Keberadaan Pilot Susi Air yang Diduga Disandera KKB di Nduga Ditelusuri
Polisi masih menelusuri keberadaan pilot pesawat Susi Air, Kapten Philip Mertens, dan lima penumpang hingga kini. Sementara pihak KKB menyatakan telah menahan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pihak kepolisian masih menelusuri informasi perihal pilot pesawat Susi Air, Philip Mertens, yang diduga disandera kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya. Kelompok itu juga diduga membakar pesawat yang dipiloti Philip saat mendarat di Lapangan Terbang Paro di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Papua, Selasa (7/2/2023).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo, di Jayapura, mengatakan, keberadaan Philip dan lima penumpang yang merupakan warga setempat belum diketahui hingga kini. Philip berkebangsaan Selandia Baru. Polda Papua dan Polres Nduga masih berkonsolidasi untuk menyiapkan upaya menemukan enam orang tersebut.
Ia mengatakan, diduga pesawat Susi Air yang dibakar kelompok kriminal bersenjata (KKB) akan mengevakuasi 15 pekerja infrastruktur di Paro. Para pekerja itu mendapatkan ancaman dari KKB Egianus Kogoya karena dituduh sebagai intelijen aparat keamanan.
Dari informasi yang dihimpun Polda Papua, diduga KKB membakar pesawat Susi Air bernomor registrasi PK-BVY itu setelah mendarat di Lapangan Terbang Distrik Paro pada pukul 06.17 WIT. Pesawat ini bertolak dari Bandara Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, pada pukul 05.33 WIT.
Adapun lima penumpang pesawat ini adalah Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge, dan seorang bayi bernama Wetina. Seharusnya pesawat telah kembali ke Timika pada pukul 07.40 WIT.
”Tim gabungan dari Satgas Damai Cartenz, Polres Nduga, dan TNI akan diterjunkan ke Distrik Paro. Tim akan melakukan penyelidikan serta berupaya menemukan pilot dan lima penumpang,” kata Ignatius.
Ia menuturkan, berdasarkan informasi terakhir, 15 pekerja infrastruktur yang diancam KKB telah berada di daerah Mapenduma. Namun, keberadaan mereka juga masih didalami. Ia pun belum dapat memastikan kondisi 15 pekerja tersebut karena terbatasnya akses jaringan telekomunikasi di daerah tersebut.
”Para pekerja ini membangun fasilitas puskesmas di Paro. Mereka dituduh sebagai agen intelijen karena tidak memiliki identitas data diri yang lengkap,” ujar Ignatius.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Besar Faisal Ramadhani menegaskan, pihaknya akan memberikan respons terhadap aksi yang dilakukan KKB tersebut. Hal ini untuk menunjukkan negara hadir dalam melindungi masyarakat.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Sebby Sambom mengatakan, pembakaran pesawat Susi Air dilakukan oleh Egianus Kogoya dan anak buahnya. TPN-OPM langsung menahan pilot pesawat tersebut setelah aksi pembakaran, sedangkan lima penumpang telah dibebaskan.
Kami meminta TPN-OPM menghentikan aksi kekerasan dan menempuh cara damai dalam perjuangannya.
Sebby menyatakan, penyanderaan Kapten Philip Mertens ini mengulang kembali aksi TPN-OPM di daerah Mapenduma, Kabupaten Nduga, pada 1996. Kala itu, TPN-OPM juga menyandera sejumlah tim peneliti Taman Nasional Lorenz.
”Kondisi Philip masih sehat hingga kini. TPN-OPM akan menegosiasikan pembebasan Philip dengan Pemerintah Indonesia. Apabila pemerintah tidak mau membuka proses negosiasi, nyawa Philip terancam,” kata Sebby.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, menyesalkan aksi TPN-OM yang membakar pesawat Susi Air dan menyandera pilot. Ia menilai aksi tersebut berdampak besar pada pelayanan publik untuk masyarakat setempat.
”Kami meminta TPN-OPM menghentikan aksi kekerasan dan menempuh cara damai dalam perjuangannya. Aksi mereka akan memicu operasi militer di daerah tersebut,” ucap Yan.