Masyarakat Diingatkan Waspadai Sesar Aktif Asambi-Kalaotoa
Sesar Asambi-Kalaotoa pernah aktif dan lama diam. Peneliti menemukan kembali sesar ini pascagempa M7,4 yang terjadi di Laut Flores 2021 . Warga diminta memperkuat mitigasi karena sesar ini telah lama tak melepas energi.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — BMKG Wilayah IV Makassar memperingatkan pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai sesar atau patahan Asambi-Kalaotoa di Selayar, Sulawesi Selatan. Patahan itu ditemukan kembali setelah lebih dari 100 tahun lamanya tidak aktif. Patahan tersebut diketahui pernah memicu gempa hingga Magnitudo 7.1. Jika gempa terjadi di patahan Sesar Asambi Kalaotoa, diperkirakan bisa memicu tsunami.
Hal ini dikatakan R Jamroni, Koordinator Bidang Observasi, BMKG Wilayah IV Makassar, kepada wartawan di Makassar, Jumat (3/3/2023). ”Di Sulawesi Selatan ada 10 sesar aktif. Tadinya kami hanya mendata sembilan. Tapi ternyata kami menemukan satu sesar baru di Selayar. Sebenarnya sesar ini sudah lama ada, tapi baru ditemukan kembali setelah gempa dengan Magnitudo 7,4 di Laut Flores pada 2021. Pusat gempa Laut Flores itu sebenarnya lebih dekat ke Selayar, yakni antara Kalaotoa dan Jampea,” kata Jamroni.
Sesar aktif di Sulsel adalah Sesar Walanae sepanjang 130 kilometer dengan jenis patahan mendatar. Sesar itu tercatat pernah memicu gempa dengan Magnitudo 7,1. Selain itu, ada enam sesar di Luwu Timur, yakni Sesar Matano sepanjang 35 kilometer (patahan mendatar ke kiri), Sesar Matano segmen Pewusai sepanjang 46 kilometer (sesar naik), dan Sesar Matano segmen Kuleana, 22 kilometer (mendatar ke kiri).
Masih di Luwu Timur terdapat Sesar Sorowako yang terbagi dalam tiga segmen, yakni segmen A sepanjang 14 kilometer, segmen B 20 kilometer, dan segmen C 16 kilometer. Ketiganya memiliki karakteristik sesar naik. Enam sesar di Luwu Timur tercatat pernah memicu gempa bermagnitudo 6,5-6,9.
Adapun di Selayar, BMKG mencatat tiga patahan, yakni Selayar Barat sepanjang 152 kilometer dan Selayar Timur 167 kilometer. Keduanya memiliki karakteristik patahan normal. Adapun satu yang baru, yakni Sesar Asambi-Kalaotoa, memiliki panjang 180 kilometer dengan jenis patahan mendatar ke kanan. Ketiga sesar tersebut tercatat pernah menyebabkan gempa bermagnitudo hingga 7,2.
”Yang patut diwaspadai adalah Sesar Asambi-Kalaotoa telah lama tidak melepas energi. Sementara sesar lain, seperti Matano, Sorowako, dan Walanae, sering melepas energi walaupun kecil. Selama ini gempa kecil, baik yang terasa maupun tidak, terus terjadi. Sejauh ini kami terus memantau Sesar Asambi-Kalaotoa. Kami mewaspadai karena kedua sisi sesar sudah pernah meletup sementara di tengah tidak. Artinya, ada gap,” kata Jamroni.
Yang patut diwaspadai adalah Sesar Asambi-Kalaotoa telah lama tidak melepas energi.
Pakar kegempaan Universitas Hasanuddin, Prof Adi Maulana, mengatakan, dalam situasi seperti ini, saat ada sesar aktif yang telah lama tidak melepas energi, maka yang harus diperkuat adalah mitigasi. Dia mengakui, Sesar Asambi-Kalaotoa diinterpretasikan aktif ketika gempa di Laut Flores terjadi tahun 2021.
”Memang ada jalur yang membentang dari barat daya ke tenggara yang melintasi Pulau Kalaotoa di Selayar. Tidak ada yang bisa memastikan kapan gempa terjadi. Tapi tentu saja kita bisa belajar dari sejarah karena gempa adalah pengulangan. Jika ada sesar yang pernah tercatat memicu gempa besar tetapi lama vakum, mestinya ini diwaspadai. Saat seperti itulah masyarakat harus diperkuat agar jika gempa terjadi, mereka sudah tahu harus melakukan apa hingga dampaknya bisa diminimalkan,” katanya.
Dia juga mengingatkan bahwa 10 sesar aktif yang ada di Sulsel pada masanya pernah memicu gempa dengan kekuatan besar. Selain di Selayar, Sesar Matano dan Walanae juga tercatat pernah menyebabkan gempa dengan kekuatan di atas M 7.
Dia mengatakan, Sesar Matano yang lama tidur mestinya disikapi dengan waspada. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat memperkuat langkah mitigasi. Jalur evakuasi, titik kumpul, dan rumah yang gampang ambruk, mestinya sudah menjadi perhatian.
Sementara itu, terkait peralatan pemantau gempa dan peringatan tsunami, pihak BMKG Wilayah IV Makassar mengatakan menempatkan sekitar 21 alat pemantau di seluruh Sulsel. Alat ini di antaranya ditempatkan di Bulukumba, Selayar, Bone, hingga wilayah Luwu