3/2023). Acara ini diikuti perwakilan berbagai desa wisata di Kota Batu yang menampilkan potensi daerah masing-masing.
Pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah membuat dunia pariwisata Indonesia berangsur membaik, termasuk Batu. Dinas pariwisata dan kebudayaan setempat mencatat ada lebih dari 7 juta wisatawan ke Batu selama 2022. Angka ini telah kembali normal sebagaimana situasi sebelum pandemi.
Kepala Dinas Pariwisata Arief As Sidiq mengatakan, acara ini diselenggarakan untuk mengangkat potensi Desa Wisata di Kota Batu secara keseluruhan. ”Dinas Pariwisata Kota Batu juga akan terus memberikan support dengan pengembangan sumber daya manusia dan pemenuhan sarana prasarana untuk kemajuan pariwisata dan kebudayaan di Batu.” katanya.
Ketua Asosiasi Kepala Desa/Kelurahan Kota Batu Wiweko menjelaskan, jambore ini tak hanya memajukan pariwisata dan kebudayaan di Kota Batu, tetapi juga untuk mengangkat perekonomian desa. Pasalnya, di Batu terdapat banyak destinasi wisata, mulai dari wahana dan taman-taman buatan hingga obyek wisata alam.
“Alhamdulilah kita, masyarakat desa bisa merasakan manfaatnya. Mohon support terus dari pemerintah agar desa wisata bisa seperti harapan bersama,” katanya.
Pejabat Wali Kota Batu Aries Agung Paewai berharap jambore desa tidak hanya sekadar seremonial, tapi juga harus ditindaklanjuti dengan kegiatan dan program yang bisa meningkatkan pariwisata serta berkembangnya desa wisata di Batu. Aries juga berharap Jambore Desa yang baru pertama kali ini diselenggarakan terus digeber.
”Dengan jambore desa, wisatawan yang datang ke Batu akan membantu publikasikan dan memviralkan potensi desa di Batu. Dengan kerja sama seluruh pihak, maka potensi desa wisata akan meningkat,” ucapnya.
Aries juga menyoroti hasil rekomendasi Forum Desa Wisata terkait apel yang selama ini menjadi ikon Kota Batu. Menurut dia, apel Batu akan berjaya jika semua pihak ikut terlibat. Seluruh hotel, restoran, dan desa wisata bisa ikut menyosialisasi dengan menyediakan buah apel di kamar. ”Satu tiket wisata mendapat satu apel dan penggunaan apel pada masakan dan minuman,” katanya.