Rayakan Imlek, Singkawang Kembali Meriah dengan Pawai Lampion
Pawai lampion turut memeriahkan rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Ratusan kendaraan berhias lampion menyusuri jalan. Ribuan warga memadati tepi jalan di tengah rintik hujan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Pawai lampion memeriahkan rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Jumat (3/2/2023). Ratusan kendaraan berhias lampion menyusuri jalan. Ribuan warga memadati tepi jalan menyaksikan pawai di tengah rintik hujan.
Kendaraan hias berjejer di halaman Kantor Wali Kota Singkawang, Jumat malam. Kendaraan-kendaraan itu dihias berbentuk bangunan khas Tionghoa. Ada ornamen bunga dan lampion di sejumlah bagian.
Replika kelinci air tak lupa ditambahkan pada salah satu sudut mobil hias. Kendaraan-kendaraan itu memancarkan cahaya warna-warni dari dekorasi yang ditampilkan. Ada juga peserta yang menghias mobil menyerupai kapal.
Beberapa saat kemudian, muncul replika naga memasuki halaman Kantor Wali Kota Singkawang. Replika itu bergabung dengan rangkaian kendaraan hias yang sudah sejak lama menunggu di titik kumpul.
”Kelincinya lucu sekali,” kalimat itu terdengar di tengah keramaian warga yang menyaksikan pawai lampion.
Ribuan warga menanti di tepi jalan-jalan utama Singkawang. Meski di tengah rintik hujan, mereka menunggu menggunakan payung dan jas hujan. Pawai lampion malam itu mengobati kerinduan warga setelah sekitar dua tahun vakum akibat pandemi.
Tak sedikit warga mengabadikan momen itu dengan kamera dan ponsel. Bahkan, arus lalu lintas di sejumlah ruas jalan dialihkan.
Di dalam kendaraan hias terdapat peserta yang berpakaian bak putri-putri kerajaan. Mereka melambaikan tangan menyapa penonton dengan senyum yang ramah dan bersahaja.
”Saya senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ini pertama kalinya saya ikut pawai lampion,” ujar Syerli (15), siswi asal Singkawang dan juga peserta pawai lampion.
Syerli malam itu bersama beberapa temannya berpartisipasi dalam pawai lampion mewakili sekolahnya. Teman-teman Syerli yang lain ada yang sudah beberapa kali berpartisipasi dalam pawai lampion dalam rangkaian Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang.
Pada salah satu mobil hias bahkan terdapat peserta dengan beragam busana menampilkan wajah keberagaman. Ada yang berbusana cheongsam, busana bermotif Dayak, dan juga motif Melayu. Mereka duduk bersama dalam kendaraan hias.
Arianto (33), warga Singkawang dan juga peserta pawai, bergembira bisa terlibat dalam kegiatan lampion. Apalagi, sudah lama tidak ada kegiatan seperti ini karena pandemi.
”Setiap pawai lampion saya selalu berpartisipasi. Inilah keberagaman kami di Singkawang. Makanya, Singkawang mendapat predikat kota paling toleran se-Indonesia. Kita bisa berbaur satu sama lain,” kata Arianto yang mengenakan berbusana cheongsam.
Sukma Sena (24), peserta lainnya, mengatakan baru pertama kali tampil dalam pawai lampion. Ia juga senang bisa berpartisipasi di dalam kegiatan tersebut dengan kebersamaan bersama rekan-rekannya.
Memberi penerangan
Wakil Ketua Umum Panitia Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang Tjhai Chui Mie menyebutkan, untuk pawai lampion dan mobil hias terdapat 100 peserta.
Chui Mie menjelaskan makna lampion dalam kebudayaan Tionghoa, yakni memberikan cahaya penerangan. ”Lampion berwarna merah tanda memberikan penerangan dalam mencari rezeki pada tahun yang dijalani. Selain itu, lambang keselamatan, kemakmuran, dan perdamaian,” tuturnya.
Pawai lampion juga diharapkan membangkitkan spirit dari peserta, baik perkumpulan, instansi pemerintahan, maupun dunia usaha. Setelah sekitar dua tahun dilanda pandemi Covid-19, kini kegiatan kembali menggeliat.
Pawai lampion juga berisi harapan untuk bangkit kembali dan semangat dalam menjalani kehidupan ke depan. Apalagi di tahun kelinci air ini sebagai lambang perdamaian dan kemakmuran.
Dalam beberapa kesempatan, Chui Mie pernah menjelaskan, masyarakat hidup harmoni di tengah keberagaman. Ditambah lagi potensi wisata alam dan warisan budaya nan memesona menjadi kekuatan dasar yang ”diramu” Kota Singkawang untuk membangun.
Ada 17 paguyuban di Singkawang yang hidup berdampingan. Semua komunitas terlibat dalam agenda besar.
Bahkan, dalam pentas seni di Stadion Kridasana selama rangkaian Imlek dan Cap Go Meh tahun ini, paguyuban diberi ruang yang sama untuk menampilkan kebudayaannya sejak malam pembukaan Imlek tanggal 20 Januari lalu.
Rangkaian kegiatan Imlek dan Cap Go Meh juga sebagai upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui budaya. Rangkaian kegiatan hendak mengenalkan budaya Singkawang kepada masyarakat luas. Tujuannya, menarik wisatawan berkunjung ke Singkawang.
Puncak rangkaian kegiatan digelar pada Minggu (5/2/2023) pada festival Cap Go Meh. Dalam kegiatan tersebut terdapat pawai tatung.
Tatung merupakan orang yang ditandu berkeliling di ruas-ruas jalan di Singkawang. Mereka melakukan atraksi kekebalan tubuh dalam rangka bersih-bersih kota.
Panitia terus mematangkan persiapan guna menyambut ribuan wisatawan. Panggung kehormatan didirikan di Jalan Diponegoro, Singkawang.
Di samping panggung kehormatan terdapat tribune penonton yang bisa memuat ribuan penonton yang akan menyaksikan festival Cap Go Meh.
Tribune itu setidaknya bisa menampung 2.500 orang. Penonton juga biasanya tidak terbatas di tribune yang telah disiapkan. Namun, ada juga yang memenuhi ruas-ruas jalan di Singkawang.
Pengunjung dari luar Singkawang juga sudah terlihat berdatangan ke Singkawang. Hotel-hotel sudah penuh dipesan. Bahkan, mereka telah memesan kamar sejak beberapa bulan lalu untuk menyaksikan festival Cap Go Meh.