Tari Topeng dan Punakawan Pun Peduli Keselamatan Pemudik di Pantura Cirebon
Jalur pantai utara atau pantura Cirebon di Jawa Barat menjadi titik rawan kecelakaan, termasuk saat arus mudik Lebaran. Tidak hanya polisi, penari topeng Cirebon dan tokoh punakawan pun turun mengingatkan pengendara.
Jalur pantura atau pantai utara Cirebon di Jawa Barat menjadi titik rawan kecelakaan, termasuk saat arus mudik Lebaran. Ratusan nyawa melayang di jalan itu. Tidak hanya polisi, penari topeng Cirebon hingga tokoh punakawan pun turun langsung mengingatkan keselamatan pengendara.
Riasan menghiasi wajah Wulan Mustikayani (32). Bulu matanya lentik. Bibirnya berwarna merah jambu. Pipinya merona. Kostum penari topeng, termasuk selendang dan kain batik membalut badannya. Penari dari Sanggar Chandra Wulan Pro di Cirebon ini bersiap pentas.
Wulan tidak tampil di hotel atau gedung mewah, seperti acara penyambutan pejabat. Bersama empat penari lainnya, perempuan ini menari di jalan pantai utara, tepatnya di Palimanan, Cirebon. Tanpa alas kaki, mereka beraksi di atas jalan beraspal yang terik, Selasa (7/2/2023).
Baca juga: Tari Topeng dan Punakawan pun Sosialisasi Keselamatan Berkendara di Cirebon
Ketika lampu lalu lintas merah, mereka menari diiringi musik tari topeng Cirebon dari pengeras suara. Mereka mengenakan lima wanda topeng, yakni panji, tumenggung, klana, rumyang, dan samba. Kostumnya berwarna merah, hitam, putih, hijau, dan kuning sesuai jenis topengnya.
Di samping mereka tampak empat pria berdandan serupa Semar, Garong, Petruk, dan Bagong. Mereka merupakan punakawan, tokoh pewayangan. Sembari bertingkah jenaka dengan wajah dirias putih, keempatnya juga memegang pataka berisi pesan keselamatan berlalu lintas.
Pesan itu, seperti ”selalu kenakan sabuk keselamatan”, ”demi keselamatan, stop melawan arus”, serta ”bahaya mabuk saat berkendara” yang lengkap dengan ilustrasi tabrakan. Ada juga dua orang yang berpakaian serupa korban kecelakaan dengan perban dan noda merah di tubuhnya.
Beginilah cara jajaran Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Cirebon menyosialisasikan keselamatan berkendara menjelang arus mudik Lebaran pada April mendatang. ”Ini kedua kali kami terlibat. Waktu mudik tahun lalu, kami ikut menghibur di rest area tol,” ucap Wulan.
Baginya, sosialisasi keselamatan bermakna khusus. Kegiatan itu tidak hanya mengingatkan orang lain akan bahaya pelanggaran lalu lintas, tetapi juga dirinya. ”Saya pernah lihat orang jatuh kecelakaan. Amit-amit, jangan sampai saya kecelakaan,” ucap Wulan, yang mengendarai mobil.
Jenis topeng samba yang Wulan tampilkan pun punya arti. ”Samba itu tentang anak kecil yang suka main dan menuju fase remaja. Makanya, gerakannya lincah. Jadi, dari kecil harus sudah tahu tentang keselamatan di jalan karena perjalanan kita masih sangat panjang,” ungkapnya.
Ikhwan (50) atau akrab disapa Jum juga tidak ingin ada nyawa yang melayang di jalan pantura. Ia mengaku pernah kehilangan rekan karena tabrakan di daerah Mundu, Cirebon. ”Kalau dapat berita kecelakaan, pikiran saya sudah kacau. Jangan sampai ada kejadian lagi,” ucapnya.
Itu sebabnya, ketika polisi mengajaknya berkontribusi dalam sosialisasi keselamatan berkendara, ia langsung setuju. ”Selain mengangkat kearifan lokal, cara itu juga membuat pengendara tersenyum. Kalau disapa polisi, kan, biasanya tegang,” ucap Jum, yang berperan sebagai Bagong.
Secara filosofis, lanjutnya, karakter punakawan juga diyakini dapat mencegah malapetaka. Semar, misalnya, merupakan guru sejati dan penasihat ulung agar orang tetap dalam laku baik dan tepat. Dalam konteks berkendara, seseorang yang menaati aturan bisa menghindari petaka.
Terlebih lagi, pelanggaran lalu lintas masih kerap terjadi. Sekitar sejam sosialisasi siang itu, misalnya, polisi menemukan dua pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm. ”Saya tahu, itu bahaya. Tapi, kan saya cuma sebentar dan dekat, kok,” ucap Fani Wilastri (33), warga.
Fani baru saja menjemput anaknya yang pulang dari bimbingan belajar di daerah Palimanan, sekitar 2 kilometer dari rumahnya. Ia mengaku lupa membawa helm. Saat polisi menghentikannya, ia kaget dan mengira kena tilang. Namun, polisi memberinya helm gratis.
”Ini cara kami mengedukasi. Polanya simpatik dan humanis untuk membangun keselamatan berlalu lintas,” ujar Kepala Polresta Cirebon Komisaris Besar Arif Budiman. Pihaknya menilai, kesenian tari topeng dan punakawan yang merupakan kearifan lokal dapat mengirim pesan itu.
Sosialisasi itu terpusat di perempatan Palimanan. Selain jalur pantura dari Cirebon ke Jakarta dan Bandung, jalan itu juga rawan kecelakaan. Sepanjang 2022, sebanyak 74 kecelakaan terjadi di daerah itu dengan korban jiwa 19 orang. Titik rawan lainnya tersebar di Depok dan Gebang.
Ratusan nyawa melayang
Tahun lalu tercatat 813 kasus kecelakaan di wilayah hukum Polresta Cirebon, atau melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2021 dengan 453 kejadian. Sebanyak 201 nyawa melayang di jalan raya Cirebon tahun lalu, menurun dibandingkan korban tahun 2021 yang mencapai 249 jiwa.
Cirebon termasuk dalam lintas utara Jabar yang panjangnya 247 kilometer. Adapun panjang lintas utara Jawa yang membentang dari Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur, mencapai 1.192 km. Selain berada di tengah, letak Cirebon juga strategis karena merupakan titik lelah pemudik.
Kecelakaan lalu lintas tahun 2022 juga menyebabkan 931 orang terluka. Jumlah ini melonjak dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 346 orang luka. Adapun kerugian material akibat kecelakaan tahun lalu mencapai Rp 1,2 miliar, sedangkan kerugian tahun 2021 sebesar Rp 414 juta.
Kepala Satlantas Polresta Cirebon Komisaris Galih Raditya mengatakan, kasus kecelakaan melonjak seiring meningkatnya mobilitas warga saat pandemi Covid-19 melandai. ”Pelanggaran pengendara, seperti lawan arus dan tidak memakai helm, juga jadi penyebab,” ujarnya.
Tanpa kesadaran pengendara, kecelakaan bisa berulang. Apalagi, pantura Cirebon yang merupakan jalur penghubung Jabar dan Jawa Tengah kerap dilintasi pemudik saat Lebaran. ”Ada titik rawan laka (kecelakaan) dari Arjawinangun, Depok, dan di timur ada Gebang,” katanya.
Cirebon termasuk lintas utara Jabar yang panjangnya 247 kilometer. Adapun panjang lintas utara Jawa yang membentang dari Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur, mencapai 1.192 km. Selain berada di tengah, letak Cirebon juga strategis karena merupakan titik lelah pemudik.
Badan Litbang Perhubungan Kementerian Perhubungan tahun lalu mencatat, 82 persen pemudik memilih jalur pantura. Jalur ini jadi andalan belasan juta pengguna sepeda motor saat mudik. Ironisnya, jalur arteri, yang juga dilintasi warga setempat, mendominasi kasus kecelakaan mudik.
PT Jasa Raharja mencatat, pada periode 25 April sampai 5 Maret 2022 tercatat 4.107 kecelakaan di sejumlah daerah. Sebanyak 568 orang meregang nyawa. Korps Lalu Lintas Polri, Kemenhub, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta polres telah mengecek jalur pantura.
Direktur Keamanan dan Keselamatan Korps Lalu Lintas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Ery Nurtasari, saat mengunjung Cirebon awal Februari lalu, telah memetakan potensi kepadatan dan kecelakaan di pantura. Dari 687 tempat putar balik (U-turn), pihaknya akan menutup 574 titik saat arus mudik.
Pantura menjadi tumpuan pengendara karena polisi akan menerapkan sistem satu arah (one way) di Kilometer 70-188. Sebagian kendaraan pun beralih ke pantura. ”Kami sudah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk arus mudik Lebaran. Ini tidak main-main,” ucapnya.
Jangankan polisi, penari topeng hingga punakawan pun serius mengampanyekan keselamatan berlalu lintas. Semuanya demi menyelamatkan nyawa manusia di jalan raya.
Baca juga: Mudik Lebaran Bisa Lewat Cisumdawu, Waspadai Kepadatan dan Pergerakan Tanah