Pemetaan Laut Penting untuk Bahan Pertimbangan Pembangunan
Pemetaan kawasan laut penting dilakukan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk menjalankan program pembangunan. Komunikasi dengan negara lain juga penting untuk mengetahui informasi dan inovasi terbaru.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemetaan kawasan laut penting dilakukan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk menjalankan program pembangunan. Indonesia juga harus terus berkomunikasi dengan negara-negara lain agar mengetahui informasi dan inovasi terbaru terkait pemetaan laut.
Demikian dikatakan Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) Laksamana Madya Nurhidayat seusai acara pembukaan pertemuan ke-22 Komisi Hidrografi Samudra Hindia Utara (North Indian Ocean Hydrographic Commission/NIOHC), Senin (13/2/2023), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nurhidayat mengatakan, berbagai negara telah menyadari pentingnya kegiatan diskusi dan saling berbagi informasi terkait pemetaan laut. Kesadaran itulah yang juga mendorong negara-negara anggota NIOHC rutin menggelar pertemuan.
”Mengingat kemajuan yang sudah dilakukan negara lain, seperti Jepang yang sudah memanfaatkan arus laut untuk listrik, kita pun tidak boleh ketinggalan informasi dan inovasi,” kata Nurhidayat yang juga merupakan Chairman NIOHC.
Menurut Nurhidayat, saat ini, pemetaan laut telah menjadi perhatian dunia. Hal ini antara lain terlihat dari pertemuan NIOHC yang dihadiri delapan negara anggota tetap serta empat negara anggota tidak tetap, termasuk Amerika Serikat dan Rusia.
”Di luar masalah perseteruan yang terjadi di antara keduanya, Amerika Serikat dan Rusia tetap hadir karena, bagi dua negara ini, kolaborasi pemetaan laut tetap penting untuk dilakukan antarnegara,” tutur Nurhidayat.
Nurhidayat menambahkan, diskusi terkait pemetaan laut juga penting dilakukan untuk menjamin kelancaran dan keamanan pelayaran yang dilakukan lintas negara. Dia menyebut, pemetaan laut, termasuk bagian dasar atau bawah laut, juga penting untuk beragam kepentingan.
Salah satu contohnya, hasil pemetaan tanaman di dasar laut bisa diajukan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menjadi dasar penetapan suatu wilayah menjadi daerah wisata. Jika sudah ada penetapan, daerah itu bisa jadi tidak boleh dilewati oleh kapal-kapal asing.
”Ketika batas daerah wisata tersebut dilanggar dan ada kapal yang nekat menerobos kemudian menimbulkan kerusakan, pemetaan bawah laut itu juga bisa menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengajukan klaim atau tuntutan kepada si pelanggar,” papar Nurhidayat.
Nurhidayat menambahkan, pemetaan bawah laut juga bisa menemukan hal-hal lain, misalnya gunung api bawah laut. Melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), data hasil pemetaan gunung api bawah laut itu bisa menjadi dasar untuk menyiapkan mitigasi bencana.
Beberapa waktu lalu, Nurhidayat menyebut, Pushidrosal melakukan eksplorasi untuk membuat pemetaan di Laut Banda. Dalam pemetaan itu, akhirnya ditemukan enam gunung baru di dasar laut. Tahun ini, eksplorasi untuk kebutuhan pemetaan akan dilanjutkan di Laut Flores.
Hasil pemetaan itu nantinya akan dibuat dalam bentuk peta elektronik sebagai pengganti peta kertas. Peta kertas cenderung tidak disukai lagi karena gampang rusak dan sulit untuk diperbarui.
Mengingat kemajuan yang sudah dilakukan negara lain, seperti Jepang yang sudah memanfaatkan arus laut untuk listrik, kita pun tidak boleh ketinggalan informasi dan inovasi.
Director of International Hydrograhic Organization(IHO) Abri Kampfer menyatakan, pemetaan laut tiap negara harus dibuat sesuai dengan standar International Maritime Organization (IMO). Dia juga menyebut, meski saat ini kebanyakan peta berbentuk elektronik, peta kertas masih dibutuhkan dan penting untuk tetap dicetak.
”Peta kertas masih dibutuhkan sebagai cadangan dari peta elektronik, untuk kebutuhan kapal-kapal berukuran tertentu, serta untuk kebutuhan perencanaan dan pelatihan,” ujarnya.
Delegasi Bangladesh, Commander Ahtashamul, mengatakan, Bangladesh Navy Hydrographic Department (BNHD) bekerja sama dengan sejumlah organisasi, institusi pendidikan, dan universitas bersama-sama mengumpulkan data untuk membuat peta laut.
Ahtashamul menambahkan, kondisi kawasan pesisir Bangladesh cenderung dinamis sehingga mereka perlu melakukan survei rutin untuk memperbarui data. Tidak sekadar untuk mengetahui potensi yang ada di laut, pemetaan biasanya juga dilakukan untuk mengetahui polusi di laut agar bisa dilakukan penanganan.