Luapan Bengawan Solo dan Bengawan Jero Memperluas Banjir di Lamongan
Intensitas hujan yang masih tinggi meningkatkan luapan Bengawan Solo dan Bengawan Jero sehingga memperluas wilayah terdampak banjir di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Intensitas hujan yang masih tinggi memicu luapan Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Jero kian membanjiri Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Hingga Selasa (21/2/2023), banjir telah menerjang 42 desa di 6 kecamatan.
Dihubungi dari Surabaya pada Selasa petang, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamongan Muhammad Muslimin mengungkapkan, cakupan banjir meluas. Kini, banjir melanda 42 desa di 6 kecamatan dari sebelumnya 35 desa di 5 kecamatan.
”Saat ini, diperkirakan lebih dari 4.000 rumah warga terdampak banjir,” kata Muslimin. Banjir berketinggian hingga 1 meter menerjang 2 desa di Karanggeneng, 5 desa di Deket, 7 desa di Glagah, 8 desa di Kalitengah, 9 desa di Karangbinangun, dan 11 desa di Turi.
Muslimin melanjutkan, banjir yang meluas atau kian parah juga terkait peningkatan debit air Bengawan Solo. Saat elevasi permukaan air di Bengawan Solo sedang tinggi, pintu-pintu penyaluran air dari anak-anak sungai itu tidak bisa dibuka. Jika pintu-pintu dibuka, air dari kawasan banjir bisa kembali berbalik.
Cara untuk mengurangi ketinggian banjir, lanjut Muslimin, cuma dengan memompa terus-menerus air ke Bengawan Solo. Ini, misalnya, melalui Pintu Air Sluis Kuro dan Pintu Air Melik di Kecamatan Kalitengah. Pemompaan air akan mendapat tantangan berat ketika kawasan terus diguyur hujan.
Dihubungi secara terpisah, warga Kecamatan Kalitengah, Mashuri, mengatakan, hujan berintensitas tinggi terus turun dan memicu Bengawan Solo dan Bengawan Jero meluap. Luapan juga melumpuhkan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setidaknya di enam kecamatan yang banjir. ”Warga tidak bisa beraktivitas lewat jalan-jalan yang tergenang tinggi. Ada yang terpaksa memakai perahu,” katanya.
Banjir akibat luapan Bengawan Solo dan Bengawan Jero merupakan masalah klasik dan terjadi setiap musim hujan. Sebelumnya, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyatakan, masalah Bengawan Jero kian bertambah karena bentang daerah irigasi dari Bengawan Solo ini banyak yang tertutup eceng gondok dan endapan sampah.
Untuk memperlancar aliran air, diserahkan bantuan perahu pencacah eceng gondok ke Turi dan Kalitengah. ”Perahu pencacah ini bantuan dari Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Lamongan,” kata Yuhronur dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas pada Selasa.
Sejak November 2022, di seluruh wilayah Lamongan, telah didistribusikan perahu pencacah melalui program Gerakan Perahu Penyapu Eceng Gondok atau Garpu Sendok.
Berdasarkan informasi dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Bengawan Jero merupakan kawasan daerah irigasi berbentuk ”mangkuk” dengan dasar bergelombang dan rendah. Elevasi -0,7 meter sampai -1,2 meter. Kapasitas anak Sungai Bengawan Solo ini relatif kecil meski tidak disebut angkanya. Situasi ini diperparah dengan alih fungsi tampungan pada rawa-rawa di sekitarnya menjadi lahan pertanian sehingga menjadi lebih rentan banjir.
Karakter tanah di Bengawan Jero halus atau berkemampuan minim dalam meloloskan air. Kelerengan kawasannya kurang dari 8 persen atau tergolong datar yang meningkatkan risiko banjir. Aliran permukaan karena air hujan atau luapan sungai lambat mengalir sehingga banjir menjadi lama surut.