Ritual keagamaan tahunan Semana Santa setiap Jumat Agung di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dibatalkan untuk menghindari penyebaran virus korona, dan kemungkinan prosesi disiarkan melalui ”live streaming”.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Ritual keagamaan tahunan Semana Santa, yang diselenggarakan setiap Jumat Agung di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dibatalkan untuk menghindari penyebaran virus korona atau Covid-19. Calon-calon peziarah tidak perlu datang ke Larantuka karena Keuskupan Larantuka bisa menyelenggarakan prosesi Semana Santa melalui media live streaming. Pemprov Nusa Tenggara Timur juga telah meniadakan angkutan feri membawa massa peziarah dari Timor ke Larantuka.
Wakil Bupati Flores Timur Nusa Tenggara Timur (NTT) Agustinus Payong Boli di Larantuka, Minggu (22/3/2020), mengatakan telah melakukan pertemuan antara Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung, para pastor dekan se- Keuskupan Larantuka, raja Larantuka, Ketua Presidium, dan Pengurus Presidium Konfreria di Larantuka, Sabtu (21/3/2020). Pertemuan itu menghadirkan pula suku-suku di Larantuka yang selama ini bertindak sebagai pantia penyelenggaraan Semana Santa.
Kompas
Kesibukan penumpang di pelabuhan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (30/8/2018). Pelabuhan ini menjadi jalur utama mobilitas warga selain bandara.
”Dalam pertemuan itu diputuskan untuk membatalkan kegiatan ritual Semana Santa di Larantuka yang berlangsung pada Jumat Agung, 10 April 2020. Gereja bagian dari Negara kesatuan RI mengikuti arahan dan kebijakan pemerintah, yakni tidak mengadakan kegiatan peribadatan atau kegiatan apa saja yang melibatkan massa,” kata Payong Boli.
Keputusan itu demi pertimbangan kemanusiaan, dan menghindari penyebaran virus korona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Ibadah tri hari suci, yakni Kamis putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci, ditiadakan. Ibadah pada tiga hari suci ini selalu melibatkan umat. Para peziarah malah datang lebih awal sebelum Tri Hari Suci tersebut. Selain mengikuti kegiatan kerohanian, juga mereka berwisata.
KOMPAS KORNELIS KEWA AMA
Arca Tuan Meninu (Tuhan Yesus), yang diarak peziarah melalui laut dari Kapela Tuan Meninu di Paroki Lebao menuju Kelurahan Lebao di Paroki Katedral Larantuka sejauh hampir 5 mil, tiba di Pantai Kuce. Arca Tuan Meninu kemudian disandingkan dengan arca Tuan Ma di Kapela Tuan Ma, lalu diantar ke Katedral dan selanjutnya diarak keliling Kota Larantuka oleh peziarah malam.
Namun, keputusan final dan penandatanganan pembatalan ini akan dilakukan Uskup Keuskupan Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung dengan Bupati Flores Timur Anton Gege Hadjon, Senin (23/3/2020), disaksikan para pengurus Semana Santa. ”Keputusan itu demi pertimbangan kemanusiaan, dan menghindari penyebaran virus korona yang menyebabkan penyakit Covid-19,” kata Agustinus Boli.
Dengan demikian, kelompok peziarah Semana Santa tahunan dari berbagai wilayah di Tanah Air tidak diperbolehkan datang ke Larantuka. Demikian pula warga Larantuka, Flores Timur, yang selama ini diwajibkan datang mengikuti ritual bale nagi dalam rangka mengikuti prosesi Semana Santa di Larantuka pun ditiadakan.
Prosesi ritual keagamaan Semana Santa di Larantuka setiap tahun rata-rata diikuti 10.000 peziarah dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk warga negara asing. Prosesi Semana Santa dilakukan melalui jalur laut pada siang hari, dan jalur darat pada sore sampai pagi hari.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Tradisi merayakan Paskah pada masyarakat Katolik di Larantuka, NTT, punya kekhasan yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia, yaitu arak-arakan laut membawa Tuan Menino (bayi Yesus). Tuan Menino (dalam perahu bertenda) dibawa dari Kapel Tuan Menino menuju Pantai Kuce Pohon Sirih sejauh sekitar 5 kilometer dalam iringan puluhan kapal lain dalam hujan lebat, Jumat (30/3/2018).Sebelumnya, raja Larantuka dan Presidium Konfreria Semana Santa berencana tetap menyelenggarakan acara itu dengan jumlah massa peziarah terbatas, yakni umat Katolik di Larantuka saja.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD Gerardus Duka mengatakan, gereja mengikuti protokol pemerintah. Kardinal Mgr Ignatius Suharyo sendiri sudah mengarahkan semua gereja Katolik taat dan patuh pada kebijakan pemerintah.
Semua devosi keagamaan, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, dengan melibatkan massa untuk sementara waktu ditiadakan. Demikian pula kegiatan Semana Santa di Larantuka.
”Pihak yang berbicara soal ini semestinya Keuskupan Larantuka. Tetapi yang jelas, semua kegiatan keagamaan melibatkan massa, untuk sementara waktu, ditiadakan. Itu harus dipatuhi demi kemanusiaan dan kebaikan bersama sebagai sesama anak bangsa ini,” kata Gerardus.
Ia mengatakan, kegiatan Semana Santa melalui media live streaming bisa dilakukan kalau bisa dikoordinasikan bersama antara pihak Keuskupan Larantuka dan pengurus Presidium Konfreria, Raja Larantuka, dan Pemkab Flores Timur.
Feri ditiadakan
Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Jelamu mengatakan, Pemprov NTT pekan lalu telah mengumumkan secara resmi tidak membantu para peziarah Semana Santa dari Pulau Timor ke Larantuka seperti tahun-tahun sebelumnya. Dua feri yang selama ini mengangkut ribuan peziarah dari Pelabuhan Feri di Bolok, Kupang, menuju Larantuka ditiadakan.
”Pemprov terlebih dahulu mengambil kebijakan menghentikan mobilisasi peziarah dari Timor ke Larantuka. Kebijakan ini dengan sendirinya mendorong pihak penyelenggara Semana Santa Larantuka pun membatalkan kegiatan itu,” kata Jelamu.
Ia mengatakan, mencegah itu jauh lebih baik dibandingkan mengobati, apalagi virus korona memiliki cara penyebaran yang luas atau berantai di antara manusia. Jika satu orang positif terinfeksi virus korona, rekam jejak kehadiran dan keberadaaan orang itu perlu ditelusuri lebih jauh.
Pihak yang paling disibukkan saat warga terinfeksi virus korona adalah pemerintah. Tim medis dan paramedis harus bekerja dengan segala kemampuan berjuang menyelamatkan nyawa pasien.
Sementara itu, pihak Keuskupan Larantuka sulit dihubungi. Mereka meminta insan pers menunggu pengumuman resmi dari Uskup Larantuka dan Bupati Flores Timur, Senin (23/3/2020).