Pemkab Flores Timur Antisipasi Lonjakan Peziarah Semana Santa di Larantuka
Pemkab Flores Timur mengantisipasi lonjakan jumlah peziarah yang akan menghadiri perayaan Semana Santa di Larantuka, April mendatang. Jumlah peziarah diprediksi melonjak karena acara itu ditiadakan selama tiga tahun.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengantisipasi lonjakan jumlah peziarah yang akan menghadiri perayaan Semana Santa pada April mendatang. Jumlah peziarah yang hadir dalam acara di Larantuka, Flores Timur, itu diperkirakan bakal melonjak karena kegiatan tersebut ditiadakan selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Flores Timur Katarina Rin Riberu mengatakan, selama tiga tahun terakhir, pelaksanaan Semana Santa ditiadakan karena adanya pandemi Covid-19. Oleh karena itu, tahun ini, jumlah peziarah yang hadir diprediksi membeludak.
”Jumlah peziarah tahun 2019 sebanyak 12.000 orang. Tahun ini bisa lebih dari itu. Karena itu, pemda telah melakukan rapat bersama dipimpin penjabat bupati untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan peziarah,” kata Katarina, Selasa (14/2/2023), di Larantuka.
Semana Santa merupakan ritual perayaan Pekan Suci Paskah yang digelar oleh umat Katolik di Larantuka. Tradisi itu disebut sebagai warisan misionaris Portugis yang datang di Larantuka pada abad ke-16.
Katarina menuturkan, Pemkab Flores Timur telah membentuk tim terkait pelaksanaan Semana Santa. Dinas Parekraf Flores Timur bertanggung jawab atas penginapan, air bersih, dan transportasi.
Menurut dia, jumlah penginapan di Flores Timur cukup memadai. Selain ratusan kamar hotel, ada juga 298 unit homestay milik warga. Ada pula asrama-asrama milik biarawan dan biarawati serta ruang-ruang kelas yang bisa dipakai untuk penginapan.
Katarina menambahkan, dalam waktu dekat, Pemkab Flores Timur akan bertemu dengan pengusaha penginapan dan transportasi terkait pelaksanaan Semana Santa. Diharapkan tidak ada kenaikan tarif kamar hotel dan biaya sewa kendaraan yang tidak wajar selama kegiatan tersebut.
Sebelumnya, pada tahun 2019, ada keluhan dari peziarah terkait sejumlah pengelola hotel dan mobil sewaan yang menaikkan tarif melebihi batas maksimal. Tarif hotel yang normalnya Rp 100.000 per malam mendadak naik menjadi Rp 500.000 per malam saat Semana Santa.
Mengenai ketersediaan air bersih, Katarina menyebut, hal itu akan dikoordinasikan dengan instansi terkait. Pengelola penginapan pun diminta segera melaporkan kondisi penginapan masing-masing dan sarana air bersih di dalamnya.
Pelaksanaan Semana Santa juga melibatkan Keuskupan Larantuka, perwakilan suku di Larantuka, serta keluarga Raja Larantuka. Dalam tradisi itu juga akan ditampilkan sejumlah benda sakral, misalnya patung Tuan Ma, patung Tuan Meninu, dan lainnya.
Ia menambahkan, semua peziarah diharapkan sudah menjalani vaksin booster atau penguat. Mereka juga diminta mengenakan masker selama acara Semana Santa berlangsung. ”Dengan kerumunan orang dalam jumlah besar dari berbagai daerah, sebaiknya tetap menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Jumlah peziarah tahun 2019 sebanyak 12.000 orang. Tahun ini bisa lebih dari itu.
Raja Larantuka Don Martinus Diaz Viera Godinho menyambut baik rencana pemerintah untuk menjadikan Larantuka dan Semana Santa sebagai ikon Katolik nasional. Rencana itu dinilai menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap sejarah agama Katolik beserta tradisi yang menyertainya.
”Jika menjadi ikon Katolik nasional, tentu hotel-hotel, air bersih, jalan-jalan, gereja dan fasilitas liturginya serta semua kebutuhan terkait Semana Santa akan diperhatikan. Masyarakat Larantuka mengharapkan rencana itu bisa terealisasi,” kata Martinus.
Tokoh masyarakat Larantuka, Hironimus Fernandes, mengatakan, Pemkab Flores Timur telah memiliki peraturan daerah terkait Semana Santa. Oleh karena itu, seharusnya ada program pembenahan semua fasilitas terkait Semana Santa.
Hironimus memaparkan, dibutuhkan pembenahan di sejumlah bidang agar pelaksanaan Semana Santa bisa lebih optimal. Pembenahan itu terutama terkait dengan penginapan, air bersih, taman kota, serta penataan kembali peninggalan sejarah Katolik di Larantuka.
”Perlu dihadirkan satu patung Yesus dengan tangan terentang disekitar Tanjung Gemuk, Adonara, dengan wajah dan tangan terentang menghadap Larantuka, Pulau Solor, Lembata, Flores, dan Adonara. Di samping patung Yesus itu, bisa dibuat juga patung Bunda Maria,” ujarnya.
Dia juga mengusulkan pembangunan pusat pemondokan atau penginapan di Tanah Merah atau Tobi Lota di Adonara, yang berhadapan dengan Larantuka. Tamu-tamu yang menginap di sana bisa menyaksikan keindahan Larantuka, Gunung Ile Mandiri, Gunung Lewotobi, serta Pulau Solor.
Ia menambahkan, Pemkab Flores Timur dan Keuskupan Larantuka perlu membentuk yayasan atau lembaga khusus untuk mendorong Larantuka dan Semana Santa sebagai ikon Katolik nasional. Nantinya, lembaga itu juga harus menyusun rencana kerja yang disampaikan kepada pemerintah pusat.
”Daerah harus proaktif. Jangan menunggudari pusat melulu,” kata Hironimus.