Perbaikan Tanggul dan Rumah Pompa untuk Antisipasi Banjir Bengawan Solo di Surakarta
Langkah pengendalian banjir anak Sungai Bengawan Solo di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dievaluasi. Perbaikan tanggul dan rumah pompa akan menjadi perhatian penting.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Langkah pengendalian banjir di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dievaluasi setelah 16 kelurahan terendam luapan sejumlah anak Sungai Bengawan Solo. Dari hasil kajian sementara, dibutuhkan perbaikan tanggul (parapet) dan rumah pompa.
Pada 16-17 Februari 2023 ada 16 kelurahan di empat kecamatan di Kota Surakarta direndam banjir setinggi 30 sentimeter hingga 1,5 meter. Salah satu pemicunya, hujan selama 10 jam di Surakarta dan sekitarnya. Kondisi itu memicu banjir dari beberapa anak Sungai Begawan Solo, seperti Sungai Premulung, Pepe, Sarikopi, dan Jenes.
Selain itu, luapan air dipicu pembukaan pintu limpasan air dari Waduk Gajah Mungkur sebesar 280 meter kubik per detik di Kabupaten Wonogiri. Langkah itu dilakukan guna mengendalikan banjir waduk.
”Kami langsung menutup pintu-pintu air dan memompa air pada 15 stasiun pompa banjir. Total debit keluaran 22.000 liter per detik. Itu ditambah empat mobile pump dan trailer pump dengan debit keluaran 2.500 liter per detik, juga pompa air yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Surakarta sebesar 2.000 liter per detik,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Maryadi Utama di Sukoharjo, Senin (20/2/2023).
Akan tetapi, Maryadi mengungkapkan, banjir itu tetap tidak terelakkan. Oleh karena itu, sejumlah hal dievaluasi. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat masalah-masalah, seperti antrean air dari anak Sungai Bengawan Solo hingga tidak maksimalnya kerja pompa air pada rumah-rumah pompa.
Di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, misalnya, Pompa Kedung Kopi tidak mampu mengimbangi debit tinggi dari Sungai Sarikopi. Penyebabnya, kecepatan peningkatan air muka yang kemudian merendam pompa milik Pemerintah Kota Surakarta.
Akibatnya pompa tersebut tidak dapat beroperasi secara ideal. Apalagi, kapasitas pompanya hanya sekitar 300 liter per detik. Permasalahan ditambah temuan rembesan pada Pompa Pucangsawit.
Sementara itu, air dari Sungai Premulung di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Pasar Kliwon, mesti mengantre seiring tingginya muka air dari Sungai Bengawan Solo. Padahal, kawasan itu tidak memiliki pintu air. Akibatnya, air anak-anak sungai melimpas ke saluran drainase dan menggenangi rumah warga. Pompa air di sana juga tidak beroperasi dengan baik.
Oleh karena itu, Maryadi menyebutkan, bakal dilakukan penambahan kapasitas hingga penggantian pompa air. Pembuatan tanggul, normalisasi, sampai pembangunan pintu air akan dilakukan. Penambahan kapasitas pompa air hendak dilakukan di Stasiun Pompa Jebres 1, Stasiun Pompa Jebres 2, dan Stasiun Pompa Kedung Kopi.
Sementara itu, Stasiun Pompa Demangan 2 di Kecamatan Jebres akan diganti. BBWS Bengawan Solo juga akan memberikan tambahan dua pompa portabel, masing-masing 500 liter per detik.
Sementara itu, di Kelurahan Joyotakan, BBWS Bengawan Solo akan membangun tanggul sepanjang 100 meter. Pembangunan hal serupa bakal dilakukan di Sungai Wingko di Kabupaten Sukoharjo, yang berbatasan langsung dengan daerah tersebut. Keberadaannya akan didukung infrastruktur tambahan berupa pintu pengendali banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Surakarta Nico Agus Putranto menyampaikan, banjir berdampak pada 20.805 warga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.440 warga mengungsi. Jumlah itu melebihi perkiraan, yaitu antara 1.000 dan 3.000 warga terdampak banjir.
Untuk itu, lanjut Nico, gerak cepat dilakukan dengan mendirikan tempat pengungsian terpusat hingga dapur umum memanfaatkan kantor kelurahan hingga sekolah terdekat. ”Sekarang, kami fokus membersihkan lokasi mengingat sebagian warga sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Genangan air juga sudah tidak ditemukan lagi,” kata Nico.