Pada Rabu (1/3/2023) malam, banjir melanda permukiman dan persawahan di beberapa desa di perbatasan Kecamatan Mejobo, Kudus, dan Kecamatan Sukolilo, Pati. Genangan di jalan utama permukiman warga setinggi 50-60 cm.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J, Hendriyo Widi
·3 menit baca
KUDUS, KOMPAS - Banjir melanda sejumlah daerah di tiga kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Banjir melanda permukiman warga dan 2.159 hektar sawah di sejumlah daerah di tiga kecamatan tersebut. Akibat banjir di Jalan Lingkar Pantai Utara atau Pantura-Kudus, Terminal Jati Kudus tidak beroperasi.
Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, luapan sejumlah sungai, dan tanggul jebol. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus mencatat, per Rabu (1/3/2023), ada 12.299 orang terdampak banjir dan 19 orang di antaranya sudah mengungsi.
"Banjir juga menggenangi areal persawahan seluas 2.159 hektar," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Kudus, Munaji melalui siaran pers.
Pada Rabu malam, banjir juga melanda permukiman dan persawahan di beberapa desa di perbatasan Kecamatan Mejobo di Kudus, dan Kecamatan Sukolilo di Pati. Genangan di jalan utama permukiman warga setinggi 50-60 sentimeter. Sementara ketinggian air di beberapa rumah warga sekitar 20-40 sentimeter.
Pada Kamis (2/3/2023), banjir menggenangi sejumlah jalan utama, seperti Jalan Raya Demak-Kudus, Jalan Lingkar Timur Kudus, dan sekitar kilometer 4-5 Jalan Kudus-Purwodadi. Terminal Jati Kudus pada sekitar pukul 09.50 tampak sepi karena tidak beroperasi. Hujan mengguyur sejak pukul 06.30 pagi hingga 10.50. Setelah sempat mereda, hujan deras kembali turun sekitar pukul 12.00.
Tinggi muka air sejumlah anak sungai yang melintasi Jalan Kudus-Purwodadi tampak menyamai dataran. Misalnya, anak sungai di bawah Jembatan Kali Kutuk dan Kali Babalan.
Akibat curah hujan tinggi, terdapat genangan di depan Pasar Kalirejo yang berada di kilometer 15 Jalan Raya Kudus-Purwodadi sekitar 10-15 sentimeter. Aktivitas pasar tampak masih berjalan. Sejumlah warga yang melintas tampak mengenakan jas hujan plastik.
Operator Pintu Banjir Wilalung, Kudus, Jawa Tengah, Sugeng Hartanto, menyebutkan, selisih antara permukaan air sungai dengan dataran berdasarkan pantauan di Pintu Banjir Wilalung pada pukul 08.00, Kamis, setinggi 380 sentimeter. Selisih itu menyempit menjadi 323 sentimeter pada pukul 11.00. Artinya, muka air sungai makin tinggi.
“Statusnya siap atau siaga hijau. Pantauan harus setiap satu jam sekali,” katanya saat ditemui di lokasi.
Hingga saat ini, Sugeng mengatakan, pintu air dari Sungai Lusi ke arah Sungai Juwana masih ditutup dengan celah selebar 4 sentimeter. Dua pintu ke arah Sungai Wulan selalu dibuka sejak 1973.
Batas selisih yang membuat status beralih dari siaga hijau ke siaga kuning sebesar 300 sentimeter. Apabila selisihnya mencapai 260 sentimeter, status berubah menjadi merah.
Sugeng menduga, besarnya volume air pada Sungai Juwana yang menyebabkan banjir akibat curah hujan tinggi pagi ini bersumber dari anak sungai dari Pegunungan Muria. Anak sungai yang mengalir langsung ke Sungai Juwana adalah Sungai Dawe, Sungai Piji, dan Sungai Logung.