Warga Terdampak Banjir di Kota Surakarta Bertambah
Beberapa wilayah di Kota Surakarta, Jawa Tengah, dilanda banjir sejak Kamis (16/2/2023) malam. Jumlah warga yang terdampak banjir bertambah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Jumlah warga terdampak bencana banjir di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus bertambah. Banjir ikut dipicu luapan air sungai anak Sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta, Jumat (17/2/2023) siang, warga terdampak banjir mencapai 21.846 orang. Mereka adalah warga dari 16 kelurahan dan 4 kecamatan.
Dari jumlah tersebut, 4.440 orang menempati pengungsian terpusat di kantor kelurahan ataupun bangunan sekolah. Sebagian warga lainnya mengungsi di rumah kerabat.
Kamis (16/2) malam, jumlah warga terdampak mencapai 18.905 orang. Mereka tersebar di 15 kelurahan dan 4 kecamatan. Kecamatan terdampak adalah Jebres, Pasar Kliwon, Laweyan, dan Serengan.
”Bencana banjir ini kami pantau terus. Termasuk limpahan air dari waduk di Kabupaten Wonogiri (Waduk Gajah Mungkur). Yang jelas, saya pastikan itu di tempat-tempat pengungsian bahan makanan dan obat-obatan tersedia semua. Semoga siang ini bisa surut,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabumming Raka saat ditemui di sela-sela upacara hari ulang tahun ke-278 Kota Surakarta, Jumat pagi.
Gibran menyatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan jajaran dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk penanganan potensi luapan air sungai. Ia ingin memastikan agar pompa pembuangan air dari sungai-sungai kecil beroperasi maksimal. Dengan pemompaan, kondisi banjir bisa lebih cepat disurutkan.
Hingga sekitar pukul 12.00, salah satu wilayah yang masih terendam cukup dalam adalah Kelurahan Pucangsawit di Kecamatan Jebres. Ada dua rukun warga yang terdampak, yakni RW 006 dan RW 007. Ketinggian air terentang dari 1 meter hingga 1,5 meter. Perkampungan tersebut berada di tepian Sungai Bengawan Solo.
Operator Pintu Air Kedungkopi, Pardi, menjelaskan, banjir di perkampungan tersebut disebabkan luapan Sungai Sarikopi. Sungai tersebut meluap begitu cepat setelah menerima kiriman air dari sungai-sungai kecil perkotaan, yang juga bagian dari anak-anak Sungai Bengawan Solo.
”Sebenarnya, ada pompa air untuk membuang genangan air menuju ke Sungai Bengawan Solo. Namun, air meluap begitu cepat sehingga pompanya terendam air. Terlalu berisiko jika menyalakan pompa. Nanti justru bisa membuat warga tersetrum,” kata Pardi.
Kondisi serupa juga ditemukan di Kelurahan Joyontakan, Kecamatan Serengan. Hingga Jumat siang, terlihat sebagian wilayah terendam air dengan kedalaman 1 meter hingga 1,5 meter. Proses evakuasi juga berlangsung menggunakan perahu karet. Kantor kelurahan dan bangunan sekolah di daerah tersebut digunakan sebagai tempat pengungsian bagi lebih kurang 1.000 warga.
”Kalau semalam, ada empat kelurahan yang terdampak. Itu ada Danukusuman, Joyontakan, Tipes, dan Serengan. Namun, sekarang tinggal Joyontakan saja yang belum hilang genangannya,” kata Camat Serengan Agung Wijayanto.
Agung menjelaskan, kelurahan tersebut dilintasi anak Sungai Bengawan Solo, yaitu Sungai Tanggul. Luapan air dari sungai itulah yang menggenangi kawasan permukiman di kelurahan tersebut. Air meluap akibat kiriman air dari sungai-sungai perkotaan dan aliran sungai dari wilayah Kabupaten Boyolali.
”Di sini tidak ada pompa pembuangan air. Jadi, kalau air di Sungai Bengawan Solo lebih tinggi, otomatis airnya tidak bisa masuk ke Bengawan (Solo),” kata Agung.
Berdasarkan laporan pemantauan Perum Jasa Tirta 1, tinggi muka air Sungai Bengawan Solo, di Pintu Air Jurug, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, menyentuh angka 9,54 meter pada Jumat pukul 13.00. Dengan catatan itu, status ketinggian air termasuk siaga merah.
Tingginya muka air disebabkan pembukaan pintu limpasan air dari Waduk Gajah Mungkur, di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sejak Selasa (14/3/2023). Pembukaan pintu air bertujuan menjaga level air seiring dengan tingginya curah hujan di wilayah hulu.
Semula volume air yang dilimpahkan ke Sungai Bengawan Solo sebesar 100 meter kubik per detik. Besaran volume sempat meningkat sampai 230 meter kubik per detik, Kamis. Jumat siang ini, volume limpasan air dikurangi menjadi 200 meter kubik per detik.
”Kami akan tetap memberikan bantuan kepada masyarakat untuk evakuasi dan logistik keperluan dasar. Karena, kalau Bengawan Solo tidak kunjung surut, kita juga tidak bisa melakukan tindakan apa-apa. Antisipasinya, kita memberikan informasi ke masyarakat agar terus waspada,” kata Kepala BPBD Kota Surakarta Nico Agus Putranto.