Tak Hanya Palangkaraya, Sejumlah Wilayah di Kalteng Pun Terendam Banjir
Banjir di Kalimantan Tengah meluas hingga ke lima kabupaten dan kota. Sungai-sungai di Kalteng meluap dan merendam sejumlah wilayah. Luapan sungai itu dinilai sebagai dampak dari La Nina.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah terus meluas, Senin (13/2/2023). Banjir yang sebelumnya merendam wilayah sekitar Sungai Kahayan kini bertambah ke beberapa wilayah lainnya. Banjir merendam setidaknya lima kabupaten dan kota di provinsi tersebut.
Sebelumnya, banjir merendam sejumlah wilayah di Kota Palangkaraya. Setidaknya 13 kelurahan dari total lima kecamatan terdampak banjir. Banjir disebabkan karena luapan air Sungai Kahayan.
Luapan Sungai Kahayan tidak hanya merendam Kota Palangkaraya. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, air Sungai Kahayan yang meluap juga merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Pulang Pisau dan Gunung Mas.
Total setidaknya terdapat lima kabupaten dan kota yang terdampak banjir, yakni Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Kapuas, Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Belum bisa dipastikan berapa banyak warga yang terdampak banjir karena petugas masih mendata di lapangan.
Dari total lima kabupaten tersebut, baru Kota Palangkaraya yang sudah menetapkan status siaga darurat bencana banjir. Hal itu dilakukan karena ketinggian air tak kunjung surut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani menjelaskan, banjir masih merendam sejumlah wilayah di Kota Palangkaraya. Banjir terjadi karena luapan Sungai Kahayan.
”Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan air sungai (Kahayan) meluap. Sungai tak mampu lagi menampung besarnya volume air, khususnya di ruas sungai yang melintas di Kota Palangkaraya. Jadi, bisa dibilang ini banjir kiriman dari hulu sungai di wilayah Kabupaten Gunung Mas,” papar Emi.
Dia menjelaskan, Wali Kota Palangkaraya kini sudah menetapkan status siaga darurat untuk mengambil langkah strategis di lokasi bencana. Salah satunya adalah mendirikan posko bagi para pengungsi.
Dari data BPBD, sampai saat ini belum ada pengungsi di posko-posko yang disiapkan pemerintah. Sebagian besar warga terdampak banjir, dari pantauan Kompas, mengungsi ke rumah-rumah kerabat. ”Kami selalu siaga dan terus sosialisasi juga edukasi ke warga akan bahaya banjir sehingga masyarakat bisa lebih waspada,” tutur Emi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Falery Tuwan mengungkapkan, di beberapa lokasi, banjir sudah terjadi sejak akhir Januari. Wilayah-wilayah tersebut lebih cepat surut, tetapi beberapa daerah masih tergenang banjir. Di Pulang Pisau, lanjut dia, banjir belum mengganggu aktivitas transportasi, terutama di wilayah rawan banjir seperti Tumbang Nusa dan sekitarnya.
Kami minta semua terus memantau dan deteksi dini untuk penyaluran bantuan hingga evakuasi.
”Di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau sebagian wilayah ada yang sudah surut, ada juga yang malah meningkat (tinggi muka air). Adapun di Kota Palangkaraya sebagian besar banjir masih bertahan,” kata Falery.
Dia menambahkan, pihaknya saat ini terus berkoordinasi dengan berbagai instansi, khususnya BPBD di tiap kabupaten dan kota. ”Kami minta semua terus memantau dan deteksi dini untuk penyaluran bantuan hingga evakuasi,” katanya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, Reniananta, menjelaskan, saat ini kondisi intensitas hujan yang sedang hingga lebat di sebagian besar wilayah Kalteng terjadi karena fenomena La Nina. Walakin, La Nina masih terpantau dalam status lemah.
Sebagian besar wilayah Kalteng, prediksi Reniananta, mengalami puncak musim hujan pada awal Maret mendatang. Potensi puncak musim hujan bakal terjadi di beberapa wilayah Kalteng di bagian tengah, utara, dan barat.
”Puncak musim hujan di Kalteng perlu diwaspadai masyarakat karena hujan diprediksi turun disertai angin kencang dan petir,” ucapnya.