Konektivitas Kawasan Selatan-Utara Jabar Masih Harus Terus Diperbaiki
Konektivitas kawasan Jabar selatan-utara masih harus terus diperbaiki. Jika semakin sinergi, kondisi itu berpotensi meningkatkan kualitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang jauh lebih baik.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Konektivitas kawasan utara dan selatan Jawa Barat masih harus terus diperbaiki. Apabila terjalin dengan baik, hal itu sangat berpotensi mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas perekonomian menjadi jauh lebih besar.
Hal itu dikatakan Erwin Gunawan Hutapea setelah dikukuhkan sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat di Bandung, Jumat (24/2/2023). Selain melanjutkan program menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, Erwin menyoroti pentingnya infrastruktur menghubungkan kawasan utara dan selatan Jabar.
Sejauh ini, pembangunan di selatan Jabar masih butuh polesan. Jalan di Sukabumi, Cianjur, hingga Pangandaran, misalnya, tidak selebar Karawang hingga Cirebon. Kualitas jalan belum sepenuhnya memadai di lebih dari 412 kilometer di jalur selatan.
Akibatnya, jarak tempuh antarkecamatan di satu kabupaten bisa menelan waktu berjam-jam. Layanan kesehatan dan pendidikan dengan permukiman terkendala, terutama di pelosok.
Padahal, dengan luas wilayah 10.059 km persegi, Jabar selatan dihuni lebih dari 11,3 juta jiwa. Jumlah itu setara 23,4 persen dari jumlah penduduk Jabar tahun 2021, mencapai 48 juta jiwa. Jabar selatan juga kaya potensi pariwisata, pertanian, dan perikanan. Sedikitnya 400 curug atau air terjun, misalnya, terdapat di selatan.
Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jabar Bagian Selatan idealnya bisa meminimalkan kesenjangan itu. Dalam perpres, ada 170 program senilai Rp 392 triliun. Sebanyak 89 proyek senilai Rp 157 triliun terdapat di Jabar selatan.
Artinya, sekitar 52 persen program dalam Perpres No 87/2021 disiapkan untuk Jabar selatan. Dari semua proyek, sekitar 75 persen merupakan infrastruktur. Selebihnya pariwisata (10 persen), kelautan dan perikanan (9 persen), dan agrobisnis (6 persen).
”Kami akan menguatkan dukungan investasi yang sifatnya infrastruktur untuk mendorong peningkatan kapasitas yang ada di Jabar. Memang salah satu tantangan yang dihadapi Jabar ini kondisi antara utara dan selatan. Keterhubungan ini menjadi pekerjaan rumah,” ujar Erwin.
Oleh karena itu, lanjut Erwin, pihaknya akan mengarahkan investasi yang menarik ke sektor infrastruktur yang terkait dengan keterhubungan. Konektivitas ini juga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas perekonomian di Jabar.
”Strategi mendorong investasi itu dengan menjemput bola. Kami akan melakukan beberapa forum. Jabar juga sudah punya West Java Investment Summit dan akan kami lanjutkan dengan tema-tema sejalan. Kami lihat, lebih banyak kepada transportasi dan pergudangan, otomotif, dan elektronik,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai, West Java Investment Summit menjadi salah satu pendorong investasi di Jabar menjadi yang terbesar di Indonesia. Dalam sambutannya, Emil memaparkan, Jabar membukukan investasi hingga Rp 174,6 triliun selama tahun 2022. Angka ini menjadi yang terbesar di Indonesia. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Rp 136,13 triliun.
Ratusan triliun rupiah ini, lanjut Emil, membuka lapangan pekerjaan hingga 185.470 tenaga kerja. Setiap Rp 1 triliun investasi yang ada pada tahun 2022 mampu menyerap 1.062 tenaga kerja atau naik 259 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
”Kami bisa mendapatkan hampir Rp 175 triliun ini karena membuat West Java Investment Summit. Rezeki itu harus dijemput, bukan ditunggu,” katanya.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti berharap Erwin bisa melanjutkan kepemimpinan dengan baik. Promosi dan mutasi di lingkungan BI, lanjutnya, untuk menguatkan organisasi dalam menghadapi tantangan, terutama menyangkut visi BI sebagai bank digital yang terdepan. Destry juga meminta Erwin untuk berlari lebih kencang dalam membantu perekonomian di Jabar.
”Kami menganggap Jabar sangat strategis sehingga menempatkan yang terbaik di sini. Pencapaian di Jabar ini juga pencapaian BI, dan itu tidak bisa bekerja sendiri. Semua harus bersinergi dengan dukungan berbagai pihak,” ujarnya.