Harga Pangan di Jateng Masih Tinggi, Pemerintah Bakal Potong Rantai Pasok
Harga beras dan bawang merah yang tak kunjung turun dan masih langkanya Minyakita masih dikeluhkan masyarakat Jateng. Rencana intervensi disiapkan untuk mencegah inflasi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebagian warga Jawa Tengah masih mengeluhkan mahalnya harga beras dan bawang merah. Minyak goreng kemasan sederhana, Minyakita, juga masih sulit didapatkan di pasaran. Untuk mengendalikan harga dan menjaga ketersediaan pasokan, pemerintah daerah berencana memotong rantai pasok.
Melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium di Jawa Rp 9.450 per kilogram dan HET beras premium di Jawa Rp 12.800 per kilogram. Namun, di hampir seluruh daerah di Jateng, beras medium dan premium dijual dengan harga di atas HET pada Senin (13/2/2023).
Menurut data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Jateng, pada Senin, 26 dari total 35 kabupaten dan kota di Jateng menjual beras dengan harga melebihi HET. Harga tertinggi terdapat di Karanganyar Rp 12.750 per kg dan Pemalang Rp 12.300 per kg.
Harga beras premium juga melambung jauh di atas HET. Pada Senin tercatat, 15 dari total 35 kabupaten dan kota di Jateng menjual beras premium di atas HET. Harga beras premium tertinggi berada di Wonogiri, Kota Surakarta, dan Kota Tegal Rp 13.500 per kg.
Pada Selasa (14/2/2023), harga beras di sejumlah pasar di Kota Semarang terpantau masih di atas HET. Di Pasar Bulu, Kecamatan Semarang Selatan, misalnya, harga termurah beras medium Rp 12.000 per kg. Sementara itu, harga beras premium mencapai Rp 15.000 per kg.
”Harga beras masih naik terus, Rp 1.000-Rp 2.000 per kg per hari. Belum ada penurunan sama sekali. Beberapa hari lalu sudah ada pendataan, katanya mau ada operasi pasar tapi sampai hari ini belum dilakukan. Semoga bisa segera dilakukan supaya harga beras cepat turun,” kata Muji (63), pedagang sembako di Pasar Bulu.
Selain beras, harga bawang merah juga masih tinggi pada Selasa. Di Pasar Bulu, bawang merah dijual Rp 40.000-Rp 42.000 per kg. Harga itu lebih tinggi dari harga acuan yang ditetapkan pemerintah, Rp 32.000 per kg. Pekan lalu, harga bawang merah di pasar itu pernah mencapai Rp 47.800-Rp 55.000 per kg.
”Kenaikan harga bawang merah membuat penjualan berkurang. Pembeli yang biasanya membeli satu kilogram bawang merah sekarang cuma bisa membeli seperempat kilogram,” kata Widayati (47), pedagang sayur di pasar Bulu.
Menurut Widayati, sejumlah penjual bawang merah berupaya membeli bawang merah impor dari India yang harganya lebih murah Rp 32.000 per kg. Namun, bawang merah jenis itu disebut Widayati tidak banyak disukai masyarakat. Rasanya dianggap kurang pedas jika dibanding bawang merah lokal.
Widayati berharap bawang merah hasil panen dari Demak dan Brebes bisa segera dipasok ke Semarang. Dengan demikian, harga bawang merah di Semarang bisa kembali normal.
Di tengah tingginya harga beras dan bawang merah, masyarakat masih harus menghadapi kelangkaan minyak goreng kemasan sederhana, Minyakita. Minyak goreng jenis itu menjadi andalan masyarakat karena kualitasnya baik dengan harga terjangkau, Rp 14.000 per liter.
Lanjar (66), pedagang di Pasar Bulu, misalnya, sudah lama tidak menjual Minyakita. Hampir setiap saat, pembeli yang datang ke toko Lanjar selalu menanyakan kapan Minyakita kembali tersedia di tokonya. Sayangnya, Lanjar belum bisa menjawab pertanyaan para pelanggannya itu.
”Sebagian pembeli pada akhirnya membeli minyak goreng kemasan premium atau minyak goreng curah. Minyak goreng kemasan premium harganya Rp 17.000-Rp 20.000 per liter, tergantung merek. Kalau minyak goreng curah Rp 15.000-Rp 15.500 per kg,” ucap Lanjar.
Pemerintah Provinsi Jateng optimistis gejolak harga beras akan segera terkendali karena sejumlah daerah lumbung padi sudah mulai panen raya. Dalam waktu kurang dari sepekan, beras-beras hasil panen raya itu ditargetkan sudah bisa membanjiri pasar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng M Arif Sambodo mengatakan, untuk menekan biaya distribusi, pemerintah akan memotong rantai pasok beras. Beras hasil panen dari petani akan diserap langsung oleh Bulog untuk selanjutnya dijual kepada masyarakat dengan harga di bawah HET.
Adapun tentang harga bawang merah yang masih tinggi, disebut Arif, akan segera turun. Hal itu karena sejumlah daerah penghasil bawang merah di Jateng, seperti Demak dan Brebes, akan segera panen raya. Sembari menunggu, Arif sudah menginstruksikan dinas perdagangan di kabupaten dan kota untuk melakukan operasi pasar.
Sementara itu, terkait Minyakita, Arif mengatakan, stok 515 ton yang ditemukan pemerintah di sebuah gudang di Marunda, DKI Jakarta, akan disalurkan ke daerah-daerah untuk menekan harga, termasuk ke Jateng. Pada Selasa, stok Minyakita dari Marunda, disebut Arif, sudah sampai di sejumlah daerah di Rembang. Secara bertahap, seluruh daerah di Jateng juga akan segera mendapatkan suplai Minyakita.
Dalam pendistribusian Minyakita di Jateng Bulog juga akan dilibatkan. ”Tadi sudah kami bahas dengan Bulog dan para distributor minyak goreng agar ke depan, Minyakita bisa disalurkan oleh Bulog. Hal ini untuk memotong rantai pasok supaya rantainya semakin pendek sehingga Minyakita bisa sampai ke end user dengan harga yang tidak melebihi HET,” ujar Arif.
Prioritas
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyebut, kenaikan harga beras dan kelangkaan Minyakita di wilayahnya menjadi prioritas penanganan. Hal itu dilakukan supaya dua komoditas itu tidak memicu inflasi.
”Tugasnya sekarang menjaga pasokan dan barangnya tetap ada. Itu yang menjadi target utama,” kata Ganjar.
Ganjar menambahkan, operasi pasar menggunakan beras cadangan pemerintah akan digencarkan untuk menurunkan harga beras. Hingga kini, Jateng memiliki sekitar 17.500 ton beras cadangan pemerintah. Setiap hari akan ada 500 ton beras yang disalurkan kepada masyarakat melalui operasi pasar.
Di Kota Pekalongan, operasi pasar dilakukan Selasa pagi di Kantor Kecamatan Pekalongan Selatan. Dalam program tersebut, 2.000 ton beras disalurkan kepada masyarakat dengan harga Rp 8.600 per kg. Rata-rata harga beras medium di Kota Pekalongan pada Selasa sebesar Rp 11.000 per kg.