Banjir di Kalteng Sudah Hampir Sebulan, Pengungsi Terus Bertambah
Sudah lebih dari dua minggu pengungsi banjir di Kalteng tinggal di posko karena banjir yang tak kunnjung surut. Pengungsi pun terus bertambah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PANGKALAN BUN, KOMPAS — Warga terdampak banjir di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, masih ada yang memilih bertahan di rumah meski akses dan rumahnya terendam banjir. Pengungsi mandiri yang terpencar pun masih membutuhkan bantuan dan pelayanan kesehatan.
Pada Senin (31/10/2022), Kompas bersama sejumlah relawan dari PMI Kotawaringin Barat, komunitas vertical rescue, Dompet Dhuafa, dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Kumpai Batu Atas menyisir beberapa wilayah terdampak banjir. Daerah paling terdampak adalah Kelurahan Mendawai, Desa Karanganyar, dan Desa Tanjung Terantang di Kecamatan Arut Selatan. Ketinggian air maksimal mencapai 80 sentimeter.
Untuk menuju lokasi itu, relawan harus menggunakan perahu kayu bermesin atau kelotok melewati Sungai Arut yang meluap. Para relawan menggunakan kelotok selama lebih kurang 40 menit lantas disambung berjalan kaki melintasi banjir sejauh lebih kurang 4 kilometer. Tidak heran apabila kawasan itu kini tidak banyak dihuni warga.
Di Kelurahan Mendawai, misalnya, sebagian besar warga mengungsi. Beberapa lansia terlihat masih menunggu rumah karena keluarganya tinggal jauh dari lokasi di daerah lain. Mereka memilih bertahan untuk menjaga ternak dan harta benda.
Di Desa Tajung Terantang, yang berbatasan dengan Kelurahan Mendawai, pemandangan serupa juga terlihat. Setidaknya, 90 persen warga desa sudah mengungsi ke berbagai tempat. Mereka menyebar di Posko GOR Kumpai Batu Atas, mengungsi ke rumah-rumah kerabat, dan Posko Darurat di SDN I Tanjung Terantang.
Siti Aisyah (43), warga Desa Tanjung Terantang, mengatakan sudah dua minggu tinggal di Posko Darurat di SDN II Tanjung Terantang. Selama dua minggu, ia tidak bisa kembali ke rumah karena masih terendam banjir sejak sebulan lalu.
”Ini bencana paling buruk selama umur saya tinggal di sini,” kata Siti.
Siti tinggal di posko bersama setidaknya 17 pengungsi. Selama sebulan banjir, keluarganya tidak bisa merawat atau mengolah kebun yang juga terendam banjir. Ternak miliknya juga dijual karena takut terbawa banjir.
”Tinggal di posko memang aman, air bersih punya sekolah ada, makanan dapat bantuan, tapi penyakit bermunculan,” kata Siti.
Dokter Puskesmas Kumpai Batu Atas, Amelia Hidayati, menyebutkan, delapan lansia memiliki gejala hipertensi, gatal-gatal, batuk, pilek dan sakit kepala. ”Keluhan paling banyak gatal-gatal dan kesemputan. Lalu ada tensi tinggi karena memang memiliki riwayat tensi tinggi atau karena faktor pikiran juga, keluhan lainnya itu pusing dan maag,” ungkap Amelia.
Amelia menjelaskan, selain memberikan obat dan memeriksa tekanan darah, pihaknya juga memberikan edukasi dan mengingatkan pentingnya kebersihan. ”Kami juga memeriksa tanda vital, pernapasan,” ungkapnya.
Amelia khawatir beberapa lansia dan warga terdampak yang mengalami batuk yang mengarah ke infeksi. Menurut dia, batuk yang diderita warga terdampak banjir terjadi karena kondisi cuaca.
”Kami juga periksa apakah batuknya itu disertai sesak atau tidak, tapi masih bisa ditangani, infeksi juga masih bisa dikendalikan,” kata Amelia.
Kabupaten Kotawaringin Barat menjadi wilayah terdampak paling buruk di Kalteng. Sebelumnya, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Barat menyebutkan, jumlah pengungsi bertambah dari 5.402 orang pada Minggu (30/10) menjadi 5.446 orang dalam semalam. Mereka tersebar di berbagai tenda dan gedung serbaguna yang dimanfaatkan menjadi tempat pengungsian.
Sementara itu, data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng menunjukkan, total pengungsi mencapai 6.868 orang yang tersebar di delapan kabupaten dan kota. Daerah itu adalah Kabupaten Kotawaringin Barat, Sukamara, Lamandau, Katingan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, Seruyan, dan Kota Palangkaraya.
Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Falery Tuwan mengungkapkan, saat ini fokus pemerintah menyalurkan bantuan serta melakukan pengawasan dan evakuasi terhadap korban terdampak banjir. ”Masyarakat yang terdampak banjir diberikan bantuan berupa sembako. Penyaluran bantuan sembako bagi masyarakat yang terdampak banjir saat ini difokuskan ke wilayah barat dua kecamatan yang alami banjir terparah sehingga warganya semua mengungsi,” ujarnya.